YASUHIRO NAKASONE
LULUSAN jurusan Politik Fakultas Hukum Universitas Tokyo ini
punya daftar pengalaman yang panjang dan beragam. Dia mendapat
giliran terakhir dalam kunjungan kehormatan para politisi Jepang
kepada Presiden Soeharto di Tokyo belum lama ini. "No comment,
katanya menjawab wartawan, ketika ditanya adakah dia yang akan
tampil sebagai Presiden LDP. Dialah satu-satunya calon PM yang
menyempatkan diri untuk duduk sebentar dengan para wartawan
Indonesia, seusai bertemu Presiden Soeharto di ruang tamu suite
Hotel Okura.
Dalam usia 64 tahun, Nakasone yang Juga flamboyan itu,
belakangan ini lebih banyak diam.
Sudah sejak 10 tahun terakhir namanya tercantum sebagai calon
Presiden LDP, tapi nasib baik belum juga singgah. Ia memperoleh
dukungan kelompok Tanaka karenanya diperhitungkan bisa
mengumpulkan suara terbanyak dalam pemilihan resmi Diet November
depan.
Terkenal dengan julukan "Baling-baling Cuaca" sikap politik
Nakasone cenderung mudah berubah, seirama dengan kepentingan
yang diperjuangkannya. Menjadi anggota Majelis Rendah pertama
kali pada usia 29 tahun, Nakasone selama PD II bertugas sebagai
letnan dua AL di Mindanao, Filipina. Dalam beberapa kabinet
sebelumnya ia pernah jadi Menteri Negara Ilmu Pengetahuan &
Teknologi, Menteri Pertahanan, Perhubungan dan Menteri MITI. Dia
membuktikan kebolehannya sebagai pejabat PM selagi Suzuki
melawat ke luar negeri. Pada periode sama Menteri Negara Urusan
Administrasi ini juga dipujikan dalam menangani masalah
perombakan administrasi yang ternyata cukup peka itu.
Dalam kampanye Nakasone menjanjikan pembangunan politik yang
bisa dipercaya rakyat, ekonomi stabil yang bisa mengatasi
resesi, juga rekonstruksi moneter. Nakasone cenderung
mementingkan pertahanan negara di samping aminan AS bagi
pertahanan Jepang. Sejauh pertahanan itu bisa dianggap ancaman
bagi negara tetangga, Nakasone mengingatkan kasus buku sejarah
Jepang. "Kita seharusnya hati-hati menimbang negara-negara
Asia," katanya.
Senang golf, tenis, berenang, Nakasone yang dikenal agresif,
juga penggemar musik dan seni lukis.
TOSHIO KOMOTO
"PANGERAN Tanpa Senyum", begitu julukan bagi politisi yang
penampilannya serius ini. Lulus dari Fakultas Hukum Universitas
Nippon, Komoto berbelok dulu ke dunia usaha sebelum terjun ke
Majelis Rendah pada usia 38 tahun. Dia mulai berpolitik agak
terlambat tapi tekun.
Menjabat sebagai Menteri Negara Perencanaan Ekonomi dalam
kabinet Suzuki, Komoto berusaha menggalakkan kemajuan ekonomi,
satu tekad yang disebut-sebutnya juga dalam kampanye. Pernah
menjabat sebagai Menteri Postel dan Menteri MITI, Komoto juga
berhasil merebut hati kalangan pengusaha. Dalam kampanye ia
berkata, kepercayaan rakyat harus dimenangkan dan moral politik
harus ditegakkan. Dalam hubungan luar negeri, Komoto terkenal
dengan prinsip-prinsip damainya.
ICHIRO NAKAGAWA
Baru pada usia 38 tahun ia terpilih sebagai anggota Majelis
Rendah, namun cepat menonjol, mungkin karena tergabung dalam
kelompok Seiran Kai yang berhaluan kanan. Dia juga calon paling
konservatif, menjabat sebagai Menteri Ilmu dan Teknologi dalam
kabinet Suzuki, namun aktif memperjuangkan penambahan dana
pertahanan yang bertahun-tahun ditekan sedikit di bawah 1% dari
GNP.
Dalam kampanye insinyur lulusan Universitas Kyushu itu
mengutamakan kejujuran dan pengertian dalam politik, serta
condong memperbaiki hubungan Jepang-AS, di samping memulihkan
citra negaranya serta kelestarian sejarah dan tradisi
leluhurnya. Campur tangan negara asing (contoh buku sejarah
Jepang) diharamkan oleh Nakagawa.
Mendapat julukan "Beruang di Laut Utara", Nakagawa pernah
mengusulkan agar meninjau kembali larangan atas persenjataan
nuklir. Fraksinya di Diet terlalu kecil, hanya 13 anggota, namun
dia toh bersemangat tinggi dalam pencalonannya untuk kursi
Presiden LDP.
SHINTARO ABE
SEBELUM menjabat Menteri Perdagangan dalam kabinet Suzuki, ia
pernah Menteri Pertanian, Kehutanan, Perikanan. Dia seorang
intelektual dan politisi yang tangguh, punya hubungan baik
dengan pelbagai lapisan dalam LDP. Istrinya Yoko adalah putri
bekas PM Nobosuke Kishi, yang kebetulan adalah guru politik bagi
Fukuda.
Janji-janjinya dalam kampanye dirumuskan jelas jernih. Abe
berseru harus ditegakkan moral politik, harus diusahakan
stabilitas ekonomi dan kemajuan tingkat hidup rakyat. Khusus
tentang pertahanan, ia mengingatkan agar tindakan apa pun yang
diambil Jepang hendaknya Janganlah sampal disalahtafsirkan oleh
negara asing mana pun juga.
Pernah menjadi wartawan Mainichi Sbimbun selama 7 tahun, lulusan
Fakultas Hukum Universitas Tokyo ini memulai karirnya di Majelis
Rendah pada usia 34 tahun. Dalarn usianya 58 tahun kini, Abe
adalah calon kedua termuda sesudah Nakagawa. Hobinya: olahraga
kendo (dan tiga).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini