Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Senin mengumumkan pengurangan kehadiran PBB di Gaza, menyusul meningkatnya serangan Israel dan meningkatnya ancaman terhadap personel kemanusiaan organisasi itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dalam seminggu terakhir, Israel melakukan serangan yang menghancurkan di Gaza, merenggut nyawa ratusan warga sipil, termasuk personel PBB, tanpa ada bantuan kemanusiaan yang diizinkan memasuki Jalur Gaza sejak awal Maret," kata pernyataan dari kantor juru bicaranya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Berdasarkan informasi yang tersedia saat ini, serangan yang menghantam kompleks PBB di Deir Al Balah pada 19 Maret disebabkan oleh tank Israel," katanya.
Guterres mengutuk keras serangan Israel tersebut yang menyebabkan kematian seorang anggota staf PBB dari Bulgaria dan cedera serius pada enam orang lainnya.
"Lokasi kompleks PBB ini diketahui oleh pihak-pihak yang berkonflik," sebut pernyataan itu.
Guterres menuntut "investigasi penuh, menyeluruh, dan independen" atas serangan Israel dan menekankan bahwa semua pihak "terikat oleh hukum internasional untuk melindungi hak mutlak PBB untuk tidak dapat diganggu gugat."
"Semua negara harus menggunakan semua pengaruhnya untuk menghentikan konflik dan memastikan penghormatan terhadap hukum internasional – dengan menerapkan tekanan diplomatik dan ekonomi serta memerangi impunitas," ujar dia.
Meskipun mengatakan bahwa Guterres "telah mengambil keputusan sulit untuk mengurangi keberadaan Organisasi di Gaza, bahkan ketika kebutuhan kemanusiaan melonjak dan kekhawatiran kami atas perlindungan warga sipil meningkat," namun pernyataan itu menekankan: "PBB tidak akan meninggalkan Gaza."
"Organisasi ini tetap berkomitmen untuk terus memberikan bantuan yang diandalkan warga sipil untuk kelangsungan hidup dan perlindungan mereka," katanya.
Lebih lanjut, pernyataan itu mencatat bahwa pemerintah Israel telah memblokir bantuan kemanusiaan ke Gaza selama lebih dari tiga minggu, menyebutnya sebagai "penangguhan terlama sejak 7 Oktober 2023," ketika serangan mematikannya dimulai.
Dia mengulangi seruannya untuk gencatan senjata segera dan mendesak diakhirinya penderitaan di Gaza.
Sementara itu, juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan kepada wartawan dalam sebuah konferensi pers bahwa pengurangan tersebut sekitar sepertiga minggu ini dan "mungkin akan lebih besar" dalam beberapa hari mendatang.
"Ini tindakan sementara. Kami berharap staf PBB dapat kembali ke Gaza sesegera mungkin," katanya.
Memperhatikan bahwa ada sekitar 100 staf internasional di Gaza, ia mengatakan hal itu "dilakukan untuk alasan keamanan dan operasional."
Akibat pengurangan tersebut, Dujarric mengatakan bantuan kemanusiaan masih belum masuk sejak serangan Israel kembali terjadi, sehingga "sebagian besar distribusi dilakukan oleh staf lokal."
Ia juga mengatakan lembaga-lembaga yang akan mengalami pemotongan staf termasuk Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Program Pangan Dunia (WFP), Dana Anak-Anak PBB (UNICEF), Kantor PBB untuk Layanan Proyek (UNOPS), Dana Kependudukan PBB (UNFPA), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan Program Pembangunan PBB (UNDP).