Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ribuan pemeluk Katolik berkumpul di St Peter's Basilica, Kota Vatikan, menjelang misa Rabu Abu—misa mengawali masa puasa 40 hari menjelang Paskah. Dengan khidmat, mereka mendengarkan pidato Paus Benediktus XVI. Selembar spanduk besar bertulisan "Terima Kasih Yang Mulia" terpasang di belakang aula.
Sebagian besar umat yang berkumpul masih tampak syok dengan rencana Paus yang akan mundur pada 28 Februari nanti. Selama beberapa menit, umat berdiri memberikan aplaus. Bahkan tepuk tangan masih membahana setelah Paus meninggalkan St Peter's Basilica. Ribuan orang menyeka air matanya. "Saya memutuskan mundur dengan kebebasan penuh demi kebaikan gereja," kata Paus.
Senin pekan lalu, Paus mengumumkan mundur karena alasan kesehatan dan usia lanjut. Pria 86 tahun itu telah menggunakan alat pacu jantung sebelum terpilih menjadi paus pada 2005 menggantikan Paus Yohanes Paulus II yang wafat. Tiga bulan lalu dia baru menjalani operasi penggantian baterai alat pacu jantungnya.
Menurut Kitab Hukum Kanonik, paus bebas mengundurkan diri. Ini untuk pertama kalinya seorang imam gereja Katolik mundur dalam 598 tahun terakhir. Sebelumnya, Paus Gregorius XII mundur pada 1415 untuk mengakhiri perebutan jabatan Paus yang mengancam keutuhan gereja.
Keputusan mundur Joseph Aloisius Ratzinger—namanya sebelum menjadi paus—mengejutkan dunia. Tapi beberapa kardinal sudah mengetahuinya sejak dua tahun silam. Dalam sebuah wawancara dengan jurnalis Jerman pada 2010, dia mengatakan akan mundur bila secara fisik tak mampu lagi melanjutkan tugas.
Paus mundur di tengah badai skandal yang melanda Vatikan. Seperti bocornya dokumen Paus, yang dikenal dengan Vatileaks. Pelakunya: bekas kepala rumah tangga Paus, Paolo Gabriele, yang kemudian dihukum 18 bulan penjara oleh Pengadilan Vatikan pada Oktober tahun lalu. Namun Paus mengampuninya sebelum Natal.
Skandal seks juga mencoreng Vatikan. Salah satu yang terbesar adalah yang melibatkan pastor Marcial Maciel Degollado. Paus memecat pendiri Legiun Kristus di Meksiko itu karena terbukti mencabuli murid seminari, menjalin hubungan dengan dua wanita, dan memiliki enam anak.
"Paus tahu banyak tentang kejahatan seks rohaniwan, tapi dia tak berbuat banyak melindungi anak-anak," ujar Direktur Eksekutif Jaringan Orang yang Selamat dari Pelecehan Pendeta, David Clohessy, kepada Guardian.
Editor eksekutif GlobalPost, yang lama meliput gereja Katolik, mengatakan Benediktus tidak punya energi untuk terus memimpin gereja Katolik, yang menghadapi tantangan besar.
Paus baru akan dipilih dalam konklaf di Kapel Sistina bulan depan. Saat itu, ada 114 kardinal berusia di bawah 80 tahun yang berhak dipilih. Sepertiga dari para kardinal itu bekerja di birokrasi Vatikan atau Curia. Pemungutan suara dilakukan secara rahasia.
Juru bicara Vatikan, Federico Lombardi, mengatakan konklaf paling cepat digelar pada 15 Maret nanti. Normalnya, bila paus wafat, para kardinal akan berbondong-bondong ke Roma menghadiri pemakaman sembilan hari setelah paus wafat.
Namun, meski kali ini tak ada pemakaman, bukan berarti mereka tak perlu ke Roma. "Mereka harus mulai mengadakan rapat serta berdiskusi soal keadaan gereja dan kriteria paus baru," ucapnya Rabu pekan lalu.
Kardinal di seluruh dunia kini sibuk mendiskusikan siapa yang akan memimpin gereja. Seorang pejabat Vatikan mengatakan mereka berkomunikasi lewat telepon dan surat elektronik, sedangkan yang kenal akrab dengan bertatap muka.
Spekulasi yang berkembang, mereka akan memilih paus non-Eropa pertama untuk mewakili berkembangnya agama Katolik di wilayah seperti Afrika atau Amerika Latin. Sebesar 42 persen umat Katolik berada di dua wilayah itu. "Mungkin ini waktunya bagi Paus hitam, kuning, merah, atau Amerika Latin," ujar Uskup Agung Guatemala Oscar Julio Vian Morales.
Akibat skandal seks yang berlarut-larut, popularitas gereja Katolik merosot. Jumlah penganut Katolik di sejumlah negara berkurang. Menurut catatan National Catholic Reporter, pada 2008 saja jumlah anggota gereja Katolik di Amerika Serikat turun 400 ribu dan lebih dari seribu paroki tutup sejak 1995.
Sapto Yunus (The New York Times, Reuters, New Yorker, The Guardian)
Kandidat Pengganti
Semua pria Katolik dapat dipilih sebagai paus. Namun, prakteknya, salah satu kardinallah yang akan terpilih. Ini nama-nama yang beredar dalam sepekan terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo