ALEXANDERPLATZ, pusat perdagangan Berlin Timur, sehari setelah penyatuan ekonomi-moneter Jerman, Senin pekan lalu. Ursula Schoenberner, 50 tahun, sejak pukul 7 pagi, antre di muka "Centrum", sebuah toserba. Ketika tepat jam 9 pintu dibuka, dan perawat ini melangkah masuk, ia terkejut. "Seperti Natal saja," ujarnya, sembari memelototi rak-rak penuh buah dan daging yang terkemas rapi. Bagi warga Jerman Timur -- yang terbiasa dengan rak toko semi melompong -- toko-toko itu bak disulap. Di "Centrum", misalnya, kini 80% barang yang dipajang berasal dari Barat. Juga dengan standar harga Barat, tentunya, karena subsidi makanan dan barang konsumsi sudah dihapuskan. Harga sonder subsidi ini berlaku juga buat produk Jerman Timur sendiri. Maka, banyak warga Jerman Timur yang meneratap melihat harga makanan pokok yang naik berlipat. Sekerat roti, misalnya, dari 5 pfening (sekitar Rp 75) naik jadi 25 pfening. Menurut PM Jerman Timur Lothar de Maiziere, sejumlah pengusaha memanfaatkan kurangnya pengalaman warga Jerman Timur dalam membandingkan harga. Ia segera mengirimkan tim pengawas ke seantero negeri. "Mereka siap memukul para pengeduk untung," kata sang perdana menteri. Para pelaku yang ketahuan bakal kena denda sampai 1 juta DM atau izin usaha dicabut. Banyak memang jaringan toko di Jerman Timur kini bahkan memasang harga di atas harga (normal) di Jerman Barat. Para pengusaha bisnis eceran Jerman Timur -- yang bermitra dagang dengan pengusaha-pengusaha eceran besar dari Jerman Barat -- rupanya terlampau jauh belajar jadi kapitalis. Tapi tak semua harga naik. Buah jadi turun, juga alat elektronik. TV warna kini seharga 2.000 DM. Harga lama 6.000 DM. Barang elektronik lain, seperti pita rekaman, walkman, dan video, juga turun 4-5 kali lipat. Toh, mayoritas rakyat Jerman Timur, sejauh ini, cuma membelanjakan DM mereka untuk makanan dan kebutuhan hidup sehari-hari. "Bagaimana kami bisa belanja macam-macam, saat kami bahkan belum pasti bulan depan masih punya pekerjaan atau tidak," ujar Herbert Volker, buruh pabrik di Berlin Timur. Sikap mengerem pengeluaran ini sesuai dengan survei yang dilakukan Bank of Tokyo di Jerman Timur: dalam tempo enam bulan, mayoritas warga Jerman Timur cuma akan membelanjakan 19% dari keseluruhan tabungan mereka. "Warga Jerman Timur memainkan peran dan tanggung jawab mereka untuk menghancurkan ketakutan akan terjadinya inflasi," ujar menteri keuangan Jerman Barat Theo Waigel. Bagi Bundesbank, bank sentral Jerman Barat, sikap hemat warga Jerman Timur itu melegakan. "Kejadian beberapa hari terakhir ini meringankan tekanan atas kami," ujar Wihelm Gaddum, pejabat Bundesbank. Karena itu, Anthony Solomon, penasihat ekonomi bank niaga Inggris "S.G. Warbur", meramalkan, "Jerman bakal tetap jadi surga tingkat inflasi rendah." Banyak pihak juga meramalkan suksesnya penggabungan ekonomi dan moneter Jerman. "Setelah masa transisi, ekonomi Jerman akan punya volume dan kekuatan ekspor lebih besar," ujar Meinhard Miegel, direktur institut kebijaksanaan ekonomi dan sosial di Bonn. Setelah masa transisi -- diduga paling lama bakal berlangsung lima sampai tujuh tahun -- Jerman akan jadi kekuatan ekonomi terbesar di Eropa. Produk nasionalnya bakal mencapai lebih dari 1 trilyun dolar AS per tahun. Tapi selama masa transisi Jerman Timur puyeng dengan masalah sosial. Buruh sektor industri hampir tiap hari pekan lalu melancarkan aksi mogok. Mereka menuntut garansi dua tahun tak kena PHK, upah naik 30%, dan waktu kerja dikurangi. Para pengusaha Barat membalas: mereka mengancam bakal urung menanam modal jika upah buruh terlalu tinggi. Dengan upah buruh setingkat sekarang saja, banyak perusahaan industri Jerman Timur yang terancam gulung tikar. Karenanya, diduga, ketegangan sosial bakal terus memanas. Apalagi jumlah penganggur di Jerman Timur selama Juni sudah jadi 142.000, naik 50%. Diduga sekitar 2 juta warga Jerman Timur -- seperempat keseluruhan tenaga kerja -- bakal jadi tunakarya akhir tahun ini. Soalnya, sepertiga dari semua pabrik di Jerman Timur akan ambruk, dan separuhnya harus merombak diri secara radikal. Toh, masih ada angin segar di sektor industri kecil dan menengah. Sekitar 63.500 perusahaan baru dibentuk selama tahun ini. Kebanyakan perusahaan baru itu bergerak di sektor kerajinan, bisnis eceran, transpor, dan pariwisata. Pemerintah Berlin Timur mengharapkan lebih dari 100.000 perusahaan baru berdiri tahun ini, yang bakal memberi pekerjaan pada 500.000 tenaga kerja. Mekarnya perusahaan kecil dan medium disebut-sebut sebagai faktor kunci keberhasilan perbaikan ekonomi Jerman Timur. Sementara itu, langkah menuju penyatuan politik Jerman makin pasti. Pemerintah Bonn dan Berlin Timur pekan lalu sepakat melaksanakan pemilu gabungan 2 Desember depan. Inilah pemilu bebas seluruh Jerman pertama sejak 1932.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini