UNTUK pertama kali dalam scjarah. Sebuah pemerintahan komunis
dijatuhkan oleh pemberontakan komunis yang dideking oleh suatu
negeri komunis lain.
Tiga hari setelah jatuhnya Phnom Penh, suatu pemerintahan baru,
Republik Rakyat Kampuchea, terbentuk. Sebuah Dewan Revolusioner
Rakvat mengumumkan terbentuknya pemerintahan baru itu. Partai
yang akan berkuasa memakai nama Front Persatuan Nasional untuk
Keselamatan Kampuchea (KNUFNS). Satu perubahan terjadi di
Kamboja -- dan suatu peta baru terbentuk di daerah Indocina.
Apa sesungguhnya yang terjadi? Mengapa terjadi sengketa antara
Vietnam dan Kamboja yang sebagai sesama komunis dulu berjalin
tangan memenangkan perang, belum 4 tahun yang lalu? Orang memang
bingung.
Awal Agustus lalu Menteri Pertahanan Vietnam yang tersohor,
Jenderal Vo Nguyen Giap, didampingi 3 jenderal lain, melakukan
inspeksi di perbatasan Kamboja. Pada para prajurit yang
dikunjunginya Giap memberi pesan yang sama "Siap berperang
melawan musuh." Yang dimaksudnya adalah Kamboja. Ucapan Giap
mengandung Isyarat: Vietnam sudah cukup menahan diri dan siap
berperang untuk menyelesaikan sengketa perbatasannya dengan
Kamboja.
Di sebelah sana, Pol Pot-leng Sary mengeluarkan suatu Catatan
Hitam. Isinya daftar pelanggaran perbatasan yang dilakukan
Vietnam. Sejak kapan? Yang menarik ialah bahwa mereka menyebut
angka tahun 1471. Sentimen 500 tahun yang lalu rupanya hendak
dibangkitkan. Kamboja bahkan menjadi suatu propinsi Vietnam
antara 1841-1845. Kemudian Perancis datang, dan Kamboja
"berlindung". Lepas dari penjajahan Perancis, 3 negara merdeka
terbentuk di Indocina: Vietnam, Kamboja dan Laos.
Gerakan komunis merupakan aliran yang paling kuat dalam usaha
mencapai kemerdekaan. Kerjasama unsur komunis dari 3 daerah
jajahan ini terjalin ketika pada 1930 dibentuk Partai Komunis
Indocina, antara lain oleh Nguyen Ai Quoc. Ia kemudian lebih
terkenal sebagai Ho Chi Minh. Riwayat munculnya gagasan
Federasi Indocina yang kemudian disebut sebagai "Testamen Ho Chi
Minh" dimulai ketika pada 1935 partai Komunis Indocina
memutuskan kemungkinan terbentukriya suatu Federasi Indocina
terdiri dari Vietnam, Laos dan Kamboja setelah mengusir pergi
penjajah Perancis.
Tapi permusuhan lama, dominasi ekonomi setengah juta penduduk
Vietnam yang tinggal di Kamboja, dan kekuatan Vietnam serta
jumlah penduduknya yang jauh lebih besar (50 juta dibanding
Kamboja yang 7 juta dan Laos yang 4 juta) tidak bisa melenyapkan
kecurigaan Kamboja pada Vietnam. Sengketa perbatasan selalu
timbul, sekalipun kerjasama juga ada.
Pada 1941 pangeran Sihanouk naik tahta dan Kamboja merdeka penuh
pada 1953. Sementara itu gerakan komunis makin memperkuat diri.
Mereka dipimpin tokoh-tokoh muda yang belajar di Perancis: Khieu
Sampan, Ieng Sary, Saloth Sar (kemudian dikenal sebagai Pol
Pot), Son Sen dan Hou Youn. Pada 1950 sebagian mahasiswa Kamboja
membentuk Front Persatuan Nasional yang bertujuan membantu
Vietnam memperjuangkan kemerdekaan dari Perancis. Kelompok yang
dikenal sebagai Victminh Khmer ini melancarkan perjuangan
gerilya melawan Perancis. Konperensi Jenewa mengenai Indocina
pada 1954 tidak mengikutsertakan front ini. Mereka kecewa.
Ribuan anggota mereka lari ke Hanoi sedang sebagian tinggal
untuk meneruskan gerilya. Kelak mereka merupakan kelompok pro
Vietnam di Kamboja.
Sementara itu kelompok mahasiswa yang tergabung dalam Persatuan
Mahasiswa Khmer terpecah dua. Kelompok "keras" diwakili oleh
Ieng Sary, Saloth Sar dan Son Sen. Mereka menganggap Pangeran
Sihanouk sebagai penghalang utama bagi suatu revolusi dan harus
digulingkan melalui perjuangan bersenjata. Kelompok moderat yang
dipimpin Khieu Sampan, Hou Youn dan Hu Nim menganggap perlu
bekerjasama dengan Sihanouk karena dia juga menentang.
imperialisme Amerika. Taktik mereka berjuang menuruti struktur
kerajaan yang ada, merebut kedudukan yang penting dan barulah
dimulai revolusi dari atas.
SIHANOUK melepaskan tahtanya pada 1955 guna bergerak lebih bebas
melalui partai Sangkum yang dibentuknya. Sangkum dengan cara
licik menang mutlak pada pemilihan 1955. Tapi gerakan komunis
makin memperkuat diri ketika para bekas tokoh mahasiswa kembali
ke Kamboja. Pemerintah Sihanouk yang pada 1963 menolak bantuan
Amerika rernyata bersikap lemah. Ia tidak berdaya menghadapi
pasukan Vietnam-Utara dan Vietkong yang mempergunakan wiiayah
Kamboja untuk menyerang Vietnam Selatan. Sihanouk sadar
sepenuhnya akan kenyataan ini. Katanya di depan Parlemen yang
terpilih pada pemilihan 1966: "Dua bahaya sekarang mengancam
Kamboja di sebelah Earat imperialisme Muang Thai yang didukung
AS dan di timur, imperialisme Vietnam."
Golongan kanan muncul sebagai penenang dalam Parlemen baru ini
dan !nereka mendukung tokoh baru: Jenderal Lon Nol. Kabinet Lon
Nol ternyata idak bertahan lama. Ia gagal menyelesaikan
pemberontakan petani di Samlaut yang didukung gerilya Vietminh.
Sihanouk pun menggantinya dengan Son Sann.
Revolusi Kebudayaan Cina pada 1966 menggemparkan dunia dan
gemaya sampai juga di Kamboja. Kelompok pro Cina mulai membina
kekuatan hingga Sihanouk mulai mengambil tindakan keras pada
kelompok yang dibaptisnya dengan nama Khmer Merah. Penangkapan
pada beberapa tokoh komunis menyebabkan banyak pemimpin mereka
seperti Khieu Sampan bergerak di bawah tanah Banyak yang dilatih
di Vietnam Utara dan lebih banyak lagi yang pergi ke Cina dan
kembali dengan cita-cita yang lebih kuat untuk melancarkan
revolusi.
Sihanouk makin dipusingkan oleh sengketa dalam negeri. Ia makin
tidak berdaya menghadapi gerilya Vietnam yang menghuni
perbatasan Kamboja.
Dalam usahanya menghentikan penyusupan mereka malahan ia
membocorkan letak pangkalan Vietkong pada AS yang kemudian
membomnya dari udara. Menghadapi krisis yang menghebat pada
1970 ia menunjuk Lon Nol sebagai kepala pemerintah "penyelamat"
dan pergi ke Perancis untuk beristirahat.
Kesempatan itu dimanfaatkan kelompok Lon Nol dan Sirik Matak
--kabarnya dengan dukungan AS -- untuk menggulingkan Sihanouk.
Perkembangan ini menguntungkan gerilyawan komunis. Bekerjasama
dengan Khmer Merah, pasukan Vietnam dan Vietkong makin menyusup
jauh ke dalam wilayah Kamboja dan menguasai wilayah yang
"dibebaskan" ini. Usaha pemerintah untuk melawan mereka dengan
membangkitkan kebencian lama Vietnam kurang berhasil. Hingga
pada 1972, praktis pasukan Khmer Merah menguasai hampir 2/3 dari
wilayah Kamboja tapi semua operasi militer tetap dipimpin
pasukan Vietnam.
Sihanouk yang membentuk Pemerintah Kerajaan Persatuan Nasional
Kamboja di Beijing pada 1970 makin lama makin tersisih
peranannya dengan makin kuatnya kelompok Khmer Merah. Atas
anjuran PM RRC Zhou Enlai, pada 1970 dibentuk Front Persauan
dari Tiga Rakyat Indocina yang kemudian disusul dengan
Konperensi Kanton di mana Vietnam, Laos dan Kamboja memutuskan
untuk menyatukan kekuatan guna mengusir AS dari Indocina.
Pemerintah Lon Nol yang didukung AS ternyata tidak kuat bertahan
melawan serbuan pasukan Khmer Merah yang makin menghebat. Hingga
tibalah 17 April 1975 Phnom Penh "dibebaskan". Republik
Demokrasi Kampuchea terbentuk, mula-mula dipimpin Khieu Sampan,
kemudian oleh kelompok radikal di bawah Pol Pot-leng Sary.
Selesainya perjuangan membuka kembali pertentangan lama antara
dua bangsa yang bermusuhan ini. Sengketa perbatasan mulai ramai
lagi. Pasukan Vietnam yang sebelumnya membantu Khmer Merah
dipaksa kembali ke negaranya. Kekejaman rejim radikal Pol
Potleng Sary dalam usaha mewujudkan masyarakat sosialis murni
dan mengorbankan ratusan ribu rakyat Kamboja membuat Vietnam
lebih gelisah. Lebih dari 60 ribu pengungsi Kamboja masuk
kewilayah Vietnam, kebanyakan keturunan Vietnam yang melarikan
diri dari kekejaman pemerintah Kamboja. Ribuan kader yang pernah
dilatih dl Hanoi dikabarkan juga dibunuh karena dikhawatirkan
mereka akan menjadi agen Hanoi. Kedua pihak saling menuduh pihak
lain melanggar perbatasan. Pertempuran makin sering terjadi
Hubungan diplomatik kedua negara diputuskan akhir Desember 1977.
Apakah sengketa perbatasan ditambah dendam dan kecurigaan ini
yang menyebabkan sengketa kedua bangsa? Apakah kesamaan ideologi
komunis dikalahkan oleh rasa kebangsaan yang ingin
mempertahankan kedaulatan wilayah ?
"Anda boleh percaya pada kami. Kami tidak akan bertindak 5eperti
nenek moyang kami. Rakyat Vietnam yang sekarang berbeda dengan
rakyat Vietnam yang dulu," kata PM Pham Van Dong pada Sihanouk
di Beijing pada 1964 ketika membicarakan masalah perbatasan
kedua negara. Ucapan ini mungkin terdengar usang sekarang ini,
setelah Vietnam terbukti terang-terangan menyerbu Kamboja.
Vietnam berdalih: serbuan itu untuk menormalkan situasi dan
menghukum Pol Pot cs serta membendung ekspansi Beijing. Tapi
sulit untuk menghapus kesan bahwa gagasan terwujudnya Federasi
Indocina membayangi langkah Hanoi ini.
Rejim Pol Pot-leng Sary sempat membebaskan Sihanouk dari tahanan
rumah dan mengirimnya sebagai wakil dalam sidang Dewan Keamanan
PBB. Sihanouk seperti juga Cina menuduh ambisi Vietnam tidak
akan berhenti pada pembentukan Federasi Indocina saja, tapi akan
menelan negara tetangga lainnya.
Pekan lalu, para Menlu Asean bertemu di Bangkok membahas
perkembangan Kamboja. Pernyataan bersama yang dikeluarkan seusai
pertemuan menunjukkan sikap hati-hati yang sambil menunggu
perkembangan. Walau menyesalkan sekali intervensi bersenjata
terhadap kemerdekaan, kedaulatan dan kesatuan wilayah Kamboja,
para Menlu itu menegaskan bahwa Asean tidak merasakan adanya
ancaman langsung dari Hanoi.
Asean tidak tegas-tegas menunjuk Vietnam sebagai agresor dalam
pernyataan itu. Sikap Asean lebih bersifat ingin menagih
kredibilitas seperti dijanjikan PM Pham Van Don" kata Menlu
Mochtar Kusumaatmadja Senin pagi lalu sekembalinya dari Bangkok.
Sikap ini dimaksudkan untuk membuka kemungkinan untuk tetap
bekerjasama dengan Vietnam dan negara Indocina lainnya. "Tapi
kerjasama tanpa todongan senjata," kata Mochtar. Sikap itu
menurut Menlu "bukan konfrontatif, tapi tegas."
Sampai awal minggu ini belum ada komentar Hanoi atas sikap
Asean. Di PBB Pangeran Sihanouk memperoleh kemenangan awal
ketika Dewan Keamanan memutuskan menerimanya sebagai wakil
Kamboja yang sah. Tapi usul Cina untuk mengutuk agresi Vietnam
tampaknya kurang mendapat dukungan, terutama dari kelompok
non-blok Wakil penguasa baru Kamboja, Menlu Hun Sen telah
dikirim ke PBB untuk mengimbangi Sihanouk.
Di Kamboja sendiri pertempuran masih berlanjut. Dengan dukungan
lebih dari 100 ribu pasukan Vietnam, kedudukan pasukan Pol Pot
makin tersudut Candi Angkor Wat yang merupakan lambang nasional
Kamboja dikabarkan telah direbut pasukan pro Vietnam, begitu
juga kota-kota Siem Reap dan Battambang, hingga semua kota besar
kini sudah jatuh. Sisa pasukan Pol Pot mungkin akan meneruskan
perlawanan gerilya di daerah Regunungan yang membentang dari
perbatasan Muang Thai sampai Teluk Siam.
Nasib beberapa tokoh pemerintah lama belum diketahui. Wakil PM
dan Menlu Ieng Sary telah selamat sampai dilcilmg walau
mendapat sambutan yang idak sehangat Sihanouk. Khieu Sampan dan
Pol Pot didesas-desuskan telah tewas, tapi suatu pernyataan
pemerintah Khmer Merah yang dikeluarkan di Beijing Sabtu pekan
lalu mengatakan Pol Pot masih hidup. Ia kini sedang memimpin
perjuangan rakyat di Kamboja.
Radio Suara Kamboja dari Phnom Penh sementara itu mewartakan
rencana kunjungan PM Vietnam Pham Van Dong ke Phnom Penh untuk
menyelesaikan pertikaian tapal batas Vietnam Kamboja yang
ditimbulkan pemerintah Khmer Merah. Diharapkan kunjungan itu
akan menghasilkan persetujuan kerjasama kedua negara dalam
pertahanan dan rekonstruksi nasional.
Pemerintah baru Republik Rakyat Kamboja dengan begitu makin kuat
dan tidak gampang dikutik-kutik. 9 negara blok Soviet termasuk
Laos sudah mengakui pemerintah ini. Laos yang terjepit di antara
RRC dan Vietnam memang sudah lama condong ke Vietnam.
RRC jelas sulit untuk bisa membantu perlawanan gerilya Pol Pot,
karena letak Kamboja yang terjepit. Satu-satunya faktor yang
menguntungkan Pol Pot: mereka sangat berpengalaman dalam perang
gerilya dan sangat menguasai medan. Tapi mereka sulit mendapat
dukungan rakyat karena kebencian rakyat pada rejimnya yang
sangat kejam.
Apapun yang akan terjadi, hari-hari damai tanpa ancaman perang
nampaknya masih belum segera akan terwujud sepenuhnya di
Kamboja. Laporan terakhir menyebutkan ribuan rakyat Kamboja
telah kembali ke kampung halamannya setelah bertahun-tahun
dipaksa bekerja dalam komune pertanian. Mungkin mereka akan
menemukan kampung halaman yang telah berubah dan keluarga yang
telah musnah. Peta bumi Indocina kembali telah berubah, yang
belum berubah ialah, penderitaan rakyatnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini