Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Suriah Bashar al Assad terbang keluar dari Damaskus menuju sebuah tempat yang tidak diketahui pada Minggu, 8 Desember 2024. Demikian dikatakan dua perwira senior militer kepada Reuters.
Para pemberontak Suriah menyatakan bahwa ibu kota tersebut telah "bebas dari tiran Bashar al Assad". Setengah abad kekuasaan keluarga Assad telah berakhir, kata komando militer kepada para perwira Suriah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, pemerintahan Suriah bertahan ketika meletus gelombang Arab Spring terjadi di negara-negara Arab pada 2011. Ketika itu, kekuatan rakyat (people power) menjalar ke negara-negara Arab termasuk Suriah hingga Afrika. Mereka berhasil menumbangkan pemerintahan di Mesir dan Libya.
Apa itu Arab Spring?
Dilansir dari Britannica, Arab Spring merupakan gelombang protes dan pemberontakan pro-demokrasi yang terjadi di Timur Tengah dan Afrika Utara yang dimulai pada tahun 2010 dan 2011, menantang beberapa rezim otoriter yang telah mengakar di wilayah tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari laman Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, hal yang sangat mendasar yang mendasari terjadinya Arab Spring ini adalah kondisi masyarakat negara-negara Arab dan Timur Tengah yang menuntut kehidupan yang demokratis sejak tahun 1990-an yang mana hal tersebut secara tidak langsung menjadi bola salju bagi pemerintah negara-negara tersebut.
Gelombang ini dimulai ketika protes di Tunisia dan Mesir menggulingkan rezim mereka dalam waktu singkat, yang kemudian menginspirasi upaya serupa di negara-negara Arab lainnya. Namun, tidak semua negara berhasil dalam gerakan protes ini, dan para demonstran yang mengekspresikan keluhan politik dan ekonomi mereka sering kali disambut dengan tindakan keras dari aparat keamanan negara mereka.
Ketika itu di Suriah, protes berdatangan menyerukan pengunduran diri Presiden Bashar al Assad meletus di Suriah selatan pada pertengahan Maret 2011 dan menyebar ke seluruh negeri. Rezim Assad merespons dengan tindakan keras yang brutal terhadap para pengunjuk rasa, yang mengundang kecaman dari para pemimpin internasional dan kelompok-kelompok hak asasi manusia.
Sebuah dewan kepemimpinan untuk oposisi Suriah dibentuk di Istanbul pada bulan Agustus, dan milisi oposisi mulai melancarkan serangan terhadap pasukan pemerintah.
Terlepas dari pergolakan yang terjadi, pada saat itu cengkeraman kekuasaan Bashar al Assad tampak kuat, karena ia mampu mempertahankan dukungan dari unit-unit militer penting yang sebagian besar terdiri dari anggota kelompok minoritas Alawiyah, yang juga merupakan bagian dari kelompok minoritas Suriah.
Ida Rosdalina berkontribusi dalam penulisan artikel ini
Pilihan editor: Kronologi Kejadian Penting Sebelum Kejatuhan Bashar al Assad