Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Perang Penentuan di Zona Timur

Perang Rusia-Ukraina bergeser ke Luhansk dan Donetsk sejak April 2022. Perang di wilayah Donbas ini akan menentukan bagaimana hasil akhir invasi Rusia.

7 Mei 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pasukan pro-Rusia mengendarai tank baja selama konflik Ukraina-Rusia di desa Bezimenne di Wilayah Donetsk, Ukraina 6 Mei 2022. REUTERS/Alexander Ermochenko

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Akhir perang Rusia-Ukraina ditentukan dalam pertempuran di zona timur.

  • Pasukan Ukraina berjuang mempertahankan Kota Mariupol yang terkepung Rusia.

  • Tentara Rusia dilaporkan mengalami demoralisasi dan terpukul mundur.

WAR Bulletin edisi 5 Mei 2022 yang diterbitkan Kedutaan Besar Ukraina untuk Amerika Serikat tak hanya merilis data jumlah korban perang, tapi juga kabar perkembangan terakhir dari front terdepan perang Rusia-Ukraina. “Musuh tidak berhenti melakukan operasi ofensif di Zona Operasi Timur untuk membangun kontrol penuh atas wilayah Donetsk dan Luhansk dan mempertahankan koridor darat dengan Krimea,” tulis anggota Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina dalam laporan tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Invasi Rusia, yang semula berlangsung di sejumlah front sejak 24 Februari lalu, akhirnya beralih ke area Luhansk dan Donets atau yang dikenal sebagai Donbas pada awal April lalu. Pertempuran di Donbas ini akan menentukan akhir perang. “Cukup jelas bahwa pencaplokan adalah tujuan jangka panjang Putin. Pertanyaannya, berapa banyak yang akan dicaplok,” kata Maximilian Hess, rekan di Institut Penelitian Kebijakan Luar Negeri, seperti dilansir CNBC.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Militer Rusia mengatakan tujuan utama operasi tahap pertama secara umum telah tercapai. “Potensi tempur Angkatan Bersenjata Ukraina telah sangat berkurang, yang... memungkinkan pemfokusan upaya inti kami untuk mencapai tujuan utama, yakni pembebasan Donbas,” ucap Sergei Rudskoi, Kepala Direktorat Operasi Utama Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia, seperti dilansir Al Jazeera.

Dalam cuitannya di Twitter pada pertengahan April lalu, mantan Duta Besar Amerika Serikat untuk Rusia, Michael McFaul, mengatakan perubahan strategi ini menunjukkan Presiden Rusia Vladimir Putin menyerah mencapai tujuan ambisiusnya. “Tidak ada ‘unifikasi’, ‘denazifikasi’, atau ‘demiliterisasi’—tanda-tanda yang jelas bahwa Putin kalah perang,” ujarnya.

Ukraina optimistis akan memenangi perang ini. Menurut Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin, ada tiga hal yang membuat hasil perang akan berpihak kepada negaranya. Pertama, teknologi yang dipakai Rusia tak sepenuhnya canggih. Ia menyebutkan tentara Ukraina berhasil menembak jatuh pesawat nirawak alias drone Rusia dan memeriksa isinya. “Isinya kamera murah,” ucapnya pada Kamis, 28 April lalu.

Hamianin mengatakan militer Ukraina memang tidak memiliki banyak peralatan canggih. Tapi Ukraina mendapat bantuan senjata dan perlengkapan militer dari negara Barat. “Kami melihat lebih banyak meriam dan tank. Mungkin juga beberapa helikopter dari negara Barat seperti Amerika Serikat, Inggris, Republik Cek, Australia, Belanda, Jerman, dan negara lain,” tuturnya.

Di sisi lain, Rusia menghadapi masalah pasokan senjata karena sanksi dari negara Barat. Newsweek, mengutip media Ukraina, melaporkan produsen tank terbesar Rusia, UralVagonZavod, menghentikan produksinya karena kekurangan pasokan. Inggris membekukan aset UralVagonZavod pada 24 Februari lalu dan perusahaan itu juga terkena sanksi Uni Eropa sejak 15 Maret.

Hamianin juga menyinggung masalah logistik yang dihadapi Rusia. Saat tentara Ukraina menghancurkan pasukan Rusia, mereka melihat suplai makanan pasukan musuh. Ransumnya rata-rata kedaluwarsa dan bahkan ada yang tanggal kedaluwarsanya sudah lewat lima tahun. Dia melihat tentara Rusia juga mengalami demoralisasi, sementara warga Ukraina siap berperang. “Kami pun masih punya jutaan orang yang mendaftar untuk menjadi pasukan cadangan, tapi kami hentikan dulu karena senjata tidak cukup,” tuturnya.

•••

PERGESERAN medan pertempuran ke timur ini tak lepas dari perkembangan di zona barat Ukraina. Menurut Institute for the Study of War (ISW), lembaga penelitian pertahanan berbasis di Amerika Serikat, pada hari pertama perang, pasukan Rusia, yang berkekuatan sekitar 190 ribu tentara, berusaha maju ke Kyiv dari utara dan timur laut. Pasukan Rusia dengan cepat maju ke utara dari Krimea hingga sejauh 60 kilometer. Dari arah utara, mereka masuk melalui perbatasan Belarus. Namun usaha Rusia merebut bandar udara militer Hostomel, 20 kilometer barat laut Kyiv, menghadapi perlawanan sengit.

Menurut Vasyl Hamianin, Rusia berusaha menaklukkan Ukraina dalam waktu tiga hari. “Itu berdasarkan dokumen yang didapatkan Ukraina,” katanya. Pertimbangan lain adalah bahan bakar dan suplai makanan yang disediakan untuk pasukan Rusia. Tujuan serangan ini adalah demiliterisasi, yakni menghancurkan Angkatan Bersenjata Ukraina.

Tujuan penting lain, Hamianin menambahkan, adalah denazifikasi, yaitu mengganti pemerintahan. “Kami bisa mengkonfirmasi dari laporan intelijen soal itu,” ucapnya. Menurut Hamianin, ketika pasukan Rusia berada di Bucha timur dan Irpin saat hendak menyerang Kyiv, mantan presiden Viktor Yanukovych dibawa ke sana dan menunggu di suatu tempat. Yanukovych dikenal sebagai Presiden Ukraina yang pro-Rusia.

Prajurit Ukraina menembak roket ganda BM-21 Grad, di Wilayah Luhansk, Ukraina 26 April 2022. REUTERS/Serhii Nuzhnenko

Sampai hari ketiga invasi, keinginan Rusia merebut Kyiv jauh dari kenyataan. Menurut ISW, ada kemungkinan upaya Rusia mengisolasi Kyiv pada 26 Februari itu gagal. Pasukan Rusia memang akan memasuki pusat kota melalui tepi barat Sungai Dnipro pada 25 Februari malam, tapi pasukan lain gagal masuk dari arah timur. Setelah itu, pasukan Ukraina berhasil memukul mereka mundur dari Ibu Kota.

Pertempuran selama sekitar sebulan itu meninggalkan jejak jelas di Kyiv dan sekitarnya. Di Borodyanka, tampak coretan simbol “V” di sejumlah kendaraan militer, toko, rumah, dan kantor polisi. Simbol itu, berdasarkan sejumlah referensi, dipakai tentara Rusia untuk menyatakan misi akan tuntas. Ada juga coretan dalam aksara Sirilik yang berbunyi “aku cinta Rusia” di pagar sebuah rumah.

Jejak serangan artileri dan rudal terlihat di sejumlah gedung dan pusat belanja di Ibu Kota. Mal Retroville, salah satu pusat belanja terbesar di Eropa Timur, misalnya, porak-poranda. Mal itu baru dibuka pada 2020 dan memuat lebih dari 250 gerai dengan halaman parkir yang mampu menampung 3.000 mobil.

Pusat kebugaran dan kolam renang Sportlife, yang dibangun di atas tempat parkir mobil, menjadi tumpukan baja berkarat dan genangan air kotor. Gedung apartemen di sebelah pusat kebugaran itu gosong terbakar. Sekitar 15 kilometer dari Retroville, sebuah gedung apartemen juga rompal diterjang misil. Sebuah alat berat tampak menggaruk-garuk puing dan mengumpulkannya menjadi tumpukan pada Sabtu, 9 April lalu.

"Kemajuan militer Rusia pada hari-hari pertama perang memang sangat cepat,” ujar Siziy, anggota Resimen Azov yang berjaga di Kyiv. Serangan Rusia mulai melambat pada pekan pertama Maret. Menurut Siziy, tentara Rusia kesulitan menembus Kyiv karena warga sipil di kota itu melawan. Mereka juga membuat blokade dan melemparkan bom molotov yang mempersulit laju konvoi tank Rusia.

Pos-pos tentara Ukraina dan blokade dibangun dengan balok-balok beton serta palang besi yang tersebar di dalam Kyiv dan jalan arteri menuju Ibu Kota. Di pos itu berjaga setidaknya dua tentara Ukraina yang memanggul Kalashnikov. Mereka menghentikan setiap kendaraan yang melintas dan menanyakan tanda pengenal kepada jurnalis yang akan memasuki daerah itu.

Jumlah tentara yang berjaga di pos bisa lebih dari lima orang jika letaknya di wilayah pinggiran Kyiv yang menjadi akses masuk ke Ibu Kota. Tentara membangun benteng dengan berkarung-karung pasir yang diselimuti ghillie net atau jaring penyamaran berkelir hijau kecokelatan. Salah satu pos di pinggiran Kyiv itu berdiri di daerah Desna. Seorang prajurit berjaga tak jauh dari senapan mesin otomatis yang moncongnya diletakkan di antara lubang-lubang pos dan mengarah ke jalan raya.

Siziy menjelaskan, pusat komando militer mengoperasikan sistem radar yang akan memberi tahu jika ada serangan rudal. Selain itu, ada unit khusus yang memantau pergerakan musuh melalui drone. Selain militer, ada milisi yang membantu mengamankan Kyiv. Milisi di Ukraina adalah penduduk sipil yang mendaftar sebagai anggota pasukan teritorial.

Pasukan dari warga sipil ini berjaga di titik-titik tertentu di berbagai penjuru Kyiv. Mereka secara terus-menerus menginformasikan pergerakan pasukan dan kendaraan Rusia melalui ruang komunikasi khusus bersandi “Highlander”. Lewat komunikasi itu, pasukan teritorial mengintai pergerakan tentara Rusia, memetakan kekuatan persenjataan, lalu mengirimkan koordinatnya kepada Angkatan Bersenjata Ukraina.

Arut Papoian, 45 tahun, pemimpin pasukan wilayah yang bermarkas di sekitar Jalan Soborna, Kyiv, menjelaskan, para milisi dipersenjatai militer Ukraina. Tapi tugas mereka adalah mengamankan daerah sekitar yang ditinggal pergi penduduk mengungsi. Milisi ini berpatroli ke rumah-rumah yang kosong untuk menjaga keamanan.

Menurut Papoian, timnya juga berkoordinasi dengan militer Ukraina untuk memetakan posisi musuh. Pada pekan ketiga Maret lalu, sebuah artileri menyasar jalan raya yang berjarak 150 meter dari markasnya. Ia langsung memberi tahu koordinat ledakan kepada markas komando tentara. “Biar mereka yang menumpas penembak artileri itu karena senjata kami tak bisa menandingi,” tuturnya.

Menurut Vasyl Hamianin, ada sejumlah kunci keberhasilan Ukraina memukul mundur Rusia dari Kyiv. Di antaranya motivasi tinggi untuk membela negara yang dimiliki tentara Ukraina, juga strategi militer modern yang diterapkan. Pengambilan keputusan tentara Rusia di medan perang masih terpusat di Moskow. Biasanya, kata Hamianin, komandan lapangan pasukan Rusia akan mengirimkan laporan kepada petinggi di Moskow. Saat keputusan datang, pasukan mereka di lapangan sudah diserang dan dihancurkan. “Strategi tentara kami modern. Semua komandan lapangan berhak membuat keputusan. Mereka tidak perlu menelepon ke markas besar untuk melakukan sesuatu,” ucapnya.

Faktor penentu lain adalah dukungan informasi intelijen dan mudahnya Ukraina menyadap komunikasi Rusia karena mereka menggunakan telepon umum atau saluran yang tidak terenkripsi. “Kami mendapat banyak bantuan (intelijen) dari NATO,” ujarnya. Dengan informasi intelijen itu, pasukan Ukraina memperoleh informasi penting tentang konsentrasi pasukan musuh.

Setelah berkonsentrasi ke timur sejak April lalu, Rusia masih meluncurkan rudal jarak jauh ke sejumlah kota di Ukraina yang menyasar instalasi militer dan sipil. Serangan ini menimbulkan kerusakan parah pada perumahan, sekolah, dan rumah sakit. “Mereka punya banyak misil, rudal, bom. Mereka menyerang target sipil. Itulah yang mereka bisa lakukan,” kata Hamianin.

Sampai Jumat, 6 Mei lalu, perang ini telah memaksa 12,5 juta warga Ukraina mengungsi. Sebanyak 5,5 juta di antaranya pergi ke luar negeri. Jumlah tentara yang tewas puluhan ribu. Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa taksiran awal mengenai kerugian ekonomi akibat perang Rusia-Ukraina ini sekitar US$ 600 miliar.

Saat menyerang dari timur pada awal Maret, pasukan Rusia merangsek maju dari arah Luhansk dan Melitopol hingga membuat Kota Mariupol terisolasi dari pasukan utama Ukraina. Kota industri itu dipertahankan oleh Batalion Azov. Pada 8 April lalu, Rusia sudah mengontrol 76 persen kota itu. Pengeboman bertubi-tubi tak membuat Batalion Azov, yang bertahan di ruang bawah tanah pabrik baja, menyerah.

Hingga 6 Mei 2022, perang Rusia-Ukraina belum membuat Mariupol sepenuhnya jatuh. Dalam video yang dirilis pada Kamis, 5 Mei lalu, seorang tentara dari Batalion Azov meminta dukungan internasional agar membantu mengevakuasi warga sipil yang tertahan di sana dengan persediaan makanan yang menipis. Mereka juga meminta komandan tertinggi militer Ukraina membawa tentara yang terbaring kesakitan karena perawatan yang tidak memadai dan mengeluarkan mayat personel militer yang meninggal agar bisa dikuburkan dan dihormati secara layak.

RYAMUNDUS RIKANG (KYIV)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Abdul Manan

Abdul Manan

Meliput isu-isu internasional. Meraih Penghargaan Karya Jurnalistik 2009 Dewan Pers-UNESCO kategori Kebebasan Pers, lalu Anugerah Swara Sarasvati Award 2010, mengikuti Kassel Summer School 2010 di Jerman dan International Visitor Leadership Program (IVLP) Amerika Serikat 2015. Lulusan jurnalisme dari kampus Stikosa-AWS Surabaya ini menjabat Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen Indonesia 2017-2021.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus