Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Amputasi demi Jimat Pemilu

Kaum albino di Tanzania diburu untuk diamputasi ataupun dibunuh. Demi jimat pembawa keberuntungan.

19 Oktober 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bibiana Mashamba, 16 tahun, masih ingat ketika pencuri masuk ke kamarnya di Mwanza, kota terbesar kedua di Tanzania, pada pukul 11 malam, enam tahun lalu. Pencuri itu bukan mau mengambil perhiasan atau barang elektronik, melainkan memotong kaki kanan dan dua jari Mashamba. "Itu sangat menyakitkan," ujar gadis albino ini, seperti dilaporkan CNN, Jumat dua pekan lalu.

Mashamba tak sepenuhnya sadar saat peristiwa itu terjadi karena dibius oleh pelaku. Ketika terbangun, dia mendapati diri bersimbah darah, melihat pelaku, lalu berteriak. Pelaku yang hendak memotong kaki kirinya itu kemudian kabur karena ada orang yang datang mendengar teriakan tersebut. Akibat kejadian itu, Mashamba harus dirawat di rumah sakit sepuluh bulan. Kini Mashamba dan saudara perempuannya yang juga albino, Tindi, dirawat oleh Al Shymaa Kway-Geer, politikus perempuan albino.

Kemalangan juga menimpa Baraka Cosmas Rusambo. Tangan kanan bocah enam tahun ini dipotong oleh ayah dan pamannya sendiri untuk dijual seharga US$ 5.000 atau sekitar Rp 67 juta. Sebuah kelompok amal membawa Rusambo ke Amerika Serikat untuk perawatan sejak Juni lalu. Baik Mashamba maupun Rusambo beruntung akhirnya mendapat sumbangan anggota tubuh buatan.

Kisah mereka hanya sedikit gambaran tentang anggota tubuh kaum albino yang diburu di Tanzania karena alasan takhayul. Menurut para dukun di sana, anak albino adalah roh yang membawa sial. Namun anggota tubuh mereka membawa keberuntungan dan mendatangkan kekayaan. Lebih manjur lagi jika si albino berteriak ketika diamputasi. "Serangan ini sangat kejam. Sasarannya terutama anak-anak," kata Zeid Ra'ad Al Hussein dari Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hak Asasi Manusia.

Potongan tubuh albino dihargai US$ 600 atau sekitar Rp 7,9 juta. Sedangkan keseluruhan jasadnya bernilai hingga US$ 75 ribu atau sekitar Rp 999 juta. Tak mengherankan bila kini anak-anak albino di Tanzania takut diserang, diculik, atau dibunuh. Mereka tak bebas bermain di luar rumah. Mereka juga bersekolah di sekolah asrama negeri.

Albino adalah kondisi kekurangan pigmen melanin pada kulit, rambut, dan mata, sehingga kulit menjadi putih pucat dan rambut pirang. Ini sering terjadi akibat perkawinan sedarah. Di Afrika, albino banyak ditemukan di kawasan sub-Sahara. Satu dari 1.400 orang di Tanzania mengalami albino. Negara di Afrika bagian timur ini diperkirakan memiliki 30 ribu albino. Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat rasionya hanya satu dari 20 ribu orang. Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan 75 albino terbunuh di Afrika sejak 2000, sedangkan 62 albino lainnya lolos dari maut dengan luka parah.

Menjelang pemilihan umum Tanzania, yang digelar pada 25 Oktober, adalah masa-masa mencekam bagi kaum albino. Permintaan akan anggota tubuh mereka untuk dijadikan jimat pendulang suara bagi kandidat anggota legislatif semakin banyak. Sejauh ini pemerintah Tanzania telah menangkap paling tidak 200 dukun yang terlibat amputasi albino. Pada Januari lalu, Menteri Dalam Negeri Mathias Chikawe juga menjanjikan pembentukan kelompok kerja untuk menangani penculikan dan pembunuhan albino.

Sayangnya, kata Edward Severino, pengurus program Tanzania Albinism Society, pembeli anggota tubuh albino jarang tertangkap. "Dukun yang memotong anggota tubuh itu tertangkap, tapi pembeli sesungguhnya tidak," ucapnya, seperti dilansir Voice of America, Rabu pekan lalu.

Meski menjadi korban kekejaman, Mashamba tetap punya cita-cita. "Saya ingin menjadi dokter sehingga bisa menyembuhkan tulang anak-anak lain," ujarnya. Korban lain, Mwigulu Magesa, bercita-cita menjadi presiden agar bisa menghukum mati pelaku kekejaman terhadap anak albino. "Gantung mereka," kata remaja 12 tahun ini.

Atmi Pertiwi (CNN, VOA, Reuters, Daily Mail)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus