Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bantuan Mengalir, Taliban Masih Enggan Berikan Hak Pendidikan Anak Perempuan

Bantuan asing mulai mengalir ke Afghanistan, meskpun Taliban masih belum memenuhi komitmennya memberikan hak pendidikan terhadap perempuan.

13 Oktober 2021 | 10.20 WIB

Sejumlah anak-anak perempuan bersiap memasuki ruang kelas di sebuah sekolah di Kabul, Afghanistan, 18 September 2021. WANA (West Asia News Agency) via REUTERS
Perbesar
Sejumlah anak-anak perempuan bersiap memasuki ruang kelas di sebuah sekolah di Kabul, Afghanistan, 18 September 2021. WANA (West Asia News Agency) via REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bantuan asing mulai mengalir ke Afghanistan, meskipun Taliban masih belum memenuhi komitmennya memberikan hak pendidikan terhadap perempuan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Uni Eropa pada Selasa, 12 Oktober 2021, menjanjikan bantuan sebesar 1 miliar euro (Rp 17 triliun) untuk kebutuhan kemanusiaan mendesak dan juga membantu negara-negara tetangga yang menampung warga Afghanistan  setelah Taliban menguasai negara itu pada 15 Agustus 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Perdana Menteri Italia Mario Draghi, yang menjadi tuan rumah pertemuan Kelompok 20 (G20), Selasa, mengatakan, G20 sepakat bekerja sama untuk menghindari bencana kemanusiaan di Afghanistan, bahkan jika itu berarti harus mengoordinasikan upaya dengan Taliban.

"Pada dasarnya ada konvergensi pandangan tentang perlunya menangani keadaan darurat kemanusiaan," kata Draghi kepada wartawan seperti dikutip Reuters, Rabu, 13 Oktober 2021. 

Penjabat Menteri Luar Negeri Afghanistan, Mullah Amir Khan Muttaqi, mengimbau dunia untuk hubungan baik tetapi menghindari membuat komitmen tegas pada pendidikan anak perempuan, meskipun ada tuntutan internasional untuk mengizinkan semua anak Afghanistan kembali ke sekolah.

Hampir dua bulan setelah pemerintah yang didukung Barat runtuh dan kelompok Taliban menguasai Kabul, pemerintahan baru telah mendorong untuk membangun hubungan dengan negara-negara lain guna membantu mencegah krisis ekonomi yang dahsyat.

“Dengan ini, kami akan dapat menghentikan rasa tidak aman dan pada saat yang sama, kami akan dapat terlibat secara positif dengan dunia,” kata Muttaqi seperti dikutip Al Jazeera.

Namun Taliban sejauh ini menolak memberikan alasan untuk mengizinkan anak perempuan kembali ke sekolah menengah, salah satu tuntutan utama masyarakat internasional setelah keputusan bulan lalu bahwa sekolah di atas kelas enam hanya akan dibuka kembali untuk anak laki-laki.

Muttaqi mengatakan pemerintah Taliban bergerak dengan hati-hati tetapi tidak dapat diharapkan bisa menyelesaikan reformasi dalam 2 bulan.

“Mereka memiliki banyak sumber keuangan dan mereka memiliki dukungan dan dukungan internasional yang kuat, tetapi pada saat yang sama Anda meminta kami untuk melakukan semua reformasi dalam dua bulan?” katanya.

Pemerintahan baru telah mendapat kecaman terus-menerus atas pendekatannya terhadap pendidikan anak perempuan, yang dianggap sebagai salah satu dari sejumlah keuntungan positif yang terbatas dari keterlibatan Barat selama dua dekade di Afghanistan.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan Taliban telah melanggar janji untuk menjamin hak-hak perempuan dan anak perempuan, dan tidak mungkin ekonomi dapat diperbaiki jika perempuan dilarang bekerja.

Muttaqi mengulangi seruan agar Amerika Serikat mencabut pemblokiran cadangan bank sentral Afghanistan sebesar 9 miliar dolar AS yang disimpan di luar negeri. 

Namun ia mengatakan, Afghanistan memiliki pendapatan sendiri dari pajak, tarif bea cukai dan pertanian jika dana tetap dibekukan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus