Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Israel tidak memiliki rencana selama perangnya di Gaza dan sekarang Lebanon, namun mencoba untuk "memaksakan realitas keamanan baru di seluruh kawasan", menurut seorang analis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tentara Israel "berusaha menetralisir setiap oposisi dan perlawanan yang datang dari utara, dari garis depan dengan Hizbullah, dalam upaya untuk dapat terus melakukan genosida di Gaza tanpa tantangan," kata Abdullah Al-Arian, seorang profesor di Universitas Georgetown di Qatar, kepada Al Jazeera.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Apa yang benar-benar perlu didiskusikan adalah sejauh mana ada upaya untuk menduduki bagian selatan Lebanon dan mencoba untuk membentuk kembali seluruh sistem politik Lebanon dengan cara yang jauh lebih menguntungkan bagi AS dan Israel," katanya.
Israel tidak tertarik untuk menerapkan resolusi PBB di perbatasan Israel-Lebanon, tambahnya. "Penghancuran yang terus menerus" yang dilakukan Israel terhadap Gaza dan Lebanon - dalam skala yang jauh lebih besar dari sebelumnya - merupakan hukuman kolektif bagi kelompok-kelompok perlawanan yang telah muncul selama beberapa dekade sebagai tanggapan atas tindakan militer Israel, kata Al-Arian.
"Penghancuran berkelanjutan" yang dilakukan Israel terhadap Gaza dan Lebanon - dalam skala yang jauh lebih besar dari sebelumnya - merupakan hukuman kolektif bagi kelompok-kelompok perlawanan yang muncul selama beberapa dekade sebagai tanggapan atas tindakan militer Israel, kata Al-Arian.
Israel adalah 'penjudi' yang tidak belajar dari pengalaman
Gideon Levy, kolumnis surat kabar Israel, Haaretz, mengatakan bahwa meskipun mengalahkan Hizbullah di Lebanon adalah "tujuan yang tidak mungkin tercapai", Israel percaya bahwa ini adalah peluang untuk mengalahkan musuh-musuhnya dan "menghapus semua bahaya".
"Ini jelas merupakan tujuan yang tidak dapat dicapai, tetapi Israel bertujuan ke sana, pertama di Gaza untuk menghancurkan Hamas dan kemudian untuk menghancurkan Hizbullah di Lebanon dan jika memungkinkan juga untuk setidaknya memukul potensi kekuatan Iran, atau setidaknya meminimalkannya," katanya kepada Al Jazeera dari Tel Aviv.
Israel telah mencoba dan gagal mencapai hal ini di masa lalu, seperti pada invasi 1982 dengan harapan untuk membentuk pemerintahan yang bersahabat di Lebanon.
"Seorang penjudi pergi lagi dan lagi ke kasino, dan dia tidak pernah belajar," kata Levy tentang keyakinan teguh Israel bahwa mereka akan berhasil dalam tujuannya kali ini. "Dia kalah dan kalah dan kalah, dan dia mencoba lagi karena dia yakin bahwa kesempatan berikutnya akan menjadi kesempatannya, kesempatan besarnya."
Levy menambahkan: "Israel dalam banyak hal berperilaku sangat mirip, tidak belajar apa pun dari pengalamannya sendiri."
Pilihan Editor: Kesaksian WNI, Lebanon Selatan Sudah Porak-poranda