PEKAN lalu boleh disebut sebagai 'pekan pernyataan'.
Ini dimulai dengan keluarnya Pernyataan ABRI 15 Desember, yang
selama dua hari sebelumnya digodok di rapat maraton di markas
besar Kopkamtib, Jl. Merdeka Barat 17, Jakarta. Dibacakan oleh
Menhankam/Pangab Jenderal Maraden Pangabean, dalam nada yang
khas keras, pernyataan 2Ih halaman itu ingin menunjukkan
kekompakan ABRI untuk meluruskan jalan pemilihan Presiden RI
dalam Sidang Umum MPR Maret 1978.
Panggabean, yang menandatangani pernyataan itu, memperingatkan
"ABRI sebagai aparatur pemerintah akan mengambil tindakan tegas
berdasarkan wewenangnya terhadap siapapun yang melakukan
kegiatan yang akan merongrong kewibawaan Kepemimpinan Nasional
dan mengganggu atau menggagalkan SU MPR yang akan datang."
Selain Menhankam/Pangab, ketiga Kepala Staf Angkatan dan Kapolri
turut membubuhkan tandatangannya. Juga Wapangab Jenderal
Surono, yang akhir-akhir ini didesas-desuskan mau jadi presiden
dan "tidak cocok dengan Pak Harto." Maka melalui pernyataan
bersama itu terbantahlah desas-desus itu.
Pernyataan itu merupakan pemyataan ke 4 dari ABRI. Ketiga yang
lain keluar di zaman gawat 1966. Apakah keadaan gawat benar?
Esoknya ketika pelantikan para perwira remaja AKABRI di Yogya!
Presiden Soeharto menyatakan pernyataan ABRI itu adalah
"peringatan persaudaraan" agaknya ini untuk menghindarkan
kesan konfrontasi. Maka dalam nada persaudaraan" pula di
Jakarta kedua DPP PDI yang belum usai ribut itu sama-sama
merasa "lega" menyambut pernyataan keras itu. Sedang Nuddin
Lubis, ketua Fraksi Persatuan dalam DPR, beranggapan "cukup
alasan bagi ABRI untuk mengeluarkan pernyataan itu." Dan
menyusul kedua partai tadi, banyak lagi suara yang pada dasarnya
mendukung pernyataan ABRI.
Jenderal Nasution yang belakangan ini sering bicara, dalam
ceramahnya pekan lalu menilai: "Inti pernyataan ABRI itu
sebenarnya sama dengan yang diperjoangkan mahasiswa." Pernyataan
15 Desember itu juga bicara tentang "melanjutkan perjuangan Orde
Baru" dan berjanji ingin melakukan "perbaikan, penyempurnaan
koreksi" untuk mengatasi "kekurangan, kelemahan, penyelewengan
dan hambatan yang masih terjadi."
Dan mahasiswa sendiri nampaknya akur. Tiga Dewan Mahasiswa (dari
UI IPB, ITB) tak mau ketinggalan memberi "catatan" terhadap
pernyataan ABRI itu. Ditandatangani oleh Ketua DM-UI Lukman
Hakim, Pj. Ketua DMIPB Asep Saefuddin dan Ketua DM-ITB Heri
Akhmadi, para wakil pimpinan mahasiswa itu menyadari sepenuhnya
pernyataan ABRI sebagai suatu cermin dari kepekaan ABRI pada
situasi sosial politik akhir-akhir ini..." Tapi mereka
berpendapat "bahwa kelangsungan Kepemimpinan Nasional yang ingin
ditegakkan bukanlah berarti melahirkan/mempertahankan status quo
atau establishment dengan disiplin mati melainkan suatu usaha
untuk menciptakan suasana yang dapat melahirkan struktur politik
dan budaya politik yang seharusnya menceminkan kehidupan
demokrasi sesungguhnya."
Lalu para mahasiswa itu juga menyatakan ingin menyampaikan
sendiri pernyataan mereka dan "ingin berdialog" dengan
Menhankam, tapi karena kesibukan Panggabean mereka hanlya bisa
diterima oleh salah seorang stafnya di Merdeka Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini