Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Baku Jegal di Lapak Tak Bertuan

Senator John Kerry dan Presiden George Bush saling jegal di negara-negara bagian yang masih ragu. Florida menjadi medan tarung paling panas.

8 November 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KALAU ada dua musuh dalam waktu yang sama, gunakan yang satu untuk menyingkirkan yang lain. Itulah yang dilakukan George Walker Bush pada hari tergenting menghadapi pesaingnya, Senator John Forbes Kerry, dalam pemilu Presiden AS, pekan lalu. Dalam upaya mendepak Kerry, Presiden Bush mengusung Usamah bin Ladin, pemimpin organisasi "teroris" Al-Qaidah yang jadi musuh bebuyutannya.

Dalam putaran terakhir kampanye pekan kemarin, kubu Bush menayangkan rekaman video yang diklaim berasal dari Usamah bin Ladin. Rekaman itu diterima dan disiarkan televisi Al-Jazeera, Jumat pekan lalu. Meski diragukan keasliannya, toh kubu Republik menganggapnya penting untuk mendongkrak citra Bush terutama di daerah swing state—negara-negara bagian yang masih ragu dalam menentukan pilihan.

Swing state adalah daerah "tak bertuan". Belum jelas peta dukungannya; tidak Merah (Republik), tidak pula Biru (Demokrat). Harian The Washington Post memasukkan tujuh negara bagian dalam kategori wilayah abu-abu ini: Oregon, New Mexico, Iowa, Minnesota, Wisconsin, New Hampshire, dan Florida. Menurut versi The Los Angeles Times, jumlahnya harus ditambah dengan Ohio, Missouri, dan Pennsylvania. Dalam berbagai analisis, ada 19 negara bagian yang masih dikelompokkan ke swing voter itu.

Status swing state memang tak berlaku selamanya. Sebagiannya malah bisa berubah dari waktu ke waktu. Pada pemilu 1960, misalnya, Negara Bagian Illinois dan Texas masuk dalam swing state. Namun dalam pemilu 2004 kali ini, Illinois bergabung ke daerah Biru (Demokrat) dan Texas giliran memilih Merah (Republik).

Ada tiga wilayah swing state yang terbanyak menyumbang electoral college (EC, anggota dewan pemilih yang memilih presiden). Masing-masing Florida dengan 27 EC, Pennsylvania dengan 21 EC, dan Ohio dengan 20 EC. Bandingkan dengan Nevada yang hanya menyumbang 5 EC.

Segala cara digunakan kedua kubu untuk meraup suara swing state. Salah satunya, ya, isu peka Usamah bin Ladin. Dalam sebuah kampanye di Iowa, kan-didat wakil presiden Partai Republik, Dick Cheney, tidak lupa memamerkan gambar "Raja Teroris" itu. "George Bush tidak memerlukan jajak pendapat untuk mengatakan dia punya keyakinan terutama soal Usamah bin Ladin," kata Cheney di depan pendukungnya. Menurut dia, Kerry sama sekali tidak tahu apa-apa sebelum melihat jajak pendapat.

Kubu Kerry tidak kehilangan akal. Video Usamah itu justru jadi senjata ampuh untuk menyerang balik Bush. "Bush telah gagal membuat Amerika aman dan gagal pula menangkap Usamah bin Ladin," begitu slogan kampanye Kerry di Ohio dan Florida, yang juga masuk swing state. Kerry pun menuduh pesaingnya itu telah mengalihkan sumber daya Amerika untuk melawan terorisme dengan menyerang Irak.

Demi menggaet pemilih di wilayah abu-abu itu, kedua kandidat tidak segan-segan masuk ke komunitas yang selama ini memusuhi mereka. Saat kampanye di Kota Dayton (Ohio), Kerry yang Katolik ikut berdoa di gereja milik warga Protestan. Ketika berpidato di Gereja Shiloh Baptist, ia mengutip ayat-ayat Injil dan turut melantunkan doa dalam lagu Amazing Grace. Tidak lupa dia menyinggung soal pengangguran, mahalnya biaya kesehatan dan sekolah. "Saya dengar politisi banyak bicara tentang harga diri, te-tapi saya tidak melihat mereka melakukan itu," tutur Kerry menyindir Bush.

Selama kampanye di Ohio, New Hampshire, dan Florida, Kerry sengaja menggunakan isu domestik seperti masalah ekonomi dan kesehatan. Tidak salah, dari hasil jajak pendapat menunjukkan para pemilih memandang Demokrat lebih mampu mengatasi semua persoalan ini.

Sementara itu, Bush masih berkutat di seputar terorisme, Irak, dan keamanan dalam negeri. Saat berkampanye di Florida, ia kembali menyinggungnya. "Jika Anda percaya, Amerika harus memerangi terorisme dan memiliki pemimpin yang teguh dan percaya diri. Saya katakan kepada Anda, mari berdiri bersama saya," kata dia. Kaum minoritas yang selama ini lebih condong ke Demokrat, seperti kaum muslim dan keturunan Kuba, juga tidak lepas dari rayuan Bush. "Kami akan menjaga tekanan sampai rakyat Kuba bahagia dan merasakan kebebasan yang sama di Havana," katanya. Di bagian lain, jualan kecap Bush menyinggung soal golongan minoritas. "Jika Anda warga minoritas yang percaya akan nilai-nilai persamaan dan kekeluargaan, datang dan berdirilah bersama saya," katanya bersemangat.

Pertarungan sesungguhnya antara kedua kubu terjadi di Florida. Kubu Demokrat, misalnya, mengerahkan lebih dari 6.000 relawan untuk mengawasi jalannya pencoblosan di negara bagian yang dikenal dengan sebutan The Sunshine State itu. Dibanding negara bagian lain, Florida amat ketat diawasi Demokrat. Maklum, kecurangan bisa saja terjadi karena Gubernur Florida Jeb Bush adik kandung George Bush, rivalnya. Para voluntir ini juga ditugaskan mengajak pemilih, terutama warga Amerika keturunan Afrika, datang ke bilik suara.

Sebelumnya, dalam sepekan pihak Demokrat sudah menggelontorkan lebih dari US$ 3,5 juta (sekitar Rp 34 miliar) untuk memasang pariwara di media lokal. Selama masa kampanye, Kerry tercatat 16 kali mengunjungi Florida.

Kubu Bush tidak kalah siaga. Meski adiknya Gubernur Florida, Bush tidak berleha-leha. Tidak kurang dari 5.000 relawan disiapkan untuk memantau jalannya pencoblosan. Kubu Republik juga merogoh kocek sampai US$ 2,8 juta untuk "menjual" program dan nama George W. Bush di media lokal.

Bagi Bush dan Kerry, Florida bak perawan bahenol yang menggiurkan. Dalam pemilu 2004 ini tercatat akan ada 1,5 juta pemilih baru. Wilayah yang banyak dihuni komunitas Hispanik (keturunan Amerika Latin) menjadi unik. "Florida sekarang negara bagian paling kompleks di Amerika," kata Simon Rosenberg, Presiden Jaringan Demokrat Baru.

Siapa yang berjaya di wilayah itu, tidak mudah menebaknya. Jajak pendapat terakhir di Washington Post menunjukkan Bush dan Kerry masing-masing mendapat 48 persen, sedangkan Ralp Nader, calon independen, hanya 1 persen. Adapun empat jajak pendapat berskala nasional, yang dikeluarkan pekan lalu, menunjukkan Bush unggul dari Kerry 1 sampai 3 persen, yang sama dengan margin kesalahan dalam setiap jajak pendapat.

Dengan lain kata, keduanya punya peluang yang sama hingga detik-detik akhir menjelang pencoblosan.

Johan Budi S.P. (Washington Post, The NY Times, AFP, BBC)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus