Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Suriah yang terguling, Bashar Al Assad, mengeluh kepada menteri luar negeri Iran di hari-hari terakhirnya. Ia mengatakan bahwa Turki mendukung pemberontak Sunni untuk menggulingkannya, menurut dua pejabat Iran yang dilansir dari Reuters.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Iran adalah pendukung utama Suriah di bawah pemerintahan Bashar Al Assad. Keluarga Assad telah memerintah Suriah selama lima dekade lebih. Pemerintahan keluarga itu berakhir setelah digulingkan oleh pemberontak Suriah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pasukan pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang sebelumnya bersekutu dengan Al Qaeda berhasil merebut kota-kota besar dan maju menuju ibu kota, Damaskus. Saat itu Bashar Al Assad bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi di Damaskus pada 2 Desember 2024.
Pada pertemuan tersebut, Assad menyuarakan kemarahannya. Ia menyebut serangan itu adalah upaya Turki untuk menggulingkannya, menurut seorang pejabat senior Iran. Araqchi meyakinkan Assad bahwa Iran terus mendukung Suriah dan berjanji untuk membahas masalah itu dengan Turki.
Keesokan harinya, Araqchi bertemu dengan Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan. Ia menyampaikan kekhawatiran Teheran atas dukungan Ankara terhadap pasukan pemberontak yang terus bergerak maju.
"Pertemuan itu menegangkan. Iran menyatakan ketidakpuasannya dengan keberpihakan Turki terhadap agenda AS dan Israel dan menyampaikan kekhawatiran Assad," kata pejabat Iran lainnya. Ia mengacu pada dukungan Ankara terhadap pemberontak dan kerja sama dengan kepentingan Barat dan Israel dalam menargetkan sekutu Iran di kawasan tersebut.
Fidan, kata pejabat itu, menyalahkan Assad atas krisis tersebut. Menurut Turki, penyebab konflik di Suriah adalah pemerintahan Assad yang represif selama bertahun-tahun.
Sumber di Kementerian Luar Negeri Turki yang mengetahui pembicaraan Fidan mengatakan bahwa itu bukanlah pernyataan sebenarnya yang diucapkan Fidan. Ia menambahkan bahwa Araqchi tidak membawa dan menyampaikan pesan apa pun dari Assad ke Turki, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Fidan mengatakan kepada wartawan di Doha pada hari Minggu bahwa rezim Assad memiliki waktu yang berharga untuk mengatasi masalah-masalah yang ada di Suriah. Sayangnya itu tidak dilakukan. Assad malah membiarkan kemunduran dan keruntuhan rezim secara perlahan.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan pada hari Rabu bahwa penggulingan Assad adalah hasil dari rencana Amerika Serikat dan Israel. Ia mengatakan bahwa salah satu negara tetangga Suriah juga berperang dalam kejatuhan Assad meski tak menyebut namanya.