Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ancaman dari ayodhya

Konflik hindu dan islam di india telah merembet ke negara tetangga. perdana menteri rao minta dukungan partai beraliran komunis untuk memperkuat kebijaksanaan kepemimpinannya.

19 Desember 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GAUNG perobohan Mesjid Ram Janmabhoomi di Ayodhya, India, ternyata bergema kencang di seantero dunia. Tak lama sesudah mesjid itu dirobohkan pemeluk Hindu, pembalasan langsung marak di mana-mana, terutama di Pakistan dan Bangladesh, dua negara tetangga India. Di Karachi, sebanyak 100 kuil dan sejumlah rumah orang Hindu diserbu ribuan massa yang berang. Hasilnya: satu kuil rata dengan tanah, 24 orang meninggal, dan ratusan penduduk luka-luka. Di Dhaka, sekalipun pemuka-pemuka umat Islam menyerukan demonstrasi damai, toh jatuhnya korban tetap tak terhindarkan. Tercatat enam orang meninggal dan ratusan orang lagi luka-luka. Belum diketahui berapa kerugian yang diderita Pakistan dan Bangladesh. Bagaimana di India sendiri? Kerusuhan yang minta korban 850 orang meninggal dunia itu telah menebarkan kecemasan ke seluruh negeri. Di Bombay, kota perdagangan terbesar di India, misalnya, kegiatan sehari-hari sempat terhenti pada Selasa pekan lalu. Toko-toko dan kantor sempat tutup ketika pemimpin umat Islam dan Hindu setempat secara terang-terangan mengobarkan semangat pengikut masing-masing. Selama kerusuhan berkobar, menurut seorang pejabat kantor perdagangan India, dari Bombay saja kerugian tercatat sekitar US$ 77 juta akibat terhambatnya pengapalan barang-barang ekspor. Kini kerusuhan yang mengguncang India itu mulai mereda setelah Perdana Menteri Narasimha Rao membubarkan pemerintahan negara bagian Uttar Pradesh, tempat Ayodhya berada, yang dikuasai Partai Bharatiya Janata, dan mengalihkan pengawasan langsung negara bagian itu ke New Delhi. Maka, salat Jumat minggu lalu, yang sebelumnya dikhawatirkan bakal menyulut keributan besar di seluruh India, ternyata berlangsung aman. Langkah pengamanan lain yang dilakukan Rao adalah menahan dua pemimpin Bharatiya, Lal Krishan Adavani dan Murli Manohar Joshi, atas tuduhan mengobarkan kemarahan masal. Adalah kedua pemimpin ini yang sebelumnya meyakinkan pemerintahan Rao bahwa 200.000 umat Hindu yang bersembahyang di Ayodhya, Minggu dua pekan lalu, tak akan menyentuh mesjid. Selain itu, Rao juga membubarkan tiga organisasi agama Hindu (termasuk Dewan Hindu Sedunia yang selama ini aktif menyebarluaskan semangat membangun kuil di atas lokasi mesjid) dan dua organisasi Islam. Kelima organisasi itu dituduh telah membangkitkan perasaan bermusuhan antaragama. Bagi pemerintah India sebenarnya kasus Ayodhya, yang sebelumnya telah mengakibatkan jatuhnya dua perdana menteri, bukan soal baru. Maka, ketika terpilih menjadi perdana menteri, 18 bulan lalu, Rao memasukkan soal Mesjid Ram Janmabhoomi, yang disebut orang Hindu sebagai lokasi tempat lahirnya Dewa Rama, sebagai kasus yang perlu ditangani ekstra hati-hati. Adalah Rao, melalui mahkamah agung India, yang menetapkan agar Mesjid Ram Janmabhoomi tak diusik-usik. Tak heran bila Rao tak begitu disukai pengikut Partai Bharatiya Janata. Mereka bahkan siap mengajukan mosi tidak percaya terhadap kepemimpinan Rao. Dengan ditangkapnya Adavani dan Joshi serta dibubarkannya Dewan Hindu Sedunia, konflik antara Bharatiya dan Partai Kongres, partai Rao, yang mempertahankan prinsip sekularisme India, makin terbuka. "Nanti akan terlihat siapa yang lebih kuat, nasionalisme atau sekularisme," kata Kalyan Singh, pemuka Bharatiya, yang sebelum kerusuhan menjabat sebagai ketua menteri Negara Bagian Uttar Pradesh. Sementara itu, di mata umat Islam India, yang berjumlah sekitar 100 juta orang, robohnya Mesjid Ram Janmabhoomi yang sudah berumur sekitar 400 tahun itu sebagai ketidakberanian Rao bertindak tegas melarang acara sembahyang umat Hindu pada 6 Desember lalu. Janji Rao untuk membangun kembali mesjid di Ayodhya sebagai ganti perobohan Mesjid Ram Janmabhoomi tak lagi mampu meredakan kemarahan umat Islam. Maka, mereka, yang berhimpun di bawah Komite Aksi Babri, mengeluarkan seruan kepada umat Islam di seluruh dunia agar menodai kuil. Kini tinggal Imam Akhmed Bukhari, pemimpin Mesjid Jama, mesjid terbesar di New Delhi, yang bersedia bekerja sama dengan pemerintah untuk meredakan ketegangan antara umat Islam dan Hindu. Menghadapi semua tekanan itu, Rao kemudian melirik dua partai sayap kiri, Partai Komunis India dan Partai Komunis Marxis India, untuk memberikan dukungan pada pemerintahannya. "Saya sudah bicara dengan kedua partai itu dan mereka bersedia," kata Rao usai sidang Komite Kerja Partai Kongres, Rabu pekan lalu. Dalam sidang khusus itu Rao mendapat dukungan penuh atas langkah-langkah yang diambilnya dalam mengatasi kerusuhan yang muncul. Itu juga berarti bahwa aliansi antara Partai Kongres dan partai sayap kiri untuk melawan kelompok fundamentalis Hindu mendapat dukungan anggota Kongres lainnya. Aliansi yang dijalin Perdana Menteri Rao tentu saja ada harganya. Pada masa mendatang, jika Rao masih bertahan di kursi perdana menteri, harus siap tawar-menawar dengan kedua partai oposisi tersebut. Padahal kedua partai yang memakai label komunis itu jelas-jelas menentang upaya perampingan badan usaha milik negara yang dilakukan Rao selama ini. Agar kedua partai pendukung itu tak bentrok, mau tak mau Rao harus mengurangi laju reformasi ekonominya. Liston P. Siregar (Jakarta) dan Navraj Gandhi (New Delhi)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus