Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah memutuskan mengakhiri perang di Afganistan dan Irak, Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyatakan masa depan politik dunia akan ditentukan di Asia-Pasifik. Begitu pentingnya kawasan ini bagi Abang Sam, seperlima dari kekuatan militernya diterjunkan ke Komando Pasifik (PACOM). Bahkan 60 persen dari armada Angkatan Laut Amerika berada di bawah PACOM. Menurut Komandan PACOM Laksamana Samuel J. Locklear III, pergeseran fokus itu merupakan tindakan penyeimbangan kembali peran Amerika di kawasan ini.
Locklear, yang sudah setahun menjadi Komandan PACOM, mengatakan penyeimbangan kembali Pasifik tidak semata-mata soal militer, tapi juga ekonomi, sosial, lingkungan, isu moneter, dan hubungan antarnegara di kawasan tersebut. "Militer, dari perspektif Amerika, untuk membantu sekutu, mitra, dan sahabat dalam membangun jaringan keamanan yang tangguh," ujar bekas komandan tentara gabungan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) ini di Jakarta, dua pekan lalu.
Selama beberapa hari di Jakarta, Locklear bertemu dengan sejumlah pejabat militer dan keamanan Indonesia. Jumat dua pekan lalu, di tengah kesibukannya yang padat dalam kunjungan perdananya sebagai Komandan PACOM, pria 58 tahun itu menerima wartawan Tempo Natalia Santi, Purwani Diyah Prabandari, Sapto Yunus, dan fotografer Jacky Rachmansyah di rumah Duta Besar Amerika di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Apa misi kunjungan Anda?
Para anggota staf mempelajari kesamaan kepentingan di antara kedua pemerintah. Kami berkumpul dalam sebuah forum dan para anggota staf membuat rekomendasi beragam kegiatan penting yang bisa kami lakukan bersama. Sebagai Komandan PACOM, saya menyediakan sumber daya dan tentu saja dari pihak Indonesia, Kepala Staf Angkatan Bersenjata, melakukan hal yang sama. Hubungan militer kami kian meningkat dalam satu dekade terakhir. Saya mengharapkan peningkatan lebih jauh.
Kerja sama militer apa saja yang sudah dilakukan dengan Indonesia?
Amerika Serikat adalah negara Pasifik dengan banyak kepentingan nasional di Asia-Pasifik. Banyak dari kepentingan itu sama dengan kepentingan rakyat Indonesia. Indonesia dan Amerika saling belajar dalam bermitra.
Fokus kami juga keamanan maritim. Banyak kepentingan nasional ada di Kepulauan Hawaii, dari jalur pelayaran, perikanan, pertambangan, hingga keamanan masyarakat. Kondisi geografisnya dinamis dan kompleks. Angkatan laut kami bekerja sama dengan baik.
Apakah akan memperbanyak latihan militer?
Soal latihan, kami berencana memperluasnya demi keuntungan bersama dengan cara bergabung dalam forum multilateral yang akan dikoordinasikan militer Indonesia. Fokusnya bagaimana berkomunikasi dengan lebih baik ketika terjadi bencana, melatih militer untuk merespons bencana sedini mungkin, dan agar dapat membantu warga dengan lebih baik.
Juga ada pelatihan dengan Badan Narkotika Nasional cara mengatasi ancaman kejahatan transnasional, jaringan perdagangan obat terlarang di seluruh dunia, dan perbudakan manusia.
Mengapa Amerika harus memiliki pangkalan militer Asia-Pasifik, selain di Hawaii?
Kehadiran militer Amerika di Asia Timur Laut berlandaskan sejarah Perang Dunia II, sebagai bagian dari perjanjian kami dengan Jepang. Di PACOM, kami memiliki enam kapal induk, sejumlah kapal selam, beberapa kapal perang, pesawat, tentara, marinir, dan pelaut, tapi itu bukan hal yang utama. Namun saya ingin mengklarifikasi, Amerika tidak berniat membangun pangkalan militer baru di mana pun di dunia. Itu hanya mitos.
Bagaimana dengan Darwin?
Pangkalan militer Darwin milik Australia. Mereka akan keberatan dengan persepsi bahwa Amerika punya pangkalan militer di Darwin. Jelas kami tidak membangun pangkalan di sana. Hubungan militer dengan Australia sangat baik karena kami bersekutu. Kami memiliki kekhawatiran keamanan yang sama di Samudra Hindia. Karena itu, kami menempatkan marinir dalam jumlah yang tak seberapa untuk berinteraksi dengan sekutu kami di sana. Memanfaatkan fasilitas pelatihan di sana, seperti yang kami miliki di Alaska. Saat ini kami melakukannya di Hawaii.
Soal penyeimbangan kembali Pasifik, adakah standarnya?
Dua dekade perang, terutama di Timur Tengah, akan berakhir. Kami menempatkan banyak orang di sana. Kami membangun militer untuk keberhasilan di sana. Ketika itu sudah berakhir, kami memandang ke masa depan apa yang menjadi kepentingan utama kami. Dan kami kembali melihat ke Asia-Pasifik. Kami tak pernah meninggalkan Asia-Pasifik.
Bagaimana Amerika memandang ancaman dari Korea Utara dan Cina?
Ancaman dari Korea Utara, menurut saya, adalah ancaman berbahaya. Semua orang berharap pemimpin Korea Utara akan mematuhi resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan berhenti mengejar program pengembangan peluru kendali nuklir. Siapa pun tidak menginginkan mereka menjadi ancaman. Jadi, kami berharap mereka bisa mengambil keputusan tepat. Ketika Korea Utara meluncurkan satelit, kami yakin itu merupakan landasan pengembangan rudal. Padahal biaya satu kali peluncuran bisa memberi makan seluruh rakyat negara itu dalam setahun.
Berkaitan dengan Cina, kami harus berhati-hati memandang perkembangan ekonomi negara itu sebagai sebuah ancaman. Itu karakterisasi yang tidak tepat. Cina tak disangkal berkembang pesat secara ekonomi. Cina akan memiliki militer yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan nasional, seperti yang dilakukan Amerika atau Indonesia. Jadi, kita tidak perlu terkejut terhadap apa yang terjadi.
Apakah Amerika akan mengubah pendekatan terhadap Korea Utara seperti yang dilakukan terhadap Myanmar?
Menurut saya, Korea Utara lebih kompleks karena mereka jelas-jelas mengejar pengembangan senjata nuklir, yang tidak diizinkan PBB. Maka, syaratnya, Korea Utara harus menghentikan eksplorasi nuklirnya. Menteri Luar Negeri kami mengatakan Amerika tetap terbuka untuk dialog.
Apa peran Amerika Serikat dalam menyelesaikan konflik di Laut Cina Selatan mengingat negara-negara yang berkonflik dengan Cina mayoritas sekutu Amerika?
Selalu ada dua pihak dalam tiap argumentasi. Saya yakin Cina pun punya argumentasi yang harus dipertimbangkan dan dipahami. Tapi Amerika telah menyatakan tidak berpihak. Kami tidak berpihak dalam sengketa wilayah mana pun. Klaim tumpang-tindih di Laut Cina Selatan sangat kompleks. Ini bukan cuma soal Cina, meski Cina adalah pemain besar.
Kami berharap masalah itu bisa diselesaikan secara damai dan sedapat mungkin menggunakan forum multilateral, hukum internasional, dan hukum laut internasional. Masalahnya, itu akan memerlukan kompromi karena orang-orang Asia adalah penawar yang ulet dan tidak pernah berkompromi sampai akhir, bukan?
Anda melihat Cina dan militernya sebagai ancaman di masa depan?
Asia-Pasifik merupakan tempat tujuh dari sepuluh angkatan bersenjata terkuat di dunia berada. Tiga angkatan laut terbesar juga ada di sini. Lima dari kekuatan nuklir dunia juga ada di Asia-Pasifik. Jadi, mempersempit fokus hanya pada Cina sebagai ancaman tidak adil bagi Cina.
Militer dalam beragam bentuk hanya akan menjadi ancaman jika digunakan dengan cara yang mengancam. Karena itu, saya bersyukur kehadiran militer Amerika di kawasan ini, dengan seluruh kekuatannya, sepanjang 70 tahun terakhir tidak pernah digunakan untuk mengancam, tapi untuk menciptakan stabilitas. Militer Cina tidak akan menjadi ancaman jika menjadi pendukung stabilitas.
Menurut Anda, apa ancaman terbesar di kawasan ini?
Jelas ancaman kita adalah perubahan iklim, yang akibatnya bisa dilihat, seperti kenaikan permukaan air laut serta perubahan pola cuaca yang menyebabkan kekurangan air dan pangan. Jika tidak ada pasokan makanan, sementara kita tertimpa bencana, habislah. Jadi, perubahan iklim dan potensinya terhadap bencana yang besar lebih mengancam keamanan ketimbang hal-hal yang kita bicarakan tadi.
Selain itu, aliran kejahatan transnasional, karena mereka berpindah-pindah di seluruh dunia. Kejahatan transnasional terus bertumbuh, perbudakan manusia, penyelundupan anak-anak, dan semua aliran produk ilegal, seperti pembalakan liar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo