BERITA suram lagi buat Yasser Arafat. Setelah Yordania menutup 25 kantor Al Fatah sekaligus mengusir Wakil Panglima Militer Khalil Wazir, Juli lalu, kini giliran Tunisia bersikap tak ramah. Tunisia, tuan rumah yang memberi naungan bagi pemimpin PLO setelah terusir dari Beirut pada 1982, berbalik mengusir para pejuang Palestina itu. Dan, pemimpin PLO Yasser Arafat, Selasa pekan lalu, di Kuwait, mengungkapkan niatnya untuk memindahkan markas besar militer PLO dari Tunis ke Irak dan Yaman Selatan. Konon, hubungan Tunisia-PLO mulai memburuk sejak Israel menyerang markas besar PLO di Tunis, tahun lalu. Belakangan, hubungan itu makin buruk setelah Marokko, akhir Agustus lalu, berhasil menangkap sebuah komplotan di Bandara Rabat, yang berniat melakukan serangkaian peledakan di Marokko. Kelompok teror itu, yang dikirim sehubungan dengan KTT antara Raja Hassan dan PM Israel Peres, Juli lalu, menurut pemcriksaan, dilatih khusus oleh pejabat intel teras PLO di Tunis. Sejak itu, Marokko dan Tunisia mengusir ratusan pejabat intel dan militer PLO, termasuk tokoh Abu Ibrahim, yang disebut-sebut sebagai pelatih komplotan teror tersebut. Belakangan, pemerintah Tunisia makin mengetatkan izin bergerak anggota PLO di Tunis. Selain itu, kabarnya, hubungan PLO-Tunisia memburuk setelah Presiden Habib Bourguiba, 82, menceraikan istrinya Wassila, yang dikenal sebagai pelindung PLO di Tunis. Akibatnya, Arafat terusir dari vila tempat tinggalnya selama ini di Tunis. Tindakan Presiden Bourguiba itu karena Wassila dipandang sebagai saingannya, karena mampu mengambil hati simpatisan gerakan nasionalis Arab, dan berhubungan erat dengan PLO. Kepindahan markas besar militer PLO dari Tunis ke Irak dan Yaman Selatan, menurut sejumlah pengamat, tampaknya berkaitan dengan bertambahnya kekhawatiran negara-negara Arab Teluk atas keamanan mereka. Termasuk di dalamnya ancaman kekuatan Islam fundamentalis dan kemungkinan tumbuhnya kekuatan yang bersimpati pada Iran. Selain itu, Irak dan Yaman secara geografis lebih dekat dengan Israel, sehingga memudahkan bagi PLO untuk beraksi di wilayah Israel, seperti dulu. Bagi Irak, sekalipun gerak PLO bisa dibatasi, toh ini merupakan "bom waktu" yang setiap saat bisa disulut Israel, yang khawatir keselamatan mereka oleh aksi PLO.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini