BERHASILKAH perjuangan Tritura? Pertanyaan ini selalu muncul
setiap kali Tri Tuntutan Rakyat itu diperingati. Tritura
dianggap suatu tonggak sejarah yang penting dalam perjuangan
menumbangkan Orde Lama. Gemanya memang masih terus ada, tapi
terasa mendingin dari tahun ke tahun.
Begitu juga tahun ini. 13 tahun lalu, pada 10 Januari 1966 para
mahasiswa melahirkan tiga tuntutan ini: Bubarkan PKI, Turunkan
Harga dan Ritul Kabinet Dwikora. Kini para tokoh mahasiswa dan
pemuda yang melahirkan tuntutan itu telah bertebaran di segala
penjuru, banyak di antaranya menduduki jabatan penting di
pemerintah maupun swasta.
Begitulah peringatan Tritura diselenggarakan KNPI pada 9 Januari
lalu di Gedung Wanita "Nyi Ageng Serang", Jakarta. Sekitar 100
orang yang hadir, 20 di antaranya tampil berbicara, termasuk
Menpen Ali Murtopo, Menmud Urusan Perumahan Cosmas Batubara,
Menmud Urusan Pemuda Abdul Gafur, Ketua Umum DPP KNPI Akbar
Tanjung dan anggota DPR dari Fraksi PPP Zamroni. "Tadinya hanya
mau kita rayakan dengan tumpengan tanpa pidato-pidatoan," kata
Krissantono (33 tahun) Sekjen DPP KNPI sebagai penyelenggara
peringatan.
Gerimis
Rencananya memang untuk lebih bersifat dialog antara para
eksponen dan adik-adiknya, hingga hanya 250 undangan yang
dibagikan. Rupanya persiapan agak terburu-buru. Bekas ketua KAMI
dan eksponen Angkatan 66 Sofyan Wanandi yang kini menjabat
Direktur PT Garuda Mataram Motor yang merakit mobil VW baru tahu
rencana peringatan itu sehari sebelumnya. Malahan undangan
diterimanya sehari setelah pertemuan berlangsung hingga ia tidak
sempat hadir.
Menurut Menpen Ali Murtopo, Tritura jelas berhasil. Alasannya
jiwa Tritura sudah benar-benar menjiwai perjuangan bangsa
Indonesia. Dan tugas generasi muda sekarang adalah untuk
berpartisipasi dalam perjuangan itu.
Hari lahirnya Tritura diperingati juga oleh Fosko 66 (Forum
Studi dan Komunikasi Angkatan 66) bersamaan dengan peresmian
makam tujuh Pahlawan Ampera di pemakaman Tanah Kusir Rabu pagi
10 Januari lalu. Dihadiri sekitar 500 orang, termasuk mahasiswa
dan pelajar Jakarta, peringatan yang diguyur hujan gerimis itu
berlangsung selama 2 jam dengan khidmat.
Kerangka para pahlawan Ampera ini dipindahkan dari pemakaman
Blok P tahun lalu. Prakarsa pembangunan datang dari Fosko 66,
tapi biaya dipikul oleh pemerintah DKI Jaya. Atas perintah
Laksusda, setengah jam sebelum upacara dimulai dua spanduk yang
bertuliskan "Selamat Tinggal Kawan, Teruskan Perjuangan" dan
"Tegakkan Keadilan dan Kebenaran" digulung karena tidak ada ijin
tertulis dari Kodak Metro Jaya.
Berbicara pada peringatan itu Nurani, kakak Pahlawan Ampera
Arief Rachman Hakim, mengatakan perjuangan Tritura belum selesai
dan masih harus dilanjutkan. Tato Darmanto yang mewakili
mahasiswa Jakarta sependapat dan berjanji meneruskan perjuangan
menegakkan keadilan dan kebenaran seperti yang dicita-citakan
Angkatan 66.
Perlukah Tritura diperingati tiap tahun? "Harus ada urgensinya,
tidak perlu dirayakan secara rutin," kata Ismid Hadad, bekas
Ketua Biro Penerangan KAMI yang kini menjadi Pemimpin Umum
Majalah Prisma dan Direktur LP3ES. Ia menganggap Tritura
dilahirkan untuk menjawab situasi 13 tahun lalu, hingga tidak
tepat untuk memakainya sebagai ukuran sekarang karena tantangan
saat ini sudah berbeda.
Rindu
Salah satu pendiri Fosko 66, Louis Wangge yang bekas pimpinan
Laskar Arief Rachman Hakim menganggap baru 2 dari Tritura yang
berhasil dicapai. Fosko 66 didirikannya untuk meneruskan
perjuangan itu antara lain melalui studi dan dialog dengan pihak
lain seperti ABRI, teknokrat dan mahasiswa. Louis yang kini
bekerja pada PT Wiradaya Pendawa dan masih sering berkumpul
dengan teman selaskarnya tidak sependapat dengan pendapat Menmud
Gafur bahwa peringatan Tritura harus dipusatkan. "Biarlah
peringatannya tersebar, agar tetap merakyat," katanya.
Tidak semua tokoh 66 menganggap tinggi mitos Tritura. Marsilam
Simanjuntak (35 tahun), bekas Ketua KAMI, tidak punya kerinduan
pada romantika lahirnya Tritura. "Tritura tidak cukup kuat
sebagai simbol lahirnya Orde Baru sebagaimana Proklamasi
Kemerdekaan bagi perjuangan 45," ujarnya. Marsilam yang kini
menjabat dokter pada perusahaan penerbangan Garuda juga tidak
tahu kegunaan Tritura diperingati.
Bekas Ketua Laskar Arief Rachman Hakim, Fahmi Idris (36 tahun)
merupakan salah satu eksponen 66 yang masih giat. Kini menjabat
Direktur Utama PT Kwarta Daya Pratama, ia menganggap peringatan
Tritura masih perlu, "sekurang-kurangnya untuk memberi ilham
terhadap pemerintah yang sekarang." Dengan kata lain, bukan
untuk tujuan kemeriahan, tapi untuk menyebarkan semangat.
"Tritura sudah tercapai," kata anggota DPR Fraksi Persatuan
Pembangunan Husni Thamrin yang pada 1966 menjabat ketua umum
KAPPI Kemudian ditambahkannya, dalam nilai keadilan masih ada
yang belum tercapai. Tritura menurut dia lahir dari 27 lembar
konsepsi yang dipersingkat menjadi 5 lembar, kemudian dijadikan
3 slogan sasaran strategis. Berhasilkah perjuangan Angkatan 66?
Menurut Husni, hanya sejarahlah yang bisa menilai.
Tampaknya peringatan Tritura masih akan dilangsungkan pada
tahun-tahun mendatang. "DPP KNPI akan merayakannya tiap tahun,"
kata Krissantono, "tapi tidak akan secara besar-besaran."
Menurut pendapatnya, dalam pengertian yang dalam Tritura belum
berhasil seluruhnya, misalnya dalam kehidupan politik. "Masih
ada pendapat bahwa yang tua adalah yang benar, hingga kita yang
muda tidak didengar," tuturnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini