SETELAH berkali-kali gagal menyelesaikan kemelut di Kamboja melalui meja perundingan resmi, Menteri Luar Negeri Indonesia Mochtar Kusumaatmadja melontarkan jalan keluar baru: mencari kata sepakat lewat cocktail party. Gagasan pertemuan tak resmi dari Mochtar itu ternyata mendapat dukungan para menlu ASEAN yang bersidang selama empat jam di Bangkok, Minggu lalu. "Menlu-menlu ASEAN menyambut baik usulan cocktail party sebagai forum yang mengawali dialog antara Vietnam dan kelompok-kelompok di Kamboja," bunyi komunike resmi yang dikeluarkan Sekretariat ASEAN. Ini berarti, gagasan Mochtar merintis pcnyelesaian masalah Kamboja akan segera terwujud. Pertemuan tak resmi itu, seperti yang tergambar dalam komunike bersama Indonesia-Vietnam, 29 Juli lalu, berbentuk dialog di antara kelompok yang bertikai di Kamboja. Vietnam, yang sebelumnya sangat alot diajak kompromi, mengatakan bahwa bagi mereka pembicaraan untuk menyelesaikan kemelut di Kamboja seyogyanya hanya diikuti kelompok-kelompok yang ada di negeri itu. Vietnam, dengan sikap ini, ingin mengatakan bahwa mereka bukan penyebab kemelut di Kamboja. Padahal, semua orang tahu, sejak penyerbuan ke Kamboja pada 1978, sebagai gerakan untuk mencongkel reim Khmer Merah di bawah Pol Pot Vietnam justru makin menancapkan kakinya. Jumlah pasukan Vietnam untuk menyokong pemerintahan Heng Samrin di Kamboja tercatat 140 ribu personel. Padahal, kekuatan yang dihadapi cuma sekitar 60 ribu gerilyawan anti-Vietnam -- dua pertiga dari kekuatan gerilyawan adalah pasukan Khmer Merah yang didukung RRC. Bagi Khieu Samphan, yang kini memimpin Khmer Merah, sikap Vietnam itu adalah taktik untuk mengukuhkan rezim Heng Samrin menguasai Kamboja. Apalagi Vietnam, yang berada di bawah payung Uni Sovlet, bersikeras tidak mau terlibat dalam pembicaraan dengan kekuatan perlawanan selama mereka belum bersih dari klik Pol Pot. Maka, Khieu Samphan ogah-ogahan ketika pertama kali diundang ke "pesta tak resmi" gagasan Menlu Mochtar itu. Untung, kemudian Vietnam berubah sikap, terutama setelah ada fatwa dari orang kuat Soviet Mikhail Gorbachev dan pertemuan Mochtar dengan pucuk pimpinan di Hanoi. Tapi itu tidak berarti upaya Mochtar tinggal selangkah lagi. Gagasan Mochtar masih dihadang sejumlah ganjalan yang datang dari Muangthai dan Singapura sekalipun menlu kedua negara secara resmi sudah satu suara dengan menlu ASEAN yang lain. Sumber TEMPO di Kementerian Luar Negeri Muangthai mengatakan bahwa pemerintahnya bersama pemerintah Singapura masih meragukan acara cocktail party itu. Alasannya, komunike Mochtar-Thach akhir bulan lalu belum mengandung komitmen terinci dari Vietnam. Ini juga tercermin pada bagian lain pernyataan bersama menlu ASEAN yang baru lalu, "Kami menunggu tanggapan positif Vietnam untuk meujudkan dialog itu." M.C., Laporan Yuli Ismartono dan kantor berita
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini