Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Angin amerika di saudi

Krisis teluk dan kehadiran tentara as di arab saudi memberi kesadaran baru orang saudi. kaum wanita di bolehkan bekerja di sejumlah sektor. ada serdadu as yang keluar masuk toko dengan baju tentara lengkap.

22 September 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BUKAN hanya gurun di Saudi yang berubah, dijadikan latihan sebelum perang pecah. Masyarakat Saudi pun tampaknya terkena angin Amerika. Raja Fahd mengeluarkan sejumlah peraturan baru, memudahkan peran serta kaum hawa Saudi. Mereka kini boleh bekerja di sejumlah sektor, khususnya bidang perawatan dan program kesehatan. Ini, konon, karena desakan mayoritas masarakat. "Kami tak pernah memimpikan ini bakal terjadi," ujar Rabaa Khatib, dosen wanita di fakultas sastra Inggris di Universitas King Abdulazis, Jeddah. Walau banyak wanita Saudi sudah terjun dalam bidang perbankan, pengajaran, dan medis, peran mereka sangat dibatasi. Invasi Irak ke Kuwait dan kehadiran tentara Amerika tampaknya memberi kesadaran baru pada orang Saudi, untuk turut mempertahankan tanah air mereka jika diserang pihak luar. "Setelah menyaksikan yang terjadi di Kuwait, seluruh staf wanita saya minta agar latihan palang merah dan pertahanan untuk melindungi diri sendiri. Saya kira para penguasa bertindak responsif," ujar Nyonya Khatib. Sejauh mana kehadiran pasukan AS, yang sebagiannya adalah tentara wanita, mempengaruhi peraturan baru itu? Yang jelas, kehadiran pasukan AS di Arab Saudi sejauh ini "tak terasa". Walau penduduk sadar akan kehadiran pasukan asing di negerinya, warga Saudi tak melihat sosok tentara AS. Konon, karena pasukan AS itu selalu bergerak. Mereka tak berkumpul dan bergaul dengan penduduk setempat. Sistem logistik tentara Amerika disebut-sebut sedemikian lengkapnya, mulai dari makanan sampai kebutuhan lainnya. Karena itu, tak perlu, misalnya, para GI, belanja. Memang, terdengar juga keluhan dari masyarakat Saudi. Tapi itu hanya di hari-hari pertama krisis Teluk. Para serdadu itu suka belanja tetap dengan baju loreng dan menyandang senjata. Komandan akhirnya melarangnya. Menurut radio BBC, London, beberapa waktu lalu memang masih terlihat satu-dua serdadu Amerika, dengan pakaian tempur dan topi koboi, keluar masuk toko. Bisa jadi mereka bosan menunggu, tanpa kerja apa pun. Waktu itu, konon, masih dimohonkan pada Raja Fahd untuk melakukan latihan tempur di gurun. Pekan lalu izin sudah diberikan. Kebosanan mungkin sudah terusir. Tak perlu ada yang jalan-jalan lagi -- kecuali ke Irak, nanti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus