KONPERENSI Kairo, sebagai langkah lanjut kunjungan Anwar Sadat
ke Yerusalem sebulan yang silam, akhirnya diadakan juga. Tapi
hanya dihadiri oleh Mesir, Israel, serta peninjau Amerika dan
PBB. Pertemuan itu dibuka pada Rabu pekan silam, kendati lima
pihak lain yang diundang tidak muncul di meja konperensi,
"karena alasan-alasan diplomatik Kelima utusan yang tak muncul
itu adalah Suria. Libanon Yordania, PLO dan Uni Soviet.
Sementara itu pihak radikal Arab telah mengadakan pertemuan
tersendiri di Tripoli, ibukota Libya Kumpul-kumpul kaum radikal
yang diprakarsai oleh Muammar Gaddafi itu tak urung menjatuhkan
hukumam kepada Anwar Sadat sebagai "kolaborator Zionis yang
harus disingkirkan".
Di sini jelas bahwa jalan yang harus ditempuh oleh Sadat masih
sangat jauh. Seperti halya jalan yang telah dilaluinya ketika ia
terbang ke Israel untuk berbicara langsung dengan orang-orang
Israel. Malahan ketika ia pergi ke Yerusalem sebenarnya ia
baru melakukan langkah pertama.
Seperti halnya pada tahun 1967 ketika ia menandatangani tahap
kedua penyerahan Sinai, inisiatifnya yang terakhir itu tidak
membawa penyelesaian mengenai masalah Timur Tengah. Salah satu
alasan utama karena ii tak ditemani oleh Suria.
Sebelum Presiden Assad dari Suria sudi bekerja-sama dengan
Sadat, ia mau agar beberapa hal jelas betul untuknya. Bahwa
pencarian perdamaian itu bukan suatu langkah penguluran waktu
untuk menyelesaihan persoalan persoalan dalam negeri. Bahwa
usaha itu bukan merupakan "pesan sponsor" Amerika. Suria masih
memandang Amerika sebagai musuh Arab. Di samping itu pengunduran
diri Israel harus menyeluruh dan nasib orang Palestina
diperhatikan. Dan yang terakhir: status perang atau darnai
dengan Israel tergantung kepada kemauan generasi yang akan
datang, tidak diputuskan sekarang.
Bantuan Saudi Stop?
Kedudukan Sadat sekarang memang rawan. Arab Saudi yang jadi
cukong Mesir curiga akan tindakan-tindakan Sadat. Bantuannya
kepada Mesir adalah untuk mendekatkan Kairo dengan Damaskus
bukan sebaliknya. Karenanya dokumen yang dikirim oleh Saudi ke
Mesir sebelum Sadat berangkat ke Yerusalem mungkin merupakan
satu pil pahit bagi Mesir. Sejak perjalanan Sadat ke Yerusalem
penanaman modal Saudi di Mesir makin turun. Malahan katanya
negeri itu sedang mempertimbangkan untuk menghentikan bantuan
militernya kepada Mesir.
Dalam pada itu Amerika berusaha keras membujuk Saudi meneruskan
bantuan keuangannya untuk Sadat. Mereka berusaha meyakinkan Raja
Khaled bahwa langkah perdamaian Sadat bisa merupakan suatu
perundingan yang lebih luas dan penyelesaian masalah timur
tengah secara menyeluruh. Tak ada tanda-tanda bahwa Amerika
berhasil dalam hal ini.
Sementara itu tekanan-tekanan kepada Sadat di dalam negeri makin
keras apalagi kalau ia gagal. Wall Street Jurnal mengutip
seorang pejabat tinggi Mesir sebagai mengatakan: "Setiap dua
lahun atau lebih ia nelakukan tindakan-tindakan yang
kelihatannya menentukan. Tapi kemudian tak ada buntutnya."
Keadaan ekonomi Mesir tetap buruk ketika Konperensi Kairo
berlangsung. Bantuan yang akan didapatnya dari IMF tak akan
mampu membawa Sadat keluar dari kesulitan ekonomi itu.
Sadat pun menghadapi risiko-risiko politik apabila prakarsanya
gagal. Banyak orang Mesir mengharapkan ia mcmecat Perdana
Menteri Salem dalam perubahan kabinet bulan Oktober lalu. Tapi
ternyata bahwa Sadat masih menyukai Salem. Salem sangat berakai
di kalangan sekuriti, dan Sadat takut apabila ia menendang
Salem, akan timbul masalah keamanan. Seperti keributan-keributan
di awal tahun ini. Sadat selalu menjuluki Salem sebagai "orang
yang paling diperlukan dalam masa susah." Kaum Naseris Partainya
Sadat, Partai Sosialis Arab Mesir, dilanda pula dengan
perpecahan intern atas usul Sadat yang menginginkan
pemerintahannya didasarkan pada basis yang lebih jelas. Ini
berarti mengurangi monopoli politik yang selama ini dinikmati
oleh Partai Sosialis Arab Mesir. Namun perluasan basis politik
ini tidak datang dari bawah ini, muncul antara lain sebagai
tekanan dari atas untuk memunculkan golongan tengah dan kanan
yang menyokong langkah perdamaian Sadat.
Tapi apabila hasil perjalanan Yerusalem tak menghasilkan apa
pun, kelompok ini ahan berbalik melawan Sadat. Di antara
kelompok-kelompok politik yang menjadi berkeluh ada yang
disebut Partai Wafd, kelompok Persaudaraan Muslim yang fanatik
dan kaum Naseris yang tak puas atas tindakan-tindakan de
Naserisasi Sadat.
Jadi di dalam negeri Sadat sedang terjepit. Apalagi kalau misi
perdamaiannya gagal, ia akan makin terjepit. Dan kalau di dunia
Arab Sadat sudah demikian jauh terisolirnya, bagaimana ia
harus memperlakukan sekurang-kurangnya 35.000 orang Falestina
yang ada di Mesir? (lihat Box). Ia tak mungkin melakukan
kekerasan terhadap mereka. Pokoknya hari depan politik Sadat
tidak begitu cerah. Dalam pada itu keamanan fisiknya juga
diragukan. George Habash, pemimpin sayap radikal PLO dalam
pernyataan anti Sadat pada pertemuan Tripoli baru-baru ini
mengatakan bahwa Sadat akan dibunuh.
Ketika Sadat kembali dari Yerusalem dan disambut oleh
anggota-anggota kabinet dan staf militernya, tidak ada senyum
santai terlukis pada mulut para penyambut tersehut. Konperensi
Kairo, pemutusan hubungan diplomatik dengan negara-negara Arab
lain, semua itu telah jadi anti-klimaks, setelah kunjungan Sadat
yang mengagumkan (dan mengharukan) banyak orang ke Yerusalem.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini