PENTAGON terguncang. Kementerian pertahanan AS ini bukan terkena bom biasa, melainkan bom skandal suap. Tak kurang dari 100 kontrak bernilai puluhan trilyun rupiah terancam pembatalan. Diduga kontrak-kontrak itu dimenangkan secara tak wajar. Inilah korupsi terbesar. Kecurigaan muncul gara-gara sebuah panggilan telepon, dua tahun silam. Telepon itu di meja seorang konsultan, seorang pegawai angkatan laut AS yang baru saja pensiun. Menurut para penyelidik AS, telepon itu berasal dari konsul lain yang meminta informasi rahasia tentang tender di Pentagon. Ini jelas ajakan berbuat serong. Untunglah, pensiunan itu tidak goyang. Ia malah menghubungi dinas intelijen angkatan laut. Maka, sebuah perangkap pun dipasang. Operasi sangat rahasia dengan nama sandi "Angin Buruk" pun dimulai. Hasil operasi ini diumumkan dua pekan lalu. Sebuah sistem yang teramat rentan korupsi pun terkuak. Sudah menjadi kcbiasaan bagi para pejabat tinggi Pentagon, baik sipil maupun militer, untuk menjadi konsultan begitu memasuki masa pensiun. Sebagai konsultan mereka menjual pengetahuan dan relasinya kepada kontraktor pemasok mesin perang AS. Jasa konsultan ini amat dibutuhkan para kontraktor karena peliknya prosedur pengadaan yang disusun Pentagon. Karena banyak di antaranya berpangkat jenderal dan membuka kantor di jalan lingkar dekat Pentagon, mereka dijuluki "perusahaan yang menyewakan para jenderal", atau "bandit di jalan lingkar". Nama seram ini diberikan karena bisnis perangkat perang bukan main besarnya. Setiap tahun Pentagon membelanjakan sekitar Rp 260 trilyun -- hampir sepuluh kali lipat anggaran pemerintah RI. Salah satu konsultan yang dijaring operasi "Angin Buruk" ini adalah Melvin R. Paisley. Tokoh berusia 63 tahun yang pernah menjadi eksekutif Boeing ini adalah pensiunan angkatan laut. Ia dikenal sebagai pejabat kunci pengadaan peralatan angkatan laut bernilai trilyunan rupiah ketika menjadi asisten menteri angkatan laut John Lehman. Lehman dan Paisley pensiun tahun lalu. Paisley dituduh menjual informasi rahasia kepada McDonnell Douglas hingga perusahaan ini berhasill menjual pemburu pancar gas F/A18, mengalahkan F-16 yang ditawarkan eneral Dynamics, kepada Swiss, Korea Selatan, dan Prancis. Dakwaan ini didasarkan pada dokumen yang dapat disita dari kediaman Thomas Gunn, seorang wakil presiden di Boeing Co. Thomas Gunn hanyalah salah seorang dari sekitar 200 anggota "segi tiga besi" yang digerebek petugas FBI (Dinas Penyidik Federal AS) dan Badan Intelijen Angkatan Laut AS. Penggerebekan ini dilakukan berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil penyadapan telepon sejak 1986, oleh sekitar 100 petugas. Operasi penyadapan telepon sangat bermanfaat karena bisnis para konsultan ini acap dilakukan lewat telepon. Biasanya para konsultan menelepon rekannya yang masih bekerja aktif di Pentagon untuk mendapatkan informasi yang diperlukan langganannya. Misalkan saja informasi tentang persyaratan perangkat tertentu yang diinginkan Pentagon, atau besar tender yang ditawarkan perusahaan saingannya. Kadang-kadang konsultan juga mengatur agar antara pesaing bekerja sama. Biasanya si pemenang tender menjanjikan mensubkontrakkan sebagian besar proyeknya pada saingannya tersebut. Ironisnya, skandal ini terjadi justru pada saat pemerintahan Reagan menerapkan sistem tender bersaing dcngan maksud menghemat pengeluaran pertahanan. Wajar jika kongres, yang salah satu tugasnya adalah mengawasi perilaku pemerintah, menjadi berang. Mereka mulai sibuk mencari aturan baru untuk menutup "lubang-lubang" pada sistem pengadaan barang untuk Pentagon. Belum jelas benar peraturan apa yang akan dikeluarkan para wakil rakyat AS itu. Namun, berdasarkan pcngalaman, peraturan biasanya mudah ditembus oleh angin buruk. Pasalnya, dalam proyek mesin perang berteknologi tinggi, arus informasi antara Pentagon dan kontraktor justru harus lancar. Bambang Harymurti
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini