Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Australia telah memulangkan empat perempuan dan 13 anak mereka dari kamp pengungsi Suriah ke negara bagian New South Wales.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menteri Dalam Negeri Clare O’Neil mengatakan pemulangan tersebut adalah bagian dari rencana membawa kembali puluhan wanita dan anak-anak Australia yang merupakan kerabat dari pejuang ISIL (ISIS) yang mati atau dipenjara. Mereka telah mendekam selama beberapa tahun di kamp-kamp penahanan al-Hol dan Roj yang dikuasai Kurdi di timur laut Suriah.
Australia pertama kali memulangkan delapan anak dan cucu dari dua pejuang ISIL yang tewas dari sebuah kamp pengungsi Suriah pada 2019, tetapi menunda pemulangan yang lain sampai sekarang.
“Keputusan untuk memulangkan para wanita ini dan anak-anak mereka diinformasikan dengan penilaian individu yang dilakukan secara terperinci oleh keamanan nasional,” kata O'Neil dalam sebuah pernyataan pada Sabtu, 29 Oktober 2022.
Para perempuan dan anak-anak meninggalkan kamp pengungsi Roj di Suriah utara pada Kamis sore dan melintasi perbatasan ke Irak untuk naik pesawat pulang ke Australia. Demikian dilaporkan Sydney Morning Herald dan ABC pada Jumat, 28 Oktober 2022.
O'Neil mengatakan mereka berfokus keselamatan dan keamanan semua warga Australia serta mereka yang terlibat dalam pemulangan. “Pemerintah dengan hati-hati mempertimbangkan berbagai faktor keamanan, masyarakat, dan kesejahteraan dalam membuat keputusan untuk memulangkan mereka.”
Pemulangan itu mengikuti langkah yang sudah dilakukan negara lain seperti Amerika Serikat, Italia, Jerman, Prancis, Belanda, Belgia, Inggris, dan Kanada.
Ia mengatakan tuduhan aktivitas ilegal akan terus diselidiki oleh otoritas penegak hukum negara bagian dan federal.
“Setiap pelanggaran yang teridentifikasi dapat menyebabkan tindakan penegakan hukum,” kata O'Neil, sembari menambahkan New South Wales menyediakan layanan dukungan ekstensif untuk membantu kelompok itu berintegrasi kembali ke Australia.
Pemimpin partai oposisi Peter Dutton menyebut langkah itu bukan kepentingan terbaik negara. “Para perempuan tersebut telah bercampur dengan orang-orang yang membenci negara kita, membenci cara hidup kita.”
Dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu, para perempuan tersebut sangat bersyukur kembali ke Australia.Mereka menyesal atas masalah dan luka yang disebabkan oleh tindakan mereka, terutama kepada keluarga mereka.
Meminta privasi dan ruang untuk berhubungan kembali dengan orang yang mereka cintai, para perempuan tersebut berharap, “Semua anak Australia dan ibunya akan segera dipulangkan dari kamp-kamp di Suriah.”
Peneliti Human Rights Watch Sophie McNeill mengatakan pemulangan itu adalah langkah yang sudah lama tertunda.
“Selama bertahun-tahun, pemerintah Australia telah meninggalkan warga negaranya dalam kondisi yang mengerikan di kamp-kamp terkunci di timur laut Suriah,” kata McNeill.
“Australia dapat memainkan peran kepemimpinan dalam kontraterorisme melalui pemulangan warga negaranya secara tertib, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak yang tidak pernah memilih untuk hidup di bawah ISIS,” dia menambahkan.
Organisasi kemanusiaan Save the Children memberikan selamat kepada Perdana Menteri Australia Anthony Albanese atas kepemimpinannya yang kuat dalam rencana pemulangan tersebut. Organisasi ini menyebutkan sekitar 11 ribu perempuan dan anak-anak asing masih berada di kamp al-Hol dan Roj. “Anak-anak menghadapi risiko yang semakin besar karena meningkatnya kekerasan dan wabah kolera di seluruh wilayah itu,” kata organisasi itu.
AL JAZEERA