Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Berita Internasional dalam Sepekan

Pemerintah Amerika Serikat melarang penggunaan TikTok dan WeChat. ByteDance, pemilik TikTok, berunding dengan Oracle, perusahaan Amerika.

19 September 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seorang pegawai, mengenakan masker lantaran wabah corona, berdiri di dekat kamera pengawas di kantor Bytedance di Beijing, Cina 7 Juli 2020. REUTERS / Thomas Suen

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pemerintah Amerika Serikat melarang penggunaan TikTok dan WeChat.

  • Mantan Menteri Pemuda Malaysia mendirikan partai Aliansi Demokratik Persatuan Malaysia atau Muda.

  • Pernikahan dini meningkat di India selama pandemi Covid-19.

Amerika Serikat

Pelarangan TikTok dan WeChat

PEMERINTAH Amerika Serikat melarang penggunaan TikTok dan WeChat sejak Ahad, 20 September lalu. Pemerintah Presiden Donald Trump menyatakan kedua perusahaan media sosial Cina itu mengancam keamanan nasional dan dapat mengirim data 100 juta penggunanya ke Negeri Panda. Kedua perusahaan membantah tuduhan tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kami bakal terus menentang keputusan Presiden yang tidak adil, yang diberlakukan tanpa proses hukum dan mengancam akan mencabut platform penting bagi rakyat Amerika dan bisnis kecil di seluruh Amerika, baik bagi ekspresi maupun mata pencarian mereka," kata TikTok dalam pernyataannya seperti dikutip BBC, Sabtu, 19 September lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pelarangan itu keluar setelah Trump menerbitkan keputusannya pada Agustus lalu yang memberikan waktu selama 45 hari bagi kedua perusahaan tersebut untuk berhenti beroperasi. Namun jika kemitraan antara ByteDance (pemilik TikTok) dan Oracle (perusahaan Amerika) disepakati dan Trump menyetujuinya, larangan itu akan dicabut.

ByteDance juga sempat berunding dengan Microsoft. Rencana kemitraan antara Microsoft dan ByteDance muncul pada awal bulan ini, setelah ada laporan bahwa Microsoft akan membayar hingga US$ 30 miliar untuk mengakuisisi aplikasi populer tersebut.



Malaysia

Mantan Menteri Bikin Partai Baru

Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Syed Saddiq Syed Abdul Rahman dalam sebuah sesi wawancara, di Petaling Jaya, Malaysia, 3 September 2020. Reuters/Lim Huey Teng

SYED Saddiq Syed Abdul Rahman telah resmi mendaftarkan partai politik barunya, Aliansi Demokratik Persatuan Malaysia atau Muda, pada Kamis, 17 September lalu. Menteri Pemuda dan Olahraga pada masa pemerintahan Pakatan Harapan itu mengatakan Muda tidak akan membatasi usia anggotanya. "Partai ini akan mewakili semua lapisan masyarakat, tanpa memandang ras, agama, dan usia. Partai ini menyambut mereka yang berbagi ideologi, idealisme, pemahaman, dan perjuangan kami," ucapnya seperti dikutip The Star.

Saddiq menyasar anak muda sebagai pendukung utama partainya. "Muda akan menjadi partai bagi semua ras dan agama yang mayoritas pemimpinnya adalah anak muda," tuturnya. Politikus 27 tahun itu adalah bekas pentolan Partai Pribumi Bersatu Malaysia bentukan Mahathir Mohamad.

Bersatu pecah pada Mei lalu dan sebagian tokohnya bersama Mahathir membentuk Partai Pejuang Tanah Air. Bersatu, yang kini dipimpin Perdana Menteri Muhyiddin Yassin, kemudian bergabung dengan aliansi dua partai Melayu terbesar, UMNO dan Partai Islam Se-Malaysia. Ketiganya kemudian membentuk koalisi Muafakat Nasional.


India

Pernikahan Dini Meningkat

ANGKA pernikahan dini meningkat di India selama pandemi Covid-19. Childline, saluran pengaduan anak, melaporkan terjadi kenaikan 17 persen pengaduan yang berhubungan dengan pernikahan anak-anak perempuan pada Juni dan Juli tahun ini dibanding tahun lalu. UNICEF memperkirakan sedikitnya 1,5 juta anak perempuan di bawah 18 tahun menikah setiap tahun.

Salah satu kasus terbaru menimpa seorang gadis 13 tahun yang dipaksa menikahi Arul Pandy, pamannya yang berusia 28 tahun, di Tamil Nadu. Si paman sebenarnya sudah bertunangan dan akan menikah, tapi calon istrinya kawin lari dengan pria lain. Maheshwari, saudara perempuan Pandy, kemudian memutuskan menikahkan putrinya dengan si paman. Menurut India Today pada Jumat, 18 September lalu, warga setempat melaporkan kasus ini ke layanan pengaduan, tapi tak ditanggapi.

Pernikahan gadis di bawah umur dilarang di negeri itu. Tapi jutaan orang kehilangan pekerjaan karena pandemi dan jatuh miskin. Orang-orang tua kemudian menikahkan anak-anak gadisnya yang masih bau kencur untuk mendapat kehidupan yang lebih baik. UNICEF dan Save the Children melaporkan pandemi mengakibatkan 150 juta anak-anak di seluruh dunia jatuh miskin.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus