Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Unjuk Rasa Anti-Rasialisme di AS Meluas

Sejumlah polisi berlutut sebagai tanda solidaritas kepada demonstran.

2 Juni 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seorang polisi Kota Oklahoma berlutut sebagai solidaritas dalam unjuk rasa anti-rasial di seluruh Amerika Serikat, 31 Mei 2020. REUTERS/Nick Oxford

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Puluhan ribu orang melakukan protes di seluruh Amerika Serikat dan kota-kota besar dunia karena kematian pria kulit hitam di tangan polisi.

  • Protes juga menyebar ke seluruh dunia dengan berbagai acara di London dan Berlin hingga Selandia Baru.

  • Sejumlah polisi di berbagai kota, seperti New York, Oklahoma, hingga Santa Cruz, California, berlutut sebagai tanda solidaritas atas kekerasan polisi terhadap warga kulit hitam.

WASHINGTON, DC – Puluhan ribu orang melakukan protes di seluruh Amerika Serikat dan kota-kota besar dunia pada malam keenam kematian George Floyd, ketika kemarahan akibat kebrutalan polisi semakin meningkat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Floyd, seorang pria kulit hitam tak bersenjata, meninggal sepekan lalu setelah seorang polisi kulit putih Minneapolis berlutut di lehernya. Kematian pria berusia 46 tahun tersebut memicu kemarahan yang melanda negara, yang secara politik dan ras terpecah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Saya benci melihat kota saya seperti ini, tapi pada akhirnya kami membutuhkan keadilan,” kata Jahvon Craven, 18 tahun, ketika berdiri di jalan layang menyaksikan pengunjuk rasa di pusat kota Minneapolis.

Salah satu protes yang diawasi dengan ketat adalah yang terjadi di luar ibu kota negara bagian di kota kembar St Paul, Minneapolis, tempat beberapa ribu orang berkumpul dengan damai di jalan raya. “Kami memiliki putra kulit hitam, saudara kulit hitam, teman kulit hitam, dan kami tidak ingin mereka mati. Kami lelah akan hal ini, kami lelah akan penindasan,” ujar Muna Abdi, perempuan kulit hitam yang bergabung dalam aksi protes.

Di Washington, DC, pengunjuk rasa melakukan pembakaran di dekat Gedung Putih. Asap bercampur dengan kepulan awan gas air mata ketika polisi berusaha mengeluarkan mereka dari area tersebut. Kekerasan sporadis pecah di Boston setelah para aktivis melemparkan botol ke arah petugas kepolisian dan menyalakan 4WD polisi.

Presiden Donald Trump pun diungsikan ke bungker bawah tanah Gedung Putih ketika protes untuk George Floyd sampai ke Washington, DC, menurut laporan New York Times dan CNN. Selama protes berlangsung, agen US Secret Service tiba-tiba membawa Presiden ke bungker bawah tanah yang digunakan pada masa lalu selama serangan teroris.

Pejabat Gedung Putih dan sumber keamanan mengkonfirmasi kepada CNN bahwa Trump sempat dievakuasi ke bungker bawah tanah sejam sebelum kembali ke lantai atas. Tidak jelas apakah Melania Trump dan Barron Trump, putranya, juga dibawa bersama Trump ke bungker.

Ribuan pengunjuk rasa berdemonstrasi dengan damai di dekat Gedung Putih pada Ahad siang. Namun, pada malam hari, dengan ratusan orang masih berada di jalan-jalan, pemandangan berubah membara ketika kerumunan merangsek ke depan barisan polisi anti-huru-hara yang memegang perisai plastik saat kedua kubu bentrok untuk menguasai Lafayette Square di seberang Gedung Putih.

Wali Kota Washington, DC Muriel E. Bowser memberlakukan jam malam pada pukul 23.00. Gedung Putih pun mematikan beberapa lampu luarnya.

Kota-kota besar di Amerika memberlakukan jam malam karena khawatir demonstrasi pada malam hari berubah menjadi kekerasan dan penjarahan. Departemen Kepolisian Minneapolis mencuit di Twitter bahwa mereka menangkap 150 pengunjuk rasa yang tetap keluar setelah jam malam pukul 20.00.

Garda Nasional mengatakan 5.000 tentara dan penerbang telah diaktifkan di 15 negara bagian dan Washington, DC. “Namun negara bagian dan lembaga penegak hukum setempat tetap bertanggung jawab atas keamanan.”

Untuk pertama kalinya sejumlah polisi di berbagai kota, seperti New York, Oklahoma, hingga Santa Cruz, California, berlutut sebagai tanda solidaritas atas kekerasan polisi terhadap warga kulit hitam. Mereka menegaskan bahwa tindakan polisi Minneapolis itu terhadap Floyd tidak dapat diterima.

“Kematiannya mengingatkan bahwa ketika polisi bertindak buruk, hal itu berdampak secara tidak proporsional terhadap komunitas kulit berwarna dan komunitas miskin,” kata Art Acevedo, kepala kepolisian di Houston, kampung halaman Floyd.

Kendati demikian, protes massa selama sepekan terakhir menunjukkan bahwa penangkapan Derek Chauvin, polisi yang berlutut di leher Floyd, gagal memuaskan demonstran. Tiga petugas lain yang berdiri saat Floyd meninggal juga belum didakwa.

Gubernur Minnesota Tim Walz pun memerintahkan Jaksa Agung Minnesota Keith Ellison memimpin setiap tuntutan atas kematian Floyd. Walz mengatakan kepada wartawan bahwa Ellison, jaksa kulit hitam, harus memimpin kasus ini. “Keputusan ini dibuat setelah berbicara dengan keluarga Floyd yang ingin percaya bahwa fakta akan didengarkan”.

AL JAZEERA | NBC NEWS | CNN | FRANCE24 | SITA PLANASARI AQUADINI


Jurnalis Menjadi Target Serangan

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dituduh menghasut kekerasan terhadap jurnalis pada Sabtu malam lalu ketika wartawan dan fotografer diserang dan ditangkap polisi saat meliput protes di seluruh Amerika Serikat, akhir pekan ini.

Sejak jurnalis CNN, Omar Jimenez, ditangkap secara langsung pada Jumat lalu, puluhan jurnalis lain telah terluka, ditembak, atau ditangkap ketika mencoba melaporkan unjuk rasa puluhan ribu warga atas kematian George Floyd.

Linda Tirado, fotografer lepas, buta secara permanen pada mata kirinya setelah ditembak polisi oleh apa yang dia yakini sebagai peluru karet, di Minneapolis, Jumat lalu.

Sementara itu, jurnalis Los Angeles Times, Molly Hennessy-Fiske, mengatakan pada Sabtu malam lalu bahwa ia bersama selusin wartawan lain ditembak dengan gas air mata dari jarak dekat oleh kepolisian Negara Bagian Minnesota meski sudah mengidentifikasi diri.

“Saya sudah meliput protes yang melibatkan polisi di Ferguson, Baton Rouge, Dallas, dan Los Angeles. Saya juga meliput pasukan militer Amerika di zona perang, termasuk Irak dan Afganistan. Namun saya belum pernah ditembak polisi sampai malam ini,” kata Hennessy-Fiske, yang terluka di kakinya.

Organisasi US Press Freedom Tracker mengatakan tengah berupaya memverifikasi setidaknya 68 kasus wartawan yang diserang, ditangkap, dan peralatannya rusak pada Jumat dan Sabtu malam lalu.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengutuk tindakan kepolisian Amerika Serikat. “Ketika wartawan diserang, masyarakat diserang. Tidak ada demokrasi yang bisa berfungsi tanpa kebebasan pers, dan masyarakat mana pun tidak adil tanpa jurnalis yang menyelidiki kesalahan serta mengatakan kebenaran kepada kekuasaan.”

Namun peningkatan serangan terhadap wartawan oleh polisi dan beberapa pengunjuk rasa terjadi ketika Trump terus mencuit “berita palsu adalah musuh rakyat”. Sehari sebelumnya, ia menuduh Washington Post, New York Times, CNN, dan MSDNC memproduksi lebih banyak “disinformasi” ketimbang “negara asing mana pun, bahkan saat digabungkan”.

PRESS GAZZETTE | SITA PLANASARI AQUADINI

 

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus