Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia, dengan budaya dan tradisi yang melimpah, perlu mengandalkan ekonomi kreatif sebagai modal diplomasi lunak lewat Indonesian-Wave (I-Wave), sebagaimana Korea Selatan melakukannya melalui Korean-Wave (K-Wave/Hallyu). Hal itu ditekankan Joannes Ekaprasetya Tandjung, Koordinator Urusan ASEAN, Intra dan Ekstra Regional, Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri RI di Jakarta, Selasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Untuk mencapai Indonesia Emas 2045 (satu abad usia RI), akankah kita masih bergantung pada batu bara dan bahan bakar fosil (dalam perdagangan)? Atau akankah kita memperdalam hubungan dengan negara lain atas dasar pendidikan, kebudayaan, dan kreativitas?” kata dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Joannes, yang sempat menjabat Koordinator Fungsi Ekonomi Kreatif dan Digital di KBRI Seoul, optimistis Gelombang Indonesia juga mampu menjadi sebesar K-Wave.
“Asal dilakukan dengan strategi yang tepat, orang-orang dan pejabat pemerintahan yang tepat. Karena saya perlu mengakui, kita tidak akan bisa bekerja di sektor kreatif dan digital jika tidak mempunyai passion,” kata Joannes.
Mengutip laman resmi promosi kebudayaan Korea, istilah K-Wave muncul sejak akhir 1990-an, ketika siaran drama televisi Korea “What Is Love” menjadi sangat populer di tengah masyarakat Cina. Awal 2000-an, gelombang drama Korea melanda negara Asia Timur lainnya, Jepang. Hingga hari ini, hampir tiga dekade berikutnya, gelombang tersebut terus menjangkau berbagai belahan di dunia, tidak terkecuali Indonesia.
Menurut Joannes, karena hal itulah Indonesia harus bekerja sama dengan Korea Selatan, yang sukses menyebarkan karya kreatifnya ke dunia luar, bukan hanya drama televisi, namun juga musik, budaya, dan kuliner.
Salah satu jalan kolaborasi yang ditempuh adalah melalui pendidikan, yakni antar-universitas. Hal itu demi mencontoh praktik terbaik bahwa pekerja seni di Korea biasanya melalui proses pendidikan tinggi formal.
“Ada sejumlah universitas, atau lembaga pendidikan tinggi setara, yang fokus melahirkan pekerja seni yang matang, … salah satunya Seoul Institute of the Arts, yang terletak di Ansan. … MoU sekarang sudah ditandatangani antara Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dengan Seoul Institute of the Arts (SIA),” ungkap Joannes.
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini