Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Koreksi Rahmat soal Djoko Tjandra.
Ekonomi kerakyatan.
Tanggapan Rahmat
TERKAIT dengan tulisan di majalah Tempo edisi 14-20 September 2020 berjudul “Dua Bapak di Proposal 10 Juta Dolar” dan di edisi digital, saya menyampaikan tanggapan sebagai berikut ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bahwa dalam berita tersebut terdapat kesalahan penulisan nama saya sebagai Joshua Rahmat. Seharusnya nama saya tertulis “Rahmat”.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tulisan itu menyebutkan bahwa saya dan Pinangki, bersama Anita dan Andi Irfan Jaya, bertemu dengan Joko Tjandra di ruang kerjanya di lantai 105 Menara The Exchange 106, Kuala Lumpur, Malaysia. Dalam wawancara tertulis yang saya kirimkan ke Tempo, saya menyatakan bahwa saya tidak tahu dan tidak kenal serta tidak pernah bertemu dengan Andi Irfan Jaya. Berdasarkan hal tersebut, terdapat kesalahan dan ketidaksesuaian dengan jawaban yang saya berikan dalam wawancara tertulis.
Rahmat
Jakarta
Terima kasih atas tanggapan Anda.
Kekuatan Ekonomi Rakyat
KEKUATAN ekonomi rakyat didasari oleh kekuatan filsafat kerakyatan yang dapat dibedakan dalam lima hal. Pertama, kekuatan kerakyatan diterjemahkan dalam konteks dan konstelasi kekuatan rakyat sebagai bentuk yang menjadikan rakyat dapat mendirikan kekuatan ekonominya secara berkemandirian. Kedua, filsafat kerakyatan dalam ekonomi rakyat ditunjukkan dengan kemandirian yang substantif.
Ketiga, kemandirian yang substantif ditopang oleh sistem kerakyatan dalam berekonomi negara dan berbagai bentuk unsur kenegaraan yang menuju kepada tujuan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa serta kejayaan negara sebagai bentuk konsekuensi logisnya. Keempat, kefilsafatan yang dibangun dan dikembangkan dalam ekonomi rakyat dapat ditunjukkan dalam beberapa aspek, antara lain politik, budaya, keagamaan, dan sosial, serta tidak meninggalkan kelestarian lingkungan yang berkesinambungan dan berbagai kemungkinan hal lain yang terkait secara erat langsung ataupun tidak langsung dengan kehidupan ekonomi rakyat secara keseluruhan dan menyeluruh sampai kepada aspek yang paling dasar ataupun termasuk yang artifisial.
Kelima, kekuatan filsafat yang berhasil terbentuk akan terus diperbarui guna menjadikan kekuatan filsafat itu tetap dapat berkembang dan mengembang dalam menunjang aktivitas rakyat yang makin berkualitas. Ini artinya bahwa kefilsafatan yang terbentuk tidaklah dogmatis, melainkan selalu responsif atas perkembangan dalam berbagai bentuk yang kelak mempengaruhi ekonomi rakyat tersebut. Sekalipun demikian, nantinya akan terlihat sejauh mana kefilsafatan ekonomi rakyat tersebut dapat menjadi filter dan fundamen yang kokoh bagi pengembangan kesejahteraan bersama-sama sebagai anak bangsa Indonesia seluruhnya.
Jika kemudian dapat diterapkan dan diaplikasikan, kelima hal di atas menjadikan ekonomi rakyat teruji dengan sendirinya. Sebab, kelimanya sudah mencakup dan meliputi berbagai hal terkait dengan keadaan ekonomi rakyat itu sendiri. Dengan demikian sekarang tentang bagaimana kelima aspek di atas dapat dijadikan sebagai bentuk yang operasional di lapangan. Artinya betul-betul dapat kemudian dijadikan sebagai tumpuan dalam mengembangkan ekonomi rakyat yang makin berkualitas. Prinsip pokoknya adalah ketika rakyat sudah berdaya secara ekonomi, segala sesuatu persoalan terkait dengan ekonomi tersebut sebagian akan dapat teratasi. Itu baru sebagian, meskipun sebagian tidak lantas sudah menyebut separuh dari persoalannya. Tapi hal itu sebagai pertanda bahwa sudah ada upaya optimal dalam memberdayakan ekonomi rakyat sehingga sesuai dengan upaya peningkatan kapabilitasnya—jika meminjam istilah Amartya Sen. Kapabilitas dalam konteks ini akan terbayarkan jika filosofinya sudah tepat dipergunakan dan dilaksanakan secara ketat.
Jika gagasan berlanjut dalam konteks operasional ke tingkat yang paling praktis pada tempatnya yang tepat dapat ditawarkan bahwa kapabilitas yang dibangun atas diri rakyat secara keseluruhan sudah barang tentu sesuai dengan kondisi dan situasi setiap lokasi yang ada, dan hal ini memerlukan pengorbanan lebih dari pemerintah dalam hal distribusi kesejahteraan. Artinya bahwa ketika hal ini diterapkan dalam kancah kehidupan nyata yang paling praktis, dibutuhkan sumber daya manusia yang mumpuni untuk dapat menggerakkan ekonomi rakyat dari tingkat konglomerasi sampai tingkat pengangguran yang paling mengenaskan. Itulah sebabnya peran pemerintah dalam hal ini menjadi krusial sebagai distributor kesejahteraan yang paling hebat.
Kekuatan ekonomi rakyat pada akhirnya menjadi bahan yang tidak pernah usang dan selesai untuk dikembangkan karena menyangkut kepada eksistensi bangsa dan negara.
Ngurah Weda Sahadewa
Anggota staf pengajar Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo