SALAH satu pendukung kuat Israel di Amerika adalah kaum Yahudi
Amerika. Dengan pengaruh dan uangnya, "Jewish Lobby" banyak
sekali mewarnai corak politik Amerika di Timur Tengah. Tak akan
ada seorang presiden Amerika pun yang berani mencampakkan Israel
tanpa menghadapi risiko untuk mendapat pukulan balasan dari
golongan ini. Kaum Yahudi yang menguasai industri, modal dan
peredaran uang setiap saat bisa memukul ekonomi Amerika, kalau
mereka mau. Apa yang dilakukan Jimmy Carter dengan menekan
Israel untuk bersikap sedikit lunak demi tercapainya perdamaian
di Timur Tengah merupakan tindakan berani seorang presiden
Amerika "menentang arus" Jewish Lobby ini.
Dalam kalangan Yahudi Amerika sendiri, apakah mereka benar-benar
monolit dalam mendukung setiap kebijaksanaan Israel? Nampaknya
tidak sepenuhnya demikian. Di bawah ini adalah pendapat seorang
kolumnis Anthony Lewis dalam The Herald Tribune pekan lalu
mengenai persoalan itu.
Ketika Menachem Begin kembali dari perjalanannya yang terakhir
ke Washington, di Tel Aviv ia mengatakan bahwa "golongan Yahudi
Amerika telah merapatkan barisan untuk mendukung kebijaksanaan
pemerintahnya." Ia mengatakan demikian di muka pendapat umum
Israel yang terpecah dalam pro-kontra politik keras menghadapi
perundingan dengan Anwar Sadat.
Kata-kata Begin ini tak cocok dengan kenyataan. Israel adalah
salah satu negara yang paling demokratis di dunia ini. Setiap
orang di sana punya hak penuh untuk menyatakan pendapatnya
mengenai isyu apa saja secara terbuka. Lain halnya dengan
keadaan di kalangan organisasi-organisasi Yahudi di Amerika.
Pada umumnya mereka menganut sikap yang tidak kritis secara
total terhadap setiap kebijaksanaan pemerintah golongan apa pun
yang berkuasa di Tel Aviv. Setiap suara yang berbeda akan
dipelototi. Rabbi Alexander Schindler, ketua dari Dewan
Ketua-Ketua Organisasi Yahudi Utama Amerika baru-baru ini memuji
Begin setinggi langit. "Ia bukan saja seorang pemimpin yang
berguna untuk Israel, tapi juga bagi kaum Yahudi secara umum."
Dalih Monolit
Bulan silam Dewan Ketua-Ketua itu mengeluarkan pernyataan
sarkastis yang menyebut Anwar Sadat superstar dan mengatakan
pula bahwa justru kebijaksanaan yang dianut Sadatlah yang
"keras" dan "kaku". Di samping menambahkan bahwa mati-hidup
Israel tergantung pada politik pemukiman,terutama di tepi
barat Sungai Yordan.
Akan hal yang terakhir, sekarang banyak orang Yahudi Amerika
yang meragukannya bahkan tak percaya sama sekali. Justru politik
pemukiman inilah yang mengganggu banyak penyokong Israel di
negeri itu. Ketika Moshe Dayan datang hanya beberapa minggu
sebelum Begin, isyu ini menjadi bahan serangan dan kritik keras
berbagai kalangan Yahudi.
Namun di muka umum, pendapat macam-macam organisasi Yahudi
seakan-akan monolit dalam menyokong segala kebijaksanaan Israel.
Termasuk masalah pemukiman, argumentasi bahwa Resolusi 242 tak
bisa diterapkan pada Tepi Barat dan pendudukan atas Libanon
Selatan. Bagaimana ini bisa terjadi?
Dalam sebuah surat yang ditulis kepada surat kabar The New York
Times, Robert B Goldman mengetengahkan suatu alasan yang masuk
akal. "Kaum yahudi Amerika tak mengirim orang-orangnya ke medan
pertempuran. Karenanya mereka tak puynya hak buat memperdebatkan
kebijaksanaan apapun yang dianut suatu pemerintah yang manapun
di Israel.
Kalau bicara soal emosi saja, pernyataan tersebut bisa
dimengerti Ini seakan-akan suatu pengakuan atas perasaan
bersalah. Ketika saudara-saudara mereka bertempur di gurun pasir
yang pana bermandikan darah dan keringat serta diliputi
kekuatiran, Yahudi Amerika duduk dengan enak-enak di ruangan
yang ber-AC. Orang Israel bukan saja bertempur demi
mempertahankan sebuah negara Yahudi, tapi juga mempertahankan
sebuah eksistensi negara bagi seluruh umat Yahudi di dunia.
Tapi kalau bicara soal akal sehat, pernyataan Goldman diatas
merupakan suatu hal yang menyinggung intelektualisme orang
Yahudi umumnya di Amerika. masuk akalkah misalnya , kalau
seluruh orang keturunan Yunani di Amerika menyokong
kebijaksanaan apa saja yang dianut sebuah pemerintahan di
Athena? Itupun berlawanan sekali dengan intelektualisme Yahudi
yang punya tradisi kemajemukan.
Disamping itu merupakan suatu kenyataan buruk bahwa Begin selama
ia berkuasa selalu menggunakan dalih kemonolitan pendapat resmi
golongan Yahudi Amerika itu untuk mempertahankan diri terhadap
setiap kritik yang ditujukan kepadanya di Israel.
Jerussalem Post, salah satu harian yang berpengaruh di Israel
baru-baru ini mengatakan "sudah tiba massanya bagi kita untuk
berpikir kembali mengenai pendirian kita daripada menggali
parit-parit perlindungan untuk terus bertempur dengan berani."
Pendapat ini mencerminkan pendapat umum yang beredae dalam
masyarakat Israel: hampir 70% pendapat umum lebih mendambakan
hidup dalam damai ketimbang memiliki hak untuk bermukim di Tepi
Barat atau pun di Gaza, tapi dalam ancaman terus-terusan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini