SABAH berubah. Itulah yang terjadi Kamis pekan lalu di negara bagian Malaysia. Perubahan pertama, Datuk Pairin Kitingan, pimpinan Partai Bersatu Sabah (PBS) yang berkuasa sejak 1968, meletakkan jabatannya sebagai Menteri Besar Sabah. Yang kedua, Barisan Nasional (BN), tangan kanan partai yang berkuasa di Malaysia, UMNO, untuk pertama kali memimpin negara bagian itu sejak bergabung 1963. Perubahan penting dalam peta politik Sabah boleh dibilang puncak upaya Kuala Lumpur untuk menguasai negara bagian di Kalimantan Utara itu secara penuh. PM Mahathir Mohammad semula ingin menundukkan PBS lewat pemilu bulan Februari lalu. Namun, PBS masih mampu menang -- walau tipis -- untuk keenam kalinya, dengan perolehan 25 dari 48 kursi yang diperebutkan. Sedangkan pesaingnya, BN bersama koalisinya, mendapat 23 kursi. Usaha menghadang kemenangan Pairin Kitingan tampak mencolok lagi setelah pemilu. Ia sempat menunggu di luar pagar sampai 36 jam untuk dilantik sebagai Menteri Besar oleh Yang Dipertuan Negeri Sabah, Tun Said Keruak. Namun, langkah Pairin baru sungguh terantuk Sabtu dua pekan silam. Sehari menjelang Idul Fitri, sembilan tokoh PBS resmi membelot dan bergabung dengan BN. Mereka adalah Wakil Presiden PBS, Datuk Lajim Haji Okin dan wakil menteri besar, Datuk Bernard Dompok. Mereka mendirikan partai baru untuk kemudian berkoalisi dengan BN. Sekjen PBS Datuk Joseph Kurup, misalnya, Senin pekan lalu membentuk Parti Bersatu Rakyat Sabah (PBRS). Penggembos Pairin Kitingan paling telak datang dari adiknya sendiri, Jeffrey Kitingan. Sepulang dari Kuala Lumpur menemui PM Mahathir Mohamad Selasa pekan lalu, Jeffrey mengumumkan keluar dari PBS. "Kapal tua kami sudah tenggelam," katanya. Jeffrey kemudian memilih mendampingi Bernard Dompok membikin Partai Demokratik Sabah (PDS) untuk berkoalisi dengan BN. Keputusan ini diambil setelah keduanya --bersama 10 mantan anggota majelis PBS -- menemui Wakil Perdana Menteri, Anwar Ibrahim, Rabu pekan lalu. Setelah penggembosan yang digerakkan Kuala Lumpur ini "melumpuhkan" PBS, kiranya tak ada pilihan lain bagi Pairin Kitingan kecuali mengundurkan diri -- sebelum dimosi tak percaya. "Inilah langkah terhormat yang bisa saya lakukan," katanya mengumumkan pengunduran diri Kamis pekan lalu. Dan dengan buru-buru pula, hanya dua jam setelah Pairin mundur, Tan Sri Sakaran Dandai dilantik menjadi menteri besar Sabah oleh Yang Dipertuan Negeri Sabah. Dengan demikian, Sakaran Dandai, 64 tahun, Ketua UMNO Sabah ini otomatis mundur sebagai menteri pertanahan dan koperasi dalam kabinet Mahathir saat ini. Kini Mahathir boleh menarik napas. Cita-citanya kesampaian, yakni menggulingkan partai multietnik PBS yang telah berkuasa sejak 1968. Bukan cuma ingin menyedot hasil hutan dan minyak dari negara bagian itu. Yang paling dikhawatirkan pusat adalah ancaman bahwa PBS akan memisahkan diri dari Kuala Lumpur bila menang dua pemilu lagi. Semangat itu sudah ditiupkan sejak 1985 dengan motonya: "Sabah untuk orang Sabah". Tampaknya usaha menggulingkan PBS ditempuh dengan berbagai cara. Kecuali mencekik keran anggaran pembangunan untuk Sabah, pemerintah pusat juga menindas setiap gerakan separatis. Jeffrey Kitingan, misalnya, ketika masih menjadi tokoh penganjur pemisahan Sabah dari Malaysia Semenanjung, tahun 1991 ditangkap dan ditahan tanpa proses peradilan. Ia dianggap melanggar undang-undang keamanan dalam negeri (Internal Security Act). Namun, Desember lalu, ia buru-buru dibebaskan dan didorong untuk bergabung dengan PBS menjelang pemilu. Dan ternyata kemudian Jeffrey termasuk salah satu gergaji paling tajam yang dipakai Kuala Lumpur untuk menggorok PBS dari dalam. Setelah PBS kempis, BN nantinya akan bermitra setidaknya dengan tujuh partai -- tiga di antaranya partai baru yang bergabung pekan lalu -- yang berbasis etnis. Partai-partai itu didukung oleh kelompok bumiputera nonmuslim, Kadazan dan Murut. Sejak bergabung dalam federasi Malaysia tahun 1963, Sabah memang baru sekali ini dipimpin oleh BN, koalisi yang berbasis etnis. Sebelumnya, PBS dan kedua partai pendahulunya, Berjaya dan United Sabah National Organisation, orientasinya multirasial (dan agama). Pemerintahan di Sabah nantinya, sesuai dengan janji BN, akan dipimpin secara bergiliran setiap dua tahun oleh menteri besar dari Melayu (Islam), Kadazan (mayoritas Katolik), dan Cina. Memang, dari 1,5 juta penduduknya, Sabah terdiri dari 40% Islam, 40% Katolik, dan 20% keturunan Cina. Kenaikan pendukung partai BN, yang sebagian besar Islam, memang tampak mencolok. Tahun 1990 cuma meraih 17 kursi dan dalam pemilu 1994 naik menjadi 24. PBS pun sempat menuduh bahwa UMNO sengaja membuka pintu bagi imigran asal Indonesia dan Filipina untuk mendongkrak suara dalam pemilu. Diperkirakan, pendatang ke Sabah sekitar 800 ribu orang. Dan BN telah pula menjanjikan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi negara bagian yang tergolong tertinggal itu. Pertumbuhan ekonomi selama dua tahun belakangan ini rata-rata cuma 3%. Sementara itu, seluruh Malaysia, pertumbuhannya 8% tiap tahun selama lima tahun ini. Dengan penggembosan PBS, diharapkan koalisi partai dalam BN dapat melicinkan dana pembangunan pusat ke Sabah. "Yang kami perlukan adalah koalisi demi kepentingan seluruh Malaysia, bukan satu kelompok di Sabah saja," kata Mahathir.Mohamad Cholid
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini