Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mereka Tak Lagi Monolit

Yahudi Amerika adalah pendukung Israel di Amerika. Jimmy Carter bersikap berani menekan Israel untuk bersikap lunak demi tercapainya perdamaian di Timur Tengah. (ln)

8 April 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SALAH satu pendukung kuat Israel di Amerika adalah kaum Yahudi Amerika. Dengan pengaruh dan uangnya, "Jewish Lobby" banyak sekali mewarnai corak politik Amerika di Timur Tengah. Tak akan ada seorang presiden Amerika pun yang berani mencampakkan Israel tanpa menghadapi risiko untuk mendapat pukulan balasan dari golongan ini. Kaum Yahudi yang menguasai industri, modal dan peredaran uang setiap saat bisa memukul ekonomi Amerika, kalau mereka mau. Apa yang dilakukan Jimmy Carter dengan menekan Israel untuk bersikap sedikit lunak demi tercapainya perdamaian di Timur Tengah merupakan tindakan berani seorang presiden Amerika "menentang arus" Jewish Lobby ini. Dalam kalangan Yahudi Amerika sendiri, apakah mereka benar-benar monolit dalam mendukung setiap kebijaksanaan Israel? Nampaknya tidak sepenuhnya demikian. Di bawah ini adalah pendapat seorang kolumnis Anthony Lewis dalam The Herald Tribune pekan lalu mengenai persoalan itu. Ketika Menachem Begin kembali dari perjalanannya yang terakhir ke Washington, di Tel Aviv ia mengatakan bahwa "golongan Yahudi Amerika telah merapatkan barisan untuk mendukung kebijaksanaan pemerintahnya." Ia mengatakan demikian di muka pendapat umum Israel yang terpecah dalam pro-kontra politik keras menghadapi perundingan dengan Anwar Sadat. Kata-kata Begin ini tak cocok dengan kenyataan. Israel adalah salah satu negara yang paling demokratis di dunia ini. Setiap orang di sana punya hak penuh untuk menyatakan pendapatnya mengenai isyu apa saja secara terbuka. Lain halnya dengan keadaan di kalangan organisasi-organisasi Yahudi di Amerika. Pada umumnya mereka menganut sikap yang tidak kritis secara total terhadap setiap kebijaksanaan pemerintah golongan apa pun yang berkuasa di Tel Aviv. Setiap suara yang berbeda akan dipelototi. Rabbi Alexander Schindler, ketua dari Dewan Ketua-Ketua Organisasi Yahudi Utama Amerika baru-baru ini memuji Begin setinggi langit. "Ia bukan saja seorang pemimpin yang berguna untuk Israel, tapi juga bagi kaum Yahudi secara umum." Dalih Monolit Bulan silam Dewan Ketua-Ketua itu mengeluarkan pernyataan sarkastis yang menyebut Anwar Sadat superstar dan mengatakan pula bahwa justru kebijaksanaan yang dianut Sadatlah yang "keras" dan "kaku". Di samping menambahkan bahwa mati-hidup Israel tergantung pada politik pemukiman,terutama di tepi barat Sungai Yordan. Akan hal yang terakhir, sekarang banyak orang Yahudi Amerika yang meragukannya bahkan tak percaya sama sekali. Justru politik pemukiman inilah yang mengganggu banyak penyokong Israel di negeri itu. Ketika Moshe Dayan datang hanya beberapa minggu sebelum Begin, isyu ini menjadi bahan serangan dan kritik keras berbagai kalangan Yahudi. Namun di muka umum, pendapat macam-macam organisasi Yahudi seakan-akan monolit dalam menyokong segala kebijaksanaan Israel. Termasuk masalah pemukiman, argumentasi bahwa Resolusi 242 tak bisa diterapkan pada Tepi Barat dan pendudukan atas Libanon Selatan. Bagaimana ini bisa terjadi? Dalam sebuah surat yang ditulis kepada surat kabar The New York Times, Robert B Goldman mengetengahkan suatu alasan yang masuk akal. "Kaum yahudi Amerika tak mengirim orang-orangnya ke medan pertempuran. Karenanya mereka tak puynya hak buat memperdebatkan kebijaksanaan apapun yang dianut suatu pemerintah yang manapun di Israel. Kalau bicara soal emosi saja, pernyataan tersebut bisa dimengerti Ini seakan-akan suatu pengakuan atas perasaan bersalah. Ketika saudara-saudara mereka bertempur di gurun pasir yang pana bermandikan darah dan keringat serta diliputi kekuatiran, Yahudi Amerika duduk dengan enak-enak di ruangan yang ber-AC. Orang Israel bukan saja bertempur demi mempertahankan sebuah negara Yahudi, tapi juga mempertahankan sebuah eksistensi negara bagi seluruh umat Yahudi di dunia. Tapi kalau bicara soal akal sehat, pernyataan Goldman diatas merupakan suatu hal yang menyinggung intelektualisme orang Yahudi umumnya di Amerika. masuk akalkah misalnya , kalau seluruh orang keturunan Yunani di Amerika menyokong kebijaksanaan apa saja yang dianut sebuah pemerintahan di Athena? Itupun berlawanan sekali dengan intelektualisme Yahudi yang punya tradisi kemajemukan. Disamping itu merupakan suatu kenyataan buruk bahwa Begin selama ia berkuasa selalu menggunakan dalih kemonolitan pendapat resmi golongan Yahudi Amerika itu untuk mempertahankan diri terhadap setiap kritik yang ditujukan kepadanya di Israel. Jerussalem Post, salah satu harian yang berpengaruh di Israel baru-baru ini mengatakan "sudah tiba massanya bagi kita untuk berpikir kembali mengenai pendirian kita daripada menggali parit-parit perlindungan untuk terus bertempur dengan berani." Pendapat ini mencerminkan pendapat umum yang beredae dalam masyarakat Israel: hampir 70% pendapat umum lebih mendambakan hidup dalam damai ketimbang memiliki hak untuk bermukim di Tepi Barat atau pun di Gaza, tapi dalam ancaman terus-terusan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus