Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Badai pasir kembali menyapu sejumlah wilayah di Irak pada Kamis. Badai yang terjadi di ibu kota Baghdad dan kota suci Najaf, menjadi badai ketujuh yang melanda Irak dalam satu bulan terakhir.
Kementerian Kesehatan Irak mencatat, satu orang meninggal dan lebih dari 5.000 orang dirawat di rumah sakit karena penyakit pernapasan akibat badai pasir itu.
Seperti dikutip Al Jazeera, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Seif al-Badr dalam sebuah pernyataan menyebut, korban yang terkena dampak parah adalah mereka yang memiliki penyakit pernapasan kronis seperti asma dan orang tua yang khususnya menderita penyakit jantung.
Badr mengatakan mayoritas dari mereka yang mencari perawatan di rumah sakit dipulangkan. Sebagian besar kasus intensitasnya sedang atau rendah.
Pejabat bandara yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan kepada kantor berita The Associated Press, bahwa badai itu mempengaruhi penerbangan yang dijadwalkan berangkat Rabu malam dan Kamis pagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penerbangan dilanjutkan pada Kamis sore hari, ketika debu mulai hilang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Partikel debu halus dapat berdampak pada masalah kesehatan seperti asma dan penyakit kardiovaskular. Selain itu, mereka dapat menyebarkan bakteri dan virus serta pestisida dan racun lainnya.
Frekuensi bencana badai debu telah meningkat di Irak dalam beberapa tahun terakhir. Degradasi tanah, kekeringan hebat yang diperburuk oleh perubahan iklim, disebut jadi beberapa penyebabnya.
Irak juga mengalami kenaikan suhu rata-rata dan curah hujan yang turun tajam. Badai diperkirakan akan tumbuh lebih intens dengan memburuknya perubahan iklim karena suhu yang lebih tinggi dan curah hujan yang lebih tidak teratur mengeringkan tanah lebih cepat dan mempercepat penggurunan.
Baca juga: Nasib Hewan di Kebun Binatang yang Tutup karena Virus Corona
Sumber: AL JAZEERA