Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Apartheid siapa suka

Pemilu multirasial Afrika Selatan banyak penentangnya. setelah lucas mangope, muncul ancaman dari raja kwazulu. apartheid atau kekuasaan?

26 Maret 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM hal politik, segala sesuatu bisa terbalik-balik. Pergulatan politik menjelang pemilihan umum untuk semua ras di Afrika Selatan kembali membuktikan betapa seorang pemimpin bisa membalikkan kepentingan dan nilai-nilai demi kekuasaan. Bhoputhatswana adalah "kampung halaman" bagi rakyat kulit hitam Afrika Selatan. Bop, demikian nama Bhoputhatswana yang panjang dan sulit diucapkan ini disingkat, adalah satu dari 10 negara setengah merdeka yang diciptakan oleh rezim apartheid Afrika Selatan untuk mencegah orang berkulit hitam ikut memilih dalam pemilu untuk seluruh negeri, sebab hak-hak mereka sudah tertampung. Mereka adalah kawula dari sebuah negara yang diakui oleh Afrika Selatan. Seorang presiden juga ditunjuk, yang terakhir Lucas Mangope, yang punya hak otonomi untuk mengatur kampung orang hitam itu. Sebagai presiden boneka, Mangope rupanya sangat menikmati kedudukannya dalam sistem yang membeda-bedakan derajat manusia hanya karena warna kulitnya. Ketika hak semua orang hitam akan dipulihkan lewat pemilu untuk semua ras bulan April nanti, Mangope terancam. Ia segera memproklamasikan pemboikotan dan menolak ikut pemilihan umum. Mangope didukung oleh ekstremis kulit putih yang segera mengirimkan 400 truk milisi dalam waktu 48 jam ke Mmbatho, ibu kota Bop. Tentara putih ini bahu-membahu dengan pasukan hitam Mangope. Rezim Afrika Selatan tentu meradang. Presiden F.W. De Klerk, yang berniat mengikis habis apartheid, segera memecat Mangope. Tentara Afrika Selatan, yang tadinya adalah penjaga setia apartheid, segera dikirim untuk menumpas pemberontakan pro apartheid. Nelson Mandela, yang dulunya musuh tentara Afrika Selatan, balik mendukungnya. Rakyat Bop juga marah, turun ke jalan menentang Mangope. Perang saudara ini memang berjalan cukup singkat pekan lalu. Tapi 40 orang mati untuk mempertahankan keserakahan Mangope yang akhirnya kabur dari Mmbatho. Kerusuhan di Bop memang sudah berakhir. Tapi ancaman baru yang tak kalah ngerinya muncul dari KwaZulu. Ini adalah kampung lain orang hitam, lengkap dengan otonominya seperti Bop, yang terletak di Provinsi Natal. Suku Zulu adalah etnik terbesar di Afrika Selatan dengan sembilan juta jiwa. Jumat pekan silam, Raja Zulu, Goodwill Zwelithini, mengumumkan di depan ribuan kawulanya, "Kami memproklamasikan kepada dunia kemerdekaan dan kedaulatan Zulu." Sikap Raja Zulu menentang pemilu sudah teraba jauh-jauh hari. Mulanya partai Inkatha, yang anggotanya sebagian besar suku Zulu, memboikot pemilu. Belakangan, Mangosuthu Buthelezi, pemimpin Inkatha yang juga paman Raja Zwelithini, berdamai dan ikut pemilu. Namun, Buthelezi mengajukan syarat yang agak sulit dipenuhi De Klerk maupun Mandela, misalnya untuk menunda pemilu. Perundingan yang dilakukan agaknya tak memuaskan Buthelezi maupun Zwelithini yang, seperti Lucas Mangope, khawatir bakal kehilangan kontrol atas KwaZulu bila ikut pemilu. "Kami sudah berada di ujung jalan buntu. Pemerintah baru Afrika Selatan tak akan menjamin kedaulatan Kerajaan KwaZulu," kata Zwelithini. Namun, Mandela balik menggertak, "Rakyat akan bangkit dan para tiran akan roboh." Jadi, apartheid atau bukan, tampaknya tak jadi soal bagi yang berkulit hitam atau putih. Yang penting kekuasaan ada pada mereka. Itulah politik.YH

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum