Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bersih diri di bukarest

4 tokoh pendukung nicolae ceusescu: tudor postel nicu, manea manescu, emil bobu, dan ion dinca, mulai diadili dengan pengawalan ketat. pro dan kontra dewan penyelamatan nasional makin meruncing.

3 Februari 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI utara Bukarest, sejak Sabtu pekan lalu, suasana bagaikan perang. Mengelilingi Gedung Akademi Militer, panser-panser berjaga-jaga dengan moncong meriam siap tembak. Itulah suasana pengadilan terhadap tokoh-tokoh orde lama pengikut Diktator Nicolae Ceausescu. Di hari pertama, sekitar 700 pengunjung memenuhi gedung berhiaskan ornamen kayu, menghadiri pengadilan militer atas empat pentolan rezim Ceausescu. Ketatnya penjagaan disebabkan seminggu sebelumnya santer terdengar kabar akan adanya pembalasan dari pengikut Ceausescu, presiden yang ditumbangkan lewat Revolusi Natal tahun lalu, yang masih bebas. Sidang disiarkan TV secara langsung ke seantero Rumania. Keempat mereka adalah Tudor Postelnicu, bekas mendagri dan kepala polisi rahasia Securitate Manea Manescu, wakil presiden Emil Bobu, tangan kanan dan orang nomor tiga dalam rezim Ceausescu dan Ion Dinca, bekas deputi pertama PM. Mereka tampil dengan lesu dan lusuh, kecuali Ion Dinca yang bersetelan kemeja putih dan pantalon biru dilengkapi dasi gelap. Keempat terdakwa, melalui pengacara, langsung mengakui bersalah atas segala tuduhan. Tampaknya, pengakuan gerak cepat itu merupakan upaya agar hukuman mereka diperingan. Ion Dinca terus terang mengakui dirinya pengecut, karena tidak berani melawan perintah Ceausescu, untuk menembaki para pengunjuk rasa di Kota Timisoara. "Jika saya tidak setuju dengan perintah Ceausescu, hidup saya saat itu juga bakal berakhir," tutur Dinca dengan sedih. Pembantaian di Timisoara itulah yang memicu Revolusi Natal. Jaksa penuntut, Kolonel Aurel Cosma, menyebut keempat terdakwa sebenarnya dapat mencegah pembantaian, jika saat itu mereka meminta Ceausescu mengundurkan diri. Disebutkan, 689 korban tewas dan 1.200 cedera selama kerusuhan itu. Jumlah ini jauh menyusut, dari perkiraan semula yang 70.000, dan kemudian diralat menjadi 10.000. Belakangan hari, memang, muncul koreksi terhadap pemberitaan, antara lain tentang potret mayat-mayat di Timisoara. Dulu, misalnya, di antara deretan mayat-mayat tampak potret mayat seorang ibu dan bayinya yang baru dilahirkan, yang begitu menusuk rasa haru. Belakangan ada penjelasan bahwa ibu dan bayi itu bukan korban Securitate, melainkan mayat itu diambil dari sebuah rumah sakit bersalin. Ibu itu meninggal karena melahirkan bayi yang sudah tak bernyawa. Sementara itu, Emil Bobu mengakui memerintahkan pembakaran mayat korban yang berjatuhan di Timisoara. "Untuk menghilangkan bukti aksi militer," katanya. Di luar kawasan Gedung Akademi Militer, sebuah upaya pembersihan pemerintahan sementara dari unsur-unsur komunis terus berlangsung. Ahad, 28 Januari kemarin, sekitar 15.000 pengunjuk rasa berkumpul di sekitar markas besar Dewan Penyelamatan Nasional (DPN), yang kini memegang kekuasaan di Rumania. Inilah aksi turun ke jalan terbesar setelah Revolusi Desember lalu. Mula-mula, yang berkumpul di sekeliling gedung adalah para penentang DPN yang menganggap sebagian besar pemerintah sementara terdiri dari anggota Partai Komunis Rumania. "Komunis turun," teriak mereka yang mengacung-acungkan poster-poster bertuliskan "Front Penyelamatan Nasional sama dengan Partai Komunis Rumania." Suasana jadi tegang ketika datang para buruh, dari 10 industri berat di Bukarets, yang membela Front Penyelamatan. Mereka berteriak-teriak menyatakan bahwa Rumania membutuhkan Ion Iliescu, Ketua Dewan Eksekutif Penyelamatan Nasional. Dijawab oleh kelompok penentang dengan teiakan, "Komunis... komunis." Setelah mereka bersama-sama berhasil menjatuhkan Presiden Ceausescu, pertentangan muncul ketika, dua pekan lalu, Iliescu mengumumkan bahwa Front Penyelamatan akan ikut pemilu 20 Mei nanti. Segera muncul aksi mengkritik Front, yang mengambil gampangnya, memakai senjata tuduhan "anggota Partai Komunis". Tentu saja, di masa itu, pejabat mana tak memiliki kartu anggota Partai berkuasa? Bahkan, dari anggota Front sendiri datang kritik. Misalnya, dari Ana Blandiana, penyair dan pembangkang terkenal. Ana menyebutkan bahwa keputusan DPN membahayakan masa depan negara. Pandangan ini didukung oleh sejumlah intelektual dan pembangkang lain, tergabung dalam DPN. Dan mereka tak cuma mengkiritk. Mereka ramai-ramai mengundurkan diri. Di antaranya Doinea Cornea, 60 tahun, eseis terkenal. Bahkan, Wakil Ketua Dewan Eksekutif Penyelamatan Dumitru Mazilu, Sabtu pekan lalu, ikut mundur diri. "Dengan kecewa, saya melihat cara dan praktek Stalinis masih dipertahankan," kata Mazilu. Untunglah, Dewan tak lalu melawan dengan keras. Beberapa jam setelah pengunduran diri Mazilu, Dewan mengadakan pertemuan mendadak dengan 15 partai oposisi. Pihak oposisi menuntut agar pemilu diundurkan, dan dibentuk pemerintahan transisi yang mencakup seluruh unsur partai, termasuk DPN. "Yang ada sekarang kan pemerintahan Komunis," ujar juru bicara Partai Petani Nasional. Memang sulit. Iliescu membela diri dengan menyebut bahwa dalam era Ceausescu sekitar 4 juta, dari 23 juta, penduduk Rumania adalah anggota Partai Komunis. "Banyak di antaranya karena tidak bisa menolak, karena risikonya terlalu besar." Iliescu pun juga tak menyangkal bahwa dirinya bekas rekan dekat Ceausescu. "Tapi, cuma sampai 1971," katanya. Walhasil, hingga awal pekan ini, pro dan kontra Front Nasional masih terus mencoba tarik urat. Kalau hal ini tak juga terpecahkan, banyak pengamat menduga bahwa militer bakal campur tangan. Contohnya sudah ada. Di kota-kota Timisoara, Iasa, dan Brasov, Dewan Eksekutif Daerah mengundurkan diri setelah tak mampu mengendalikan keadaan. Dan yang kemudian duduk sebagai penguasa adalah para pimpinan militer di situ. Farida Sendjaja (Jakarta) & Yudhi S. (Bukarest)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus