Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bermain api di halaman belakang

Eugene husenfus, 45, ditangkap pasukan sandinista. di tuduh membantu pemberontak di nikaragua. misi yang didalangi cia, sedikitnya sepuluh kali mengirim bantuan militer ke nikaragua. (ln)

18 Oktober 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NASIB Eugene Husenfus, 45, memang lagi sial. Pesawat C-123 yang ditumpanginya tertembak rudal pasukan Sandinista di atas hutan, 120 km tenggara Managua, Ahad dua pekan lalu. Menurut penuturan Huscnfus, pcnerbangan pesawat tersebut sebenarnya akan berakhir di El Salvador. Tapi, kini, masalahnya jadi lain. Menteri Luar Negeri Miguel d'Escoto Brockman dalam pidatonya di depan Dewan Keamanan PBB, yang dipancarkan langsung ke pelosok Nikaragua, Jumat pekan lalu, bertekad akan mengadili Husenfus. Tuduhan untuk Husenfus: membantu pemberontak di Nikaragua. Menurut Kementerian Pertahanan Nikaragua, pesawat C-123 yang nahas tersebut membawa 100 ribu butir amunisi senapan serbu AK-47 buatan Soviet, berlusin-lusin senapan, dan bermacam perlengkapan militer lainnya. Pilot dan seorang awak pesawat angkut militer tersebut tewas. Husenfus, setelah disiksa, tentu, mengaku bahwa ia setidaknya sudah sepuluh kali menjalani misi pengirim bantuan militer serupa untuk membantu kegiatan para pemberontak di Nikaragua. Misi tersebut dilakukan berkat campur tangan CIA, dinas intel Amerika, melalui selubung kegiatan perusahaan Southern Air Transport di Miami. Pengakuan Husenfus itu tentu saja dibantah Menteri Luar Negeri George Shultz. Pemerintah AS dan CIA, kata Shultz, tidak terlibat dalam peristiwa tersebut. "Pesawat tersebut disewa oleh pihak swasta," kata Shultz. Dalam pada itu, Presiden Reagan menyebut nama Jenderal (pur) John Singlaub, yang sekarang menjadi tokoh Liga Anti-Komunis Dunia, sebagai sutradara di balik operasi yang gagal tersebut. Peristiwa itu kemudian merembetkan nama Wakil Presiden George Bush sebagai salah seorang penanggung jawab operasi. Menurut Max Gomez, warga negara Amerika asal Kuba, operasi-operasi di Nikaragua tersebut dijalankan atas persetujuan Bush. Tapi, yang sudah agak pasti adalah nasib Hasenfus makin dekat menjelang ajal. Bekas anggota marinir itu, menurut Presiden Daniel Ortega, akan dihadapkan ke mahkamah luar biasa, yang mengadili pengikut-pengikut Somoza -- penguasa terdahulu. Mahkamah tersebut, kabarnya, sudah menyediakan ancaman paling ringan buat Husenfus: hukuman mati. Husenfus adalah korban kepentingan AS. Namun, tak akan ada upacara penyematan tanda jasa baginya. Apalagi, sejak 1984, Kongres telah mengeluarkan larangan keterlibatan langsung, baik pihak militer maupun CIA, di Nikaragua. Tapi AS menyediakan dana US$ 100 juta untuk membantu pihak gerilyawan di sana. Tak disebutkan jumlah bayaran buat Husenfus dan dua rekannya yang tewas. Yang pasti, masih banyak orang-orang seperti Husenfus yang merelakan nyawa demi uang. Sesuatu yang perlu, tapi bukanlah segalanya. JRL

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus