Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Baling-baling cuaca & beruang laut utara

Riwayat 4 calon kuat pewaris kursi ketua ldp menggantikan pm. zenko suzuki: yasuhiro nakasone, toshio komoto, ichiro nakagawa dan shintaro abe. (ln)

30 Oktober 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

YASUHIRO NAKASONE LULUSAN jurusan Politik Fakultas Hukum Universitas Tokyo ini punya daftar pengalaman yang panjang dan beragam. Dia mendapat giliran terakhir dalam kunjungan kehormatan para politisi Jepang kepada Presiden Soeharto di Tokyo belum lama ini. "No comment, katanya menjawab wartawan, ketika ditanya adakah dia yang akan tampil sebagai Presiden LDP. Dialah satu-satunya calon PM yang menyempatkan diri untuk duduk sebentar dengan para wartawan Indonesia, seusai bertemu Presiden Soeharto di ruang tamu suite Hotel Okura. Dalam usia 64 tahun, Nakasone yang Juga flamboyan itu, belakangan ini lebih banyak diam. Sudah sejak 10 tahun terakhir namanya tercantum sebagai calon Presiden LDP, tapi nasib baik belum juga singgah. Ia memperoleh dukungan kelompok Tanaka karenanya diperhitungkan bisa mengumpulkan suara terbanyak dalam pemilihan resmi Diet November depan. Terkenal dengan julukan "Baling-baling Cuaca" sikap politik Nakasone cenderung mudah berubah, seirama dengan kepentingan yang diperjuangkannya. Menjadi anggota Majelis Rendah pertama kali pada usia 29 tahun, Nakasone selama PD II bertugas sebagai letnan dua AL di Mindanao, Filipina. Dalam beberapa kabinet sebelumnya ia pernah jadi Menteri Negara Ilmu Pengetahuan & Teknologi, Menteri Pertahanan, Perhubungan dan Menteri MITI. Dia membuktikan kebolehannya sebagai pejabat PM selagi Suzuki melawat ke luar negeri. Pada periode sama Menteri Negara Urusan Administrasi ini juga dipujikan dalam menangani masalah perombakan administrasi yang ternyata cukup peka itu. Dalam kampanye Nakasone menjanjikan pembangunan politik yang bisa dipercaya rakyat, ekonomi stabil yang bisa mengatasi resesi, juga rekonstruksi moneter. Nakasone cenderung mementingkan pertahanan negara di samping aminan AS bagi pertahanan Jepang. Sejauh pertahanan itu bisa dianggap ancaman bagi negara tetangga, Nakasone mengingatkan kasus buku sejarah Jepang. "Kita seharusnya hati-hati menimbang negara-negara Asia," katanya. Senang golf, tenis, berenang, Nakasone yang dikenal agresif, juga penggemar musik dan seni lukis. TOSHIO KOMOTO "PANGERAN Tanpa Senyum", begitu julukan bagi politisi yang penampilannya serius ini. Lulus dari Fakultas Hukum Universitas Nippon, Komoto berbelok dulu ke dunia usaha sebelum terjun ke Majelis Rendah pada usia 38 tahun. Dia mulai berpolitik agak terlambat tapi tekun. Menjabat sebagai Menteri Negara Perencanaan Ekonomi dalam kabinet Suzuki, Komoto berusaha menggalakkan kemajuan ekonomi, satu tekad yang disebut-sebutnya juga dalam kampanye. Pernah menjabat sebagai Menteri Postel dan Menteri MITI, Komoto juga berhasil merebut hati kalangan pengusaha. Dalam kampanye ia berkata, kepercayaan rakyat harus dimenangkan dan moral politik harus ditegakkan. Dalam hubungan luar negeri, Komoto terkenal dengan prinsip-prinsip damainya. ICHIRO NAKAGAWA Baru pada usia 38 tahun ia terpilih sebagai anggota Majelis Rendah, namun cepat menonjol, mungkin karena tergabung dalam kelompok Seiran Kai yang berhaluan kanan. Dia juga calon paling konservatif, menjabat sebagai Menteri Ilmu dan Teknologi dalam kabinet Suzuki, namun aktif memperjuangkan penambahan dana pertahanan yang bertahun-tahun ditekan sedikit di bawah 1% dari GNP. Dalam kampanye insinyur lulusan Universitas Kyushu itu mengutamakan kejujuran dan pengertian dalam politik, serta condong memperbaiki hubungan Jepang-AS, di samping memulihkan citra negaranya serta kelestarian sejarah dan tradisi leluhurnya. Campur tangan negara asing (contoh buku sejarah Jepang) diharamkan oleh Nakagawa. Mendapat julukan "Beruang di Laut Utara", Nakagawa pernah mengusulkan agar meninjau kembali larangan atas persenjataan nuklir. Fraksinya di Diet terlalu kecil, hanya 13 anggota, namun dia toh bersemangat tinggi dalam pencalonannya untuk kursi Presiden LDP. SHINTARO ABE SEBELUM menjabat Menteri Perdagangan dalam kabinet Suzuki, ia pernah Menteri Pertanian, Kehutanan, Perikanan. Dia seorang intelektual dan politisi yang tangguh, punya hubungan baik dengan pelbagai lapisan dalam LDP. Istrinya Yoko adalah putri bekas PM Nobosuke Kishi, yang kebetulan adalah guru politik bagi Fukuda. Janji-janjinya dalam kampanye dirumuskan jelas jernih. Abe berseru harus ditegakkan moral politik, harus diusahakan stabilitas ekonomi dan kemajuan tingkat hidup rakyat. Khusus tentang pertahanan, ia mengingatkan agar tindakan apa pun yang diambil Jepang hendaknya Janganlah sampal disalahtafsirkan oleh negara asing mana pun juga. Pernah menjadi wartawan Mainichi Sbimbun selama 7 tahun, lulusan Fakultas Hukum Universitas Tokyo ini memulai karirnya di Majelis Rendah pada usia 34 tahun. Dalarn usianya 58 tahun kini, Abe adalah calon kedua termuda sesudah Nakagawa. Hobinya: olahraga kendo (dan tiga).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus