Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah bangunan empat lantai runtuh di pusat komersial Kamerun dan kota terbesar Douala, 210 km barat ibu kota, Yaounde, dan mengakibatkan 34 orang tewas, perkiraan sebelumnya 12 orang, kata menteri perumahan dan pembangunan kota pada Senin, 24 Juli 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bangunan tersebut runtuh pada Minggu 23 Juli 2023, dan merusak sebuah bangunan di dekatnya serta puluhan warga mengalami luka-luka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menteri Celestina Ketcha Courtes mengatakan, "Bangunan tersebut tidak memiliki izin. Penyelidikan sedang berlangsung.”
Meskipun kondisi jalan masuk sulit, penyelamatan tetap dilakukan untuk mencari orang-orang yang terjebak dalam reruntuhan tersebut.
Belum ada kejelasan berapa jumlah penghuni yang berada dalam gedung pada saat runtuh. Warga setempat mengatakan bangunan tersebut telah menunjukkan tanda-tanda kerusakan dengan batang tulang baja yang terbuka dan berkarat.
Sehari sebelumnya, gubernur wilayah Littoral dan sekitarnya menyatakan dua belas orang meninggal dunia.
"Dua belas meninggal dan yang lainnya di rumah sakit untuk perawatan medis," kata Samuel Dieudonne Ivaha Diboua, gubernur wilayah Littoral sekitarnya, kepada wartawan di lokasi, Minggu, mengatakan total 31 orang terkena dampak.
“Angka korban mungkin lebih tinggi. Petugas penyelamat, dibantu oleh pasukan pemerintah Kamerun, masih menggali puing-puing untuk melihat apakah lebih banyak mayat dapat ditemukan,” tambahnya.
Rumah sakit Laquintinie Douala menyatakan telah menerima 13 pasien dan mengatakan dua - seorang gadis berusia tiga tahun dan seorang wanita berusia 19 tahun - telah meninggal.
Ia menambahkan tiga anak lain di antara mereka yang terluka menerima perawatan pediatrik darurat.
Charles Elie Zang Zang, seorang anggota dewan kota Douala, mengatakan layanan penyelamatan sedang mencari korban selamat melalui puing-puing.
Brigade pemadam kebakaran militer telah diperintahkan untuk bergabung dengan Palang Merah negara itu dan layanan penyelamatan lainnya dalam pencarian.
“Kami mendengar orang-orang berteriak … dan berjuang untuk membantu beberapa orang keluar dari reruntuhan, tetapi tidak dapat melakukannya dengan sekop dan cangkul [taman] kami,” kata Gaspard Ndoppo, yang tinggal di dekat bangunan yang runtuh.
Lima orang tewas dalam keadaan serupa di Douala pada tahun 2016 ketika pihak berwenang menyalahkan buruknya perbaikan dan pelanggaran peraturan bangunan.
Pada Juni tahun itu, otoritas lokal mengidentifikasi 500 bangunan yang terancam runtuh.
Meski penyebab keruntuhan tidak jelas, warga mengatakan kondisinya tampak memburuk dengan batang yang terbuka dan aus.
Dewan kota Douala saat ini sedang menghancurkan rumah-rumah di zona berisiko tinggi yang rentan terhadap banjir atau tanah longsor.
Bangunan runtuh, Minggu, tidak ditandai untuk dibongkar.
REUTERS | AL JAZEERA