Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Afrika Selatan Selidiki Penembakan Imam Masjid Gay Pertama

Imam masjid yang mengaku dirinya gay ditembak mati di Afrika Selatan. Polisi menelusuri motif penembakan.

17 Februari 2025 | 22.09 WIB

Imam masjid yang secara terbuka mengaku gay, Muhsin Hendricks, tewas ditembak di Kota Gqeberha, Afrika Selatan.
material-symbols:fullscreenPerbesar
Imam masjid yang secara terbuka mengaku gay, Muhsin Hendricks, tewas ditembak di Kota Gqeberha, Afrika Selatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Polisi Afrika Selatan menyelidiki penembakan terhadap imam masjid Muhsin Hendricks. Ia adalah imam pertama yang mengakui bahwa dirinya adalah seorang gay.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Imam berusia 58 tahun ini mengelola sebuah masjid yang dimaksudkan sebagai tempat berlindung bagi kaum gay dan Muslim terpinggirkan lainnya. Ia ditembak mati pada Sabtu, 15 Februari 2025, setelah mobil yang ditumpanginya di dekat kota selatan Gqeberha disergap.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Polisi mengonfirmasi keaslian video yang beredar luas. Dalam video yang beredar, terlihat kendaraan Hendricks mencoba menjauh sementara kendaraan lain menghalangi jalan keluarnya. 

"Dua tersangka tak dikenal dengan wajah tertutup keluar dari kendaraan dan mulai melepaskan beberapa tembakan ke kendaraan itu," kata kepolisian Eastern Cape dalam sebuah pernyataan yang dilansir dari France24.

"Setelah itu mereka meninggalkan tempat kejadian perkara, dan pengemudi melihat bahwa Hendricks, yang duduk di belakang kendaraan, tertembak dan tewas."

Polisi mengatakan motif pembunuhan itu tidak diketahui dan penyelidikan masih berlangsung.

Wakil Menteri Kehakiman Andries Nel mengatakan kepada media Afrika Selatan pada hari Senin bahwa polisi sedang mengejar para pembunuh. Departemennya juga akan bekerja sama dengan Komisi Hak Asasi Manusia Afrika Selatan (SAHRC) dalam masalah ini.

Menurut beberapa kesaksian daring, Hendricks dibunuh setelah dilaporkan meresmikan sebuah pernikahan lesbian. Namun hal ini belum dikonfirmasi secara resmi.

Asosiasi Lesbian, Gay, Biseksual, Trans, dan Interseks Internasional ( ILGA ) mengecam pembunuhan tersebut. "Keluarga ILGA World sangat terkejut mendengar berita pembunuhan Muhsin Hendricks, dan meminta pihak berwenang untuk menyelidiki secara menyeluruh apa yang kami khawatirkan sebagai kejahatan kebencian," kata Direktur Eksekutif Julia Ehrt dalam sebuah pernyataan.

Hendricks menyatakan diri sebagai gay pada 1996. Di tahun yang sama, ia mendirikan The Inner Circle, sebuah organisasi yang menyediakan dukungan dan tempat yang aman bagi Muslim queer yang ingin menyelaraskan iman dan seksualitas mereka. Hendricks kemudian mendirikan masjid Masjidul Ghurbaah yang inklusif di Wynberg dekat tempat kelahirannya di Cape Town.

Masjid tersebut menyediakan ruang aman di mana kaum Muslim queer dan perempuan terpinggirkan dapat menjalankan Islam, demikian pernyataan situs webnya.

Hendricks, yang menjadi subjek film dokumenter tahun 2022 berjudul "The Radical", sebelumnya menyinggung adanya ancaman terhadap dirinya. Ia memilih untuk tidak menyewa pengawal dengan mengatakan bahwa kebutuhan untuk bersikap otentik lebih besar daripada rasa takut untuk mati.

Dewan Peradilan Muslim mengutuk pembunuhan dan segala bentuk kekerasan terhadap komunitas LGBT. Namun dewan tetap menegaskan tak setuju terhadap pandangan imam tersebut. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus