ALBANIA mulai bergolak. Ribuan demonstran di negeri komunis terakhir di Eropa Timur itu turun ke jalan-jalan di Tirana, ibu kota Albania, Jumat dan Sabtu pekan lalu. Pengunjuk rasa menuntut agar pemerintah melakukan perombakan besar, seperti sudah terjadi di negara-negara komunis lainnya. Aksi unjuk rasa diduga akan terus berkembang, dan memaksa rezim yang berkuasa menanggalkan sistem garis kerasnya. Sejumlah pengamat bahkan meramalkan partai komunis bakal "masuk kotak", mengikuti beberapa negeri sosialis Eropa Timur lainnya. Memanasnya pergolakan di Albania dimulai dengan semakin banyaknya warga Albania yang "mengungsi" ke sejumlah kedutaan besar asing di Tirana sejak Senin pekan lalu. Para pengungsi yang meminta tolong kedubes asing -- agar dapat segera meninggalkan tanah air -- dihadang dengan kekerasan oleh pasukan pemerintah. Pemerintah juga berkeras tidak akan mengakui lagi pengungsi yang tetap bertahan tinggal di sejumlah kedubes sebagai warganya. Konon, puluhan pengungsi tewas dalam kerusuhan dengan pihak keamanan. Atas desakan sejumlah negara Eropa, pemerintahan Presiden Ramiz Alia berjanji bakal memberi kemudahan warganya keluar Albania. Antara lain dengan mengeluarkan 1.400 paspor dalam beberapa hari, termasuk izin keluar -- seperti ke Italia, Yugoslavia, Polandia, dan AS. Toh gelombang pengungsi ke perwakilan-perwakilan asing tetap berlanjut. Hingga Sabtu, jumlahnya sekitar 5.500 orang. Kondisi di kedubes diberitakan memburuk karena kurang fasilitas. Apalagi setelah upaya mendatangkan bantuan pangan ditampik pemerintah Tirana. Belakangan, pemerintah mulai waswas, sikap keras bakal menimbulkan kerusuhan lebih luas. Sejak Kamis pekan lalu, para pengungsi tak lagi dihalangi untuk pergi ke gedung perwakilan asing. Polisi bahkan menunjukkan arah bagi mereka yang tersasar. Bahkan dua hari kemudian, pemerintahan Alia melakukan sejumlah perombakan dalam kabinetnya. Menteri Dalam Negeri Simon Stefani, yang dianggap melakukan tindakan keras kepada para pengungsi, dipecat. Menteri Pertahanan Prokop Murra juga mengalami nasib sama. Hekuran Isai kemudian ditunjuk untuk menduduki pos mendagri. Sedangkan jabatan menteri pertahanan yang baru dipercayakan pada Koco Mustaqi. Namun, perombakan besar-besaran yang diumumkan kantor berita Albania ATA ini diduga tak akan banyak menolong meredakan gelombang aksi protes. Peristiwa pengungsian mengingatkan pada peristiwa serupa di Jerman Timur tahun silam, yang akhirnya merobohkan Tembok Berlin. "Mereka memanjat tembok dan pagar. Tampaknya, mereka sudah nekat. Sulit menghitung jumlah mereka yang pasti," ujar seorang diplomat negara Eropa Timur, yang kedubesnya diserbu pengungsi. Albania, dengan pendapatan per kepala US$ 820, merupakan negara termiskin di Eropa. Padahal, negeri berpenduduk 3,2 juta ini kaya dengan sejumlah barang tambang dan produksi gandum. Masalahnya, birokrasi dan cengkeraman partai pada setiap sektor kehidupan -- seperti halnya negara-negara sosialis lainnya -- menghambat pertumbuhan ekonomi. Berbeda dengan negara-negara Eropa Timur lainnya yang menjadi satelit Uni Soviet, Albania tak mempunyai hubungan diplomatik dengan Kremlin. Hubungan kedua negara putus pada 1961, setelah Albania mendukung Beijing dalam konflik ideologi Sino-Soviet. Sikap keras terhadap Moskow terus berlanjut walaupun, setelah 1986, Albania membuka pintu isolasinya, dan menjalin hubungan dengan 100 negara lain. FS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini