Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Berita Tempo Plus

Kaum yang Terkatung-katung

Nasib kaum muslim Rohingya terus terkatung-katung. Mereka ingin pulang, tapi Myanmar masih berbahaya.

26 Februari 2023 | 00.00 WIB

Imigran etnis Rohingya berada di tempat relokasi Gedung Minaraya,Padang Tiji, Aceh,1 Januari 2023/ANTARA/Nova Wahyudi
Perbesar
Imigran etnis Rohingya berada di tempat relokasi Gedung Minaraya,Padang Tiji, Aceh,1 Januari 2023/ANTARA/Nova Wahyudi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Banyak orang Rohingya yang mengarungi laut mencari tempat yang lebih aman.

  • Mereka ingin pulang, tapi Myanmar masih berbahaya.

  • Indonesia sebagai Ketua ASEAN diharapkan dapat membuat kemajuan.

BELAKANGAN ini, banyak muslim Rohingya berjuang menyeberangi lautan untuk mencari selamat di negara lain. Mereka beberapa kali ditemukan terdampar di Aceh. Yang terakhir pada awal Januari lalu, 184 orang Rohingya terdampar di Pantai Kuala Gigieng, Lamnga, Kabupaten Aceh Besar. Kementerian Luar Negeri menyatakan sudah sembilan kali kapal yang mengangkut imigran Rohingya mendarat di Aceh selama 2020-2022. Total warga Rohingya yang sampai dengan selamat sebanyak 1.155 orang.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Iwan Kurniawan

Iwan Kurniawan

Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (1998) dan Master Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina (2020. Bergabung di Tempo sejak 2001. Meliput berbagai topik, termasuk politik, sains, seni, gaya hidup, dan isu internasional.

Di ranah sastra dia menjadi kurator sastra di Koran Tempo, co-founder Yayasan Mutimedia Sastra, turut menggagas Festival Sastra Bengkulu, dan kurator sejumlah buku kumpulan puisi. Puisi dan cerita pendeknya tersebar di sejumlah media dan antologi sastra.

Dia menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (2020).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus