Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kegembiraan pecah di lantai Bursa Efek Frankfurt, Jerman, pada Rabu pekan lalu. Senyum mengembang di bibir para pialang setelah Mahkamah Konstitusi Jerman memutuskan negara itu boleh mengucurkan dana talangan untuk menyelamatkan perekonomian zona euro.
Bursa saham langsung menggeliat dengan putusan itu. Indeks Bursa Jerman (DAX) ditutup menguat 0,9 persen pada level 7.375. Demikian pula indeks FTSE 100 (London) menguat 0,2 persen pada level 5.805. Pasar uang Eropa bereaksi positif. Untuk pertama kalinya dalam empat bulan terakhir, nilai tukar euro terhadap dolar Amerika Serikat menyentuh angka US$ 1,29 per euro.
Mahkamah Konstitusi Jerman di Karlsruhe memutuskan keikutsertaan Jerman dalam program Mekanisme Stabilitas Eropa (ESM) tak melanggar undang-undang. Tapi, dengan syarat, Jerman tak boleh mengucurkan dana lebih dari 190 miliar euro (setara dengan Rp 2.308 triliun) atau 27 persen dari total dana talangan sebesar 500 miliar euro. Bila lebih dari itu, pemerintah harus meminta persetujuan parlemen.
Sebelumnya, rencana pemerintah Jerman itu ditentang lebih dari 37 ribu warga dan politikus Jerman. Mereka menandatangani petisi menolak rencana itu dan mengajukannya ke Mahkamah Konstitusi.
Kesepakatan ESM ditandatangani pada Februari 2012 dan dirancang menggantikan program dana talangan sebelumnya, seperti Dana Stabilitas Keuangan Eropa (EFSF) dan Mekanisme Stabilisasi Keuangan Eropa (EFSM).
Putusan Mahkamah itu memang ditunggu-tunggu 17 negara yang masuk zona euro, termasuk Jerman sendiri. Dana talangan itu sangat penting bagi negara-negara yang membutuhkan kucuran dana segar akibat dilanda badai krisis utang. "Ini hari baik bagi Jerman dan Eropa. Kita belum mengatasi krisis, tapi kita sudah mengayuh langkah pertama," ujar Kanselir Jerman Angela Merkel di depan parlemen.
Dana talangan itu akan memuluskan rencana pembelian surat utang yang dicanangkan Bank Sentral Eropa. Chris Beauchamp dari IG Index, analis pasar yang berbasis di London, mengatakan komitmen Jerman itu melambungkan harapan masyarakat Eropa bahwa krisis akan segera berlalu.
Namun para investor belum menganggap Benua Biru aman untuk penanaman modal meski dana talangan telah tersedia. Sebagian pengamat sangsi dana sebesar itu cukup untuk membuka banyak lapangan kerja mengingat krisis sudah menyebar ke sejumlah negara, mulai Yunani, Irlandia, Portugal, Spanyol, hingga Italia.
Ekonom dari Capital Economics, Jennifer McKeown, mengatakan dana talangan itu dapat membantu Spanyol dan Italia bernapas lega, setidaknya hingga pertengahan 2014. Menurut dia, dana itu cukup signifikan untuk mengatasi krisis utang di kedua negara tersebut.
David Thebault, Kepala Penjualan Kuantitatif di Global Equities, Paris, mengatakan putusan ini positif dan persyaratan dari Mahkamah Konstitusi dapat diterima. "Zona euro berhasil melewati satu rintangan lagi dan perlahan tapi pasti wilayah ini semakin stabil," ujar Thebault.
Krisis utang Eropa dalam dua tahun terakhir memang telah mengguncang perekonomian benua itu. Sejumlah perusahaan papan atas oleng. Mereka harus jungkir balik mencari jalan keluar agar tak ambruk.
Perusahaan-perusahaan Spanyol, misalnya, harus melirik pasar obligasi untuk mendapatkan suntikan dana segar. Pekan lalu dua perusahaan listrik di Negeri Matador, Gas Natural dan Iberdrola, menerbitkan surat utang. Tindakan serupa dilakukan perusahaan telekomunikasi Telefonica sepekan sebelumnya. "Kita akan melihat lebih banyak perusahaan bergabung dengan mereka dalam beberapa pekan ke depan," ujar seorang pedagang surat utang Spanyol seperti dikutip Reuters pada Senin pekan lalu.
Telefonica dan Iberdrola menerbitkan surat utang masing-masing senilai 750 juta euro, yang akan jatuh tempo pada 2017. Data Wireless Intelligence menunjukkan pendapatan Telefonica anjlok 54 persen pada kuartal pertama tahun ini menjadi 748 juta euro. Pendapatan dari pasar Eropa turun 6,6 persen menjadi 7,6 juta euro, termasuk penurunan pendapatan dari Spanyol yang turun 10,7 persen menjadi 1,7 juta euro.
Perusahaan-perusahaan Inggris Raya juga terhuyung menghadapi badai krisis. Penjualan, keuntungan, kredit, dan investasi mereka di negara-negara zona euro tergerus. Nama-nama besar, seperti produsen minuman beralkohol Diageo dan perusahaan telekomunikasi Vodafone, memangkas biaya operasinya di pasar Eropa selatan yang sedang bermasalah.
Diageo, yang memproduksi bir merek Guinness, wiski Johnnie Walker, dan vodka Smirnoff, mengurangi ratusan pegawainya di Eropa untuk menghemat hingga 80 juta pound sterling dalam dua tahun. Perusahaan itu juga memindahkan sejumlah manajer di Eropa bagian barat—termasuk Inggris—untuk lebih berfokus menggarap pasar Amerika Latin, Afrika, dan Asia, yang sedang tumbuh.
Adapun Vodafone menghapus bisnis senilai 450 juta pound sterling di Yunani. Perusahaan itu juga akan memangkas biaya operasional di negara-negara yang sedang bermasalah. Salah satunya merumahkan karyawan. Sebab, pendapatan dari Spanyol dan Italia anjlok.
Bahkan perusahaan asuransi Prudential mengambil langkah lebih berani. "Kami mulai pindah dari negara-negara zona euro setelah melihat keseimbangan finansial, tingkat utang, dan janji mereka untuk membayarnya," ujar bos Prudential, Tidjane Thiam, beberapa waktu lalu.
Agar tetap kompetitif dan bisa bertahan hidup, perusahaan-perusahaan di Eropa kini memfokuskan diri pada investasi riset dan pengembangan. Kajian yang dilakukan Uni Eropa menunjukkan perusahaan-perusahaan terkemuka berencana meningkatkan investasinya rata-rata empat persen pada 2014. Perusahaan komputer dan peranti lunak merogoh kocek lebih dalam untuk berinvestasi di riset dan pengembangan ini. Mereka memperkirakan peningkatan investasi di sektor itu mencapai 11 persen per tahun.
"Tren positif untuk investasi riset dan pengembangan korporat ini penting untuk daya saing Eropa," kata Komisioner Eropa untuk Riset, Inovasi, dan Sains Maire Geoghegan-Quinn seperti dikutip Deutsche Welle, Kamis tiga pekan lalu.
Menurut Oliver Koppel dari Institut untuk Riset Ekonomi Cologne, kabar itu sangat menggembirakan. Sebab, di tengah hantaman krisis, perusahaan-perusahaan itu tetap berinvestasi di sektor riset dan pengembangan.
Tindakan itu bertolak belakang dengan keputusan sejumlah negara yang justru memangkas investasi riset dan pengembangan, seperti Yunani, Italia, dan Spanyol. "Padahal riset merupakan salah satu penggerak utama pembangunan ekonomi," ujar Koppel.
Jajak pendapat difokuskan pada perusahaan-perusahaan besar yang merencanakan bujet riset dan pengembangannya untuk jangka panjang. Jadi, krisis tak memberi dampak berarti bagi mereka. Menurut Koppel, krisis ekonomi lebih berdampak pada bisnis skala kecil dan menengah.
Besarnya keinginan meningkatkan investasi di bidang riset dan pengembangan didorong kebijakan Uni Eropa, yang akan memangkas pajak sebesar 250 euro bila perusahaan menginvestasikan 1.000 euro di bidang itu. Geoghegan-Quinn mengingatkan perusahaan-perusahaan tersebut agar tak mengabaikan riset dan pengembangan. "Eropa memimpin di banyak bidang, tapi kita tidak boleh terlena," ujarnya.
Ia menekankan pentingnya riset dan pengembangan karena saat ini Eropa tak hanya bersaing dengan Abang Sam atau Jepang, yang selama ini menjadi pemimpin pasar, tapi juga Cina dan macan-macan ekonomi baru lainnya.
Sapto Yunus (Reuters, Guardian, Deutsche Welle, The Economic Times, The Wall Street Journal, Financial Times)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo