Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bekas tangan mao dan chou

Di cina ada 2 tokoh yang paling berpengaruh jaitu mao tse-tung dan chou en-lai. sifat mereka sangat berlainan tapi bisa saling mengisi. rakyat cina telah mengkultuskan mao dan chou.(ln)

8 April 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM sejarah komunisme di Cina lebih dari 30 tahun terakhir ini ada dua tokoh yang paling berpengaruh dan banyak menentukan. Keduanya punya sifat yang sangat berlainan, tapi dalam kelainan itulah justru keduanya bisa saling mengisi. Kedua figur itu adalah Mao Tse-tung dan Chou Enlai. Kini, keduanya telah tiada. Namun, bekas-bekas tangan Mao dan Chou nampaknya tak akan mudah terhapus dan pengaruhnya akan tetap terasa di RRC untuk masa depan yang cukup panjang. Mao sejak kecil adalah seorang pemberontak. Ia selalu muncul dengan gagasan-gagasan yang radikal. Lihat saja: Lompatan Jauh ke Muka, Revolusi Kebudayaan dan gerakan-gerakan lain yang semacam. Sebaliknya Chou. Ia selalu melihat keadaan yang sebenarnya. Berdasarkan keadaan yang dilihatnya itu ia membuat berbagai kebijaksanaan. Ia adalah teknokrat. Hasil-hasil pemikirannya bisa disaksikan sampai sekarang, misalnya pendekatan dengan Amerika, dan yang terakhir malah menjadi program yang telah disyahkan oleh Kongres Rakyat Nasional yang baru dua minggu lalu selesai bersidang yaitu, modernisasi. Intinya adalah membangun RRC menjadi suatu negara modern menjelang abad ke-21 . Model Manusia Jadi kalau Mao bisa dianggap sebagai tokoh bapak revolusi Cina dan "nakhoda agung pembimbing massa rakyat," maka Chou adalah seorang paman yang murah hati dan mengadakan pendekatan kepada rakyat Cina dengan cara yang penuh kemanusiaan. Semasa hidupnya Mao memperoleh pengkultusan, sedangkan Chou sangat dicintai rakyat. Akan tetapi akhir-akhir ini mendiang Chou En-lai juga sedang menjadi obyek pengkultusan. Ini terjadi menjeiang eringatan kematiannya yang kedua bulan April mendatang, dan memperingati kelahirannya yang ke-80. Nampaknya para penguasa di Peking sekarang sedang membentuk suatu gambaran bahwa Chou merupakan seorang model manusia pragmatis yang selalu memikirkan peri kehidupan rakyat. Sejalan dengan itu, sejak dua minggu sebelum KRN mulai bersidang, suatu gerakan untuk mengkultuskan Chou mulai dilancarkan. KRN telah berakhir, tapi tak ada tanda-tanda bahwa pemujaan terhadap almarhum Chou akan terhenti. Nampaknya, di samping Mao, Chou pun akan jadi mitos. Baru-baru ini di Musium Sejarah Rakyat Cina yang terletak dekat Lapangan Tien An Men telah dibuka suatu pameran foto-foto kehidupan Chou En-lai.Akhir-akhir ini pun karirnya menjadi obyek beberapa film dokumenter yang dipertunjukkan di seluruh negeri. Dan koran-koran resmi muncul dengan tulisan-tulisan yang memuji-muji tokoh ini. Bahkan banyak sekali segi-segi kehidupan Chou menjadi bahan untuk penyusunan cerita-cerita sandiwara, buku-buku, sendratari dan puisi-puisi pujaan. Yang paling populer dari semua bentuk pujian itu ternyata suatu sandiwara kanak-kanak yang diberi judul "Tukang Koran". Ini berdasarkan kepada masa ketika Chou En-lai berada di kota Chungking. Pemerintah nasionalis, menurut cerita tersebut, menguasai kota itu pada tahun 1941 dan melakukan tindakan-tindakan keganasan. Namun, sang tokoh secara berani menolong PKC mengedarkan koran-koran yang diterbitkan oleh kaum komunis. Chou En-lai berasal dari keturunan petani kaya dan terpelajar, serta dididik secara tradisionil. Ini membawa orang untuk teringat kepada suatu perjalanan di akhir tahun 50-an ke Moskow. Ketika tiba di lapangan terbang Moskow ia dijemput oleh Nikita Krushchev dengan kata-kata sebagai berikut: "Perbedaan yang paling utama di antara kita adalah kenyataan bahwa kawan Chou adalah seorang aristokrat sedangkan saya cuma seorang petani." Ternyata pembicaraan antara kedua pemimpin ltu tak menghasilkan apa-apa, malahan memperbesar jarak antara Cina dengan Moskow. Akhirnya ketika Chou akan terbang kembali ke Peking, di lapangan terbang ia menyindir Krushchev dengan mengatakan: "Persamaan utama di antara kita adalah kenyataan bahwa kita adalah pengkhianat dari masing-masing kelas dari mana kita berasal." Maksudnya Chou mengkhianati kelas aristokratnya, sedangkan Krushchev -- menurut penilaian Chou--adalah pengkhianat kaum tani. Hegemonisme Pameran yang diselenggarakan para seniman Peking baru-baru ini secara gamblang hendak menunjukkan bagaimana Chou En-lai telah menanggalkan latar belakang "watak kelasnya," dicampur dengan perasaan nasionalisme dan kemarahan atas kondisi sosial rakyat Cina yang dilihatnya dengan mata kepala sendiri. Ini semua membawanya ke komunisme. Makin jelas bahwa "teologi" yang dianut para penguasa Cina dewasa ini terdiri dari dua komponen: lagu-lagu pujian semuanya diperuntukkan buat Mao. Akan tetapi "praktek peribadatannya" berbau Chou En-lai. Setiap perbuatan Chou En-lai semasa hidupnya yang disajikan berupa tulisan, lisan ataupun dalam karya-karya seni di RRC semuarlya ditujukan sebagai "peri teladan" moral. Rakyat diberi petuah bahwa ia adalah seorang "model komunis" dan politik luar negeri yang diciptakannya merupakan hal yang "dengan benar mengibarkan panji pikiran-pikiran Mao" yang selalu berjuang melawan "chauvinisme negara besar dan hegemonisme." Kultus terhadap Chou En-lai dijadikan senjata untuk melawan berbagai kepincangan yang sedang dilancarkan oleh pemerintah RRC sekarang. Misalnya salah urus, radikalisme tak terkendali yang diakibatkan oleh "komplotan Empat", korupsi, keterbelakangan teknologi, kekalutan pendidikan dan lain-lain lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus