Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Apa yang kau cari, hanoi ?

Sihanouk digulingkan oleh lon nol yang didukung as. khmer merah di bawah pol pot menggulingkan lon nol akhirnya menyerahkan pada heng samrin. vietnam membantu dengan alasan sengketa perbatasan. (ln)

20 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UNTUK pertama kali dalam scjarah. Sebuah pemerintahan komunis dijatuhkan oleh pemberontakan komunis yang dideking oleh suatu negeri komunis lain. Tiga hari setelah jatuhnya Phnom Penh, suatu pemerintahan baru, Republik Rakyat Kampuchea, terbentuk. Sebuah Dewan Revolusioner Rakvat mengumumkan terbentuknya pemerintahan baru itu. Partai yang akan berkuasa memakai nama Front Persatuan Nasional untuk Keselamatan Kampuchea (KNUFNS). Satu perubahan terjadi di Kamboja -- dan suatu peta baru terbentuk di daerah Indocina. Apa sesungguhnya yang terjadi? Mengapa terjadi sengketa antara Vietnam dan Kamboja yang sebagai sesama komunis dulu berjalin tangan memenangkan perang, belum 4 tahun yang lalu? Orang memang bingung. Awal Agustus lalu Menteri Pertahanan Vietnam yang tersohor, Jenderal Vo Nguyen Giap, didampingi 3 jenderal lain, melakukan inspeksi di perbatasan Kamboja. Pada para prajurit yang dikunjunginya Giap memberi pesan yang sama "Siap berperang melawan musuh." Yang dimaksudnya adalah Kamboja. Ucapan Giap mengandung Isyarat: Vietnam sudah cukup menahan diri dan siap berperang untuk menyelesaikan sengketa perbatasannya dengan Kamboja. Di sebelah sana, Pol Pot-leng Sary mengeluarkan suatu Catatan Hitam. Isinya daftar pelanggaran perbatasan yang dilakukan Vietnam. Sejak kapan? Yang menarik ialah bahwa mereka menyebut angka tahun 1471. Sentimen 500 tahun yang lalu rupanya hendak dibangkitkan. Kamboja bahkan menjadi suatu propinsi Vietnam antara 1841-1845. Kemudian Perancis datang, dan Kamboja "berlindung". Lepas dari penjajahan Perancis, 3 negara merdeka terbentuk di Indocina: Vietnam, Kamboja dan Laos. Gerakan komunis merupakan aliran yang paling kuat dalam usaha mencapai kemerdekaan. Kerjasama unsur komunis dari 3 daerah jajahan ini terjalin ketika pada 1930 dibentuk Partai Komunis Indocina, antara lain oleh Nguyen Ai Quoc. Ia kemudian lebih terkenal sebagai Ho Chi Minh. Riwayat munculnya gagasan Federasi Indocina yang kemudian disebut sebagai "Testamen Ho Chi Minh" dimulai ketika pada 1935 partai Komunis Indocina memutuskan kemungkinan terbentukriya suatu Federasi Indocina terdiri dari Vietnam, Laos dan Kamboja setelah mengusir pergi penjajah Perancis. Tapi permusuhan lama, dominasi ekonomi setengah juta penduduk Vietnam yang tinggal di Kamboja, dan kekuatan Vietnam serta jumlah penduduknya yang jauh lebih besar (50 juta dibanding Kamboja yang 7 juta dan Laos yang 4 juta) tidak bisa melenyapkan kecurigaan Kamboja pada Vietnam. Sengketa perbatasan selalu timbul, sekalipun kerjasama juga ada. Pada 1941 pangeran Sihanouk naik tahta dan Kamboja merdeka penuh pada 1953. Sementara itu gerakan komunis makin memperkuat diri. Mereka dipimpin tokoh-tokoh muda yang belajar di Perancis: Khieu Sampan, Ieng Sary, Saloth Sar (kemudian dikenal sebagai Pol Pot), Son Sen dan Hou Youn. Pada 1950 sebagian mahasiswa Kamboja membentuk Front Persatuan Nasional yang bertujuan membantu Vietnam memperjuangkan kemerdekaan dari Perancis. Kelompok yang dikenal sebagai Victminh Khmer ini melancarkan perjuangan gerilya melawan Perancis. Konperensi Jenewa mengenai Indocina pada 1954 tidak mengikutsertakan front ini. Mereka kecewa. Ribuan anggota mereka lari ke Hanoi sedang sebagian tinggal untuk meneruskan gerilya. Kelak mereka merupakan kelompok pro Vietnam di Kamboja. Sementara itu kelompok mahasiswa yang tergabung dalam Persatuan Mahasiswa Khmer terpecah dua. Kelompok "keras" diwakili oleh Ieng Sary, Saloth Sar dan Son Sen. Mereka menganggap Pangeran Sihanouk sebagai penghalang utama bagi suatu revolusi dan harus digulingkan melalui perjuangan bersenjata. Kelompok moderat yang dipimpin Khieu Sampan, Hou Youn dan Hu Nim menganggap perlu bekerjasama dengan Sihanouk karena dia juga menentang. imperialisme Amerika. Taktik mereka berjuang menuruti struktur kerajaan yang ada, merebut kedudukan yang penting dan barulah dimulai revolusi dari atas. SIHANOUK melepaskan tahtanya pada 1955 guna bergerak lebih bebas melalui partai Sangkum yang dibentuknya. Sangkum dengan cara licik menang mutlak pada pemilihan 1955. Tapi gerakan komunis makin memperkuat diri ketika para bekas tokoh mahasiswa kembali ke Kamboja. Pemerintah Sihanouk yang pada 1963 menolak bantuan Amerika rernyata bersikap lemah. Ia tidak berdaya menghadapi pasukan Vietnam-Utara dan Vietkong yang mempergunakan wiiayah Kamboja untuk menyerang Vietnam Selatan. Sihanouk sadar sepenuhnya akan kenyataan ini. Katanya di depan Parlemen yang terpilih pada pemilihan 1966: "Dua bahaya sekarang mengancam Kamboja di sebelah Earat imperialisme Muang Thai yang didukung AS dan di timur, imperialisme Vietnam." Golongan kanan muncul sebagai penenang dalam Parlemen baru ini dan !nereka mendukung tokoh baru: Jenderal Lon Nol. Kabinet Lon Nol ternyata idak bertahan lama. Ia gagal menyelesaikan pemberontakan petani di Samlaut yang didukung gerilya Vietminh. Sihanouk pun menggantinya dengan Son Sann. Revolusi Kebudayaan Cina pada 1966 menggemparkan dunia dan gemaya sampai juga di Kamboja. Kelompok pro Cina mulai membina kekuatan hingga Sihanouk mulai mengambil tindakan keras pada kelompok yang dibaptisnya dengan nama Khmer Merah. Penangkapan pada beberapa tokoh komunis menyebabkan banyak pemimpin mereka seperti Khieu Sampan bergerak di bawah tanah Banyak yang dilatih di Vietnam Utara dan lebih banyak lagi yang pergi ke Cina dan kembali dengan cita-cita yang lebih kuat untuk melancarkan revolusi. Sihanouk makin dipusingkan oleh sengketa dalam negeri. Ia makin tidak berdaya menghadapi gerilya Vietnam yang menghuni perbatasan Kamboja. Dalam usahanya menghentikan penyusupan mereka malahan ia membocorkan letak pangkalan Vietkong pada AS yang kemudian membomnya dari udara. Menghadapi krisis yang menghebat pada 1970 ia menunjuk Lon Nol sebagai kepala pemerintah "penyelamat" dan pergi ke Perancis untuk beristirahat. Kesempatan itu dimanfaatkan kelompok Lon Nol dan Sirik Matak --kabarnya dengan dukungan AS -- untuk menggulingkan Sihanouk. Perkembangan ini menguntungkan gerilyawan komunis. Bekerjasama dengan Khmer Merah, pasukan Vietnam dan Vietkong makin menyusup jauh ke dalam wilayah Kamboja dan menguasai wilayah yang "dibebaskan" ini. Usaha pemerintah untuk melawan mereka dengan membangkitkan kebencian lama Vietnam kurang berhasil. Hingga pada 1972, praktis pasukan Khmer Merah menguasai hampir 2/3 dari wilayah Kamboja tapi semua operasi militer tetap dipimpin pasukan Vietnam. Sihanouk yang membentuk Pemerintah Kerajaan Persatuan Nasional Kamboja di Beijing pada 1970 makin lama makin tersisih peranannya dengan makin kuatnya kelompok Khmer Merah. Atas anjuran PM RRC Zhou Enlai, pada 1970 dibentuk Front Persauan dari Tiga Rakyat Indocina yang kemudian disusul dengan Konperensi Kanton di mana Vietnam, Laos dan Kamboja memutuskan untuk menyatukan kekuatan guna mengusir AS dari Indocina. Pemerintah Lon Nol yang didukung AS ternyata tidak kuat bertahan melawan serbuan pasukan Khmer Merah yang makin menghebat. Hingga tibalah 17 April 1975 Phnom Penh "dibebaskan". Republik Demokrasi Kampuchea terbentuk, mula-mula dipimpin Khieu Sampan, kemudian oleh kelompok radikal di bawah Pol Pot-leng Sary. Selesainya perjuangan membuka kembali pertentangan lama antara dua bangsa yang bermusuhan ini. Sengketa perbatasan mulai ramai lagi. Pasukan Vietnam yang sebelumnya membantu Khmer Merah dipaksa kembali ke negaranya. Kekejaman rejim radikal Pol Potleng Sary dalam usaha mewujudkan masyarakat sosialis murni dan mengorbankan ratusan ribu rakyat Kamboja membuat Vietnam lebih gelisah. Lebih dari 60 ribu pengungsi Kamboja masuk kewilayah Vietnam, kebanyakan keturunan Vietnam yang melarikan diri dari kekejaman pemerintah Kamboja. Ribuan kader yang pernah dilatih dl Hanoi dikabarkan juga dibunuh karena dikhawatirkan mereka akan menjadi agen Hanoi. Kedua pihak saling menuduh pihak lain melanggar perbatasan. Pertempuran makin sering terjadi Hubungan diplomatik kedua negara diputuskan akhir Desember 1977. Apakah sengketa perbatasan ditambah dendam dan kecurigaan ini yang menyebabkan sengketa kedua bangsa? Apakah kesamaan ideologi komunis dikalahkan oleh rasa kebangsaan yang ingin mempertahankan kedaulatan wilayah ? "Anda boleh percaya pada kami. Kami tidak akan bertindak 5eperti nenek moyang kami. Rakyat Vietnam yang sekarang berbeda dengan rakyat Vietnam yang dulu," kata PM Pham Van Dong pada Sihanouk di Beijing pada 1964 ketika membicarakan masalah perbatasan kedua negara. Ucapan ini mungkin terdengar usang sekarang ini, setelah Vietnam terbukti terang-terangan menyerbu Kamboja. Vietnam berdalih: serbuan itu untuk menormalkan situasi dan menghukum Pol Pot cs serta membendung ekspansi Beijing. Tapi sulit untuk menghapus kesan bahwa gagasan terwujudnya Federasi Indocina membayangi langkah Hanoi ini. Rejim Pol Pot-leng Sary sempat membebaskan Sihanouk dari tahanan rumah dan mengirimnya sebagai wakil dalam sidang Dewan Keamanan PBB. Sihanouk seperti juga Cina menuduh ambisi Vietnam tidak akan berhenti pada pembentukan Federasi Indocina saja, tapi akan menelan negara tetangga lainnya. Pekan lalu, para Menlu Asean bertemu di Bangkok membahas perkembangan Kamboja. Pernyataan bersama yang dikeluarkan seusai pertemuan menunjukkan sikap hati-hati yang sambil menunggu perkembangan. Walau menyesalkan sekali intervensi bersenjata terhadap kemerdekaan, kedaulatan dan kesatuan wilayah Kamboja, para Menlu itu menegaskan bahwa Asean tidak merasakan adanya ancaman langsung dari Hanoi. Asean tidak tegas-tegas menunjuk Vietnam sebagai agresor dalam pernyataan itu. Sikap Asean lebih bersifat ingin menagih kredibilitas seperti dijanjikan PM Pham Van Don" kata Menlu Mochtar Kusumaatmadja Senin pagi lalu sekembalinya dari Bangkok. Sikap ini dimaksudkan untuk membuka kemungkinan untuk tetap bekerjasama dengan Vietnam dan negara Indocina lainnya. "Tapi kerjasama tanpa todongan senjata," kata Mochtar. Sikap itu menurut Menlu "bukan konfrontatif, tapi tegas." Sampai awal minggu ini belum ada komentar Hanoi atas sikap Asean. Di PBB Pangeran Sihanouk memperoleh kemenangan awal ketika Dewan Keamanan memutuskan menerimanya sebagai wakil Kamboja yang sah. Tapi usul Cina untuk mengutuk agresi Vietnam tampaknya kurang mendapat dukungan, terutama dari kelompok non-blok Wakil penguasa baru Kamboja, Menlu Hun Sen telah dikirim ke PBB untuk mengimbangi Sihanouk. Di Kamboja sendiri pertempuran masih berlanjut. Dengan dukungan lebih dari 100 ribu pasukan Vietnam, kedudukan pasukan Pol Pot makin tersudut Candi Angkor Wat yang merupakan lambang nasional Kamboja dikabarkan telah direbut pasukan pro Vietnam, begitu juga kota-kota Siem Reap dan Battambang, hingga semua kota besar kini sudah jatuh. Sisa pasukan Pol Pot mungkin akan meneruskan perlawanan gerilya di daerah Regunungan yang membentang dari perbatasan Muang Thai sampai Teluk Siam. Nasib beberapa tokoh pemerintah lama belum diketahui. Wakil PM dan Menlu Ieng Sary telah selamat sampai dilcilmg walau mendapat sambutan yang idak sehangat Sihanouk. Khieu Sampan dan Pol Pot didesas-desuskan telah tewas, tapi suatu pernyataan pemerintah Khmer Merah yang dikeluarkan di Beijing Sabtu pekan lalu mengatakan Pol Pot masih hidup. Ia kini sedang memimpin perjuangan rakyat di Kamboja. Radio Suara Kamboja dari Phnom Penh sementara itu mewartakan rencana kunjungan PM Vietnam Pham Van Dong ke Phnom Penh untuk menyelesaikan pertikaian tapal batas Vietnam Kamboja yang ditimbulkan pemerintah Khmer Merah. Diharapkan kunjungan itu akan menghasilkan persetujuan kerjasama kedua negara dalam pertahanan dan rekonstruksi nasional. Pemerintah baru Republik Rakyat Kamboja dengan begitu makin kuat dan tidak gampang dikutik-kutik. 9 negara blok Soviet termasuk Laos sudah mengakui pemerintah ini. Laos yang terjepit di antara RRC dan Vietnam memang sudah lama condong ke Vietnam. RRC jelas sulit untuk bisa membantu perlawanan gerilya Pol Pot, karena letak Kamboja yang terjepit. Satu-satunya faktor yang menguntungkan Pol Pot: mereka sangat berpengalaman dalam perang gerilya dan sangat menguasai medan. Tapi mereka sulit mendapat dukungan rakyat karena kebencian rakyat pada rejimnya yang sangat kejam. Apapun yang akan terjadi, hari-hari damai tanpa ancaman perang nampaknya masih belum segera akan terwujud sepenuhnya di Kamboja. Laporan terakhir menyebutkan ribuan rakyat Kamboja telah kembali ke kampung halamannya setelah bertahun-tahun dipaksa bekerja dalam komune pertanian. Mungkin mereka akan menemukan kampung halaman yang telah berubah dan keluarga yang telah musnah. Peta bumi Indocina kembali telah berubah, yang belum berubah ialah, penderitaan rakyatnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus