Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bersalah sebagai Ikon Penyiksaan

Diterungku di Guantanamo selama 14 tahun tanpa dakwaan, Abu Zubaydah minta dibebaskan. Pengacaranya menganggap prosesnya hanya sebuah ritual.

5 September 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Zayn al-Abidin Muhammad Husayn atau yang dikenal sebagai Abu Zubaydah kehilangan penglihatan pada mata kirinya suatu saat setelah dia ditangkap 14 tahun lalu di Pakistan. Penyebabnya simpang-siur. Tapi dia satu dari tiga orang yang pertama kali mengalami penyiksaan dengan metode waterboarding—diguyur air dalam keadaan wajah dibekap, yang efeknya seperti ditenggelamkan—di sebuah penjara yang dirahasiakan di Thailand.

Penyiksaan 83 kali yang menelan waktu total hampir 300 jam itu tak membuahkan pengakuan apa pun. Selain diakui oleh Dinas Intelijen Amerika Serikat atau CIA, penyiksaan ini didokumentasikan dalam laporan Senat. Dan sejauh ini tak satu pun dakwaan dikenakan terhadap Abu Zubay­dah, kini 45 tahun. Merasa tak bersalah, lelaki kelahiran Arab Saudi dari keluarga berlatar belakang Palestina ini mengajukan permohonan agar dibebaskan.

Permohonan itu diproses melalui sidang Periodic Review Board di sebuah ruang kedap suara di Pentagon pada Selasa dua pekan lalu. Dalam forum yang dihadiri wakil enam dinas keamanan ini, Abu Zubaydah terlihat tenang. Berpenampilan klimis, ia berkemeja putih bersih dan mengenakan kacamata. Tapi dia membisu. Di bagian sidang terbuka, yang disiarkan langsung untuk kepentingan wartawan dan para penganjur hak asasi manusia, permohonan tertulisnya dibacakan oleh seorang prajurit yang bertindak sebagai wakil pribadinya.

Dalam permohonannya, Abu Zubaydah disebutkan ”telah mengemukakan keinginannya untuk bergabung kembali dengan keluarganya dan memulai penyembuhan luka yang didapatnya saat ditangkap”. Dia mengaku punya uang yang bisa digunakan untuk memulai usaha setelah dikembalikan ke masyarakat dan hidup dalam damai.

Selain itu, dia ”telah menegaskan tak punya keinginan atau niat untuk berbuat jahat terhadap Amerika atau negara mana pun” dan berulang kali mengatakan Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS ”di luar kendali dan telah kelewatan”.

Panel Periodic Review Board diperkirakan baru mengumumkan keputusannya sebulan lagi. Tapi seorang pengacara Abu Zubaydah, Joe Margulies, menggambarkan dengar pendapat dewan itu sebagai ”formalitas belaka, sebuah ritual”, seraya menambahkan: ”Abu Zubaydah tak akan dibebaskan.”

Berbeda dengan Margulies, Kat Cosgrove dari Human Rights First, organisasi hak asasi manusia nonpartisan, memandang dengar pendapat itu penting. ”Diterungku begitu lama tanpa dakwaan adalah masalah. Ini masalah untuk sejumlah tahanan di Guantanamo,” katanya. Selain Abu Zubaydah, kini masih ada 60 tahanan—dari 684 pada 2003.

Tuduhan terhadap Abu Zubaydah tergolong gawat. Profilnya sebagai tahanan, yang dibacakan seorang perempuan yang tak terlihat, menyebutkan dia memainkan ”peran kunci” dalam komunikasi Al-Qaidah dengan para pendukung dan pelaksana lapangannya pada 1990-an. Dia disebutkan berhubungan erat dengan Abu Hafs al-Masri, orang kedua di dalam Al-Qaidah. Dia juga diduga tahu banyak tentang pengeboman Kedutaan Besar Amerika di Kenya dan Tanzania pada 1998 serta rencana serangan teror pada 11 September 2001.

Alih-alih terbukti, sejak awal semua tudingan itu satu per satu terlihat lemah. Menurut Margulies, dalam percakapan dengan dia, Abu Zubaydah ”selalu sepenuhnya jujur. Dia percaya perlunya membela muslim yang berada dalam serangan”. Tapi dia ”selalu berkata bahwa warga sipil bukanlah target yang sah”.

Jadi kenapa Abu Zubaydah ditahan begitu lama dan mungkin tak bakal dibebaskan? ”Dia adalah ikon program penyiksaan dan karena itulah mereka tak bakal pernah membiarkannya didengar lagi,” ujar Margulies.

Purwanto Setiadi (BBC News, The Guardian, The Intercept, The New York Times)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus