MENGHADAPI gejolak Teluk -- atau perang besar seperti dikatakan Menlu Iran Ali Akbar Velayati -- Iran mulai siap dengan strategi dan jurus-jurus baru. Menurut berita yang dibocorkan kelompok Mujahidin di London, Pengawal Revolusi akan diperkuat sejumlah perahu motor tanpa awak yang berisi bom. Terbuat dari fiber, perahu itu konon berukuran 1,2 x 1,8 meter dan digerakkan dengan radio kontrol. Jenis lain adalah Biduk 23, berukuran 9 x 3 meter, dan sudah diuji coba di danau buatan, di kompleks kesehatan jasmani Azadi, Teheran. Pengawal Revolusi dikabarkan telah menerima 20 buah kapal maut jenis ini. Di luar itu, ancaman paling berbahaya datang dari barisan speedboat buatan Swedia yang selama ini diandalkan Iran untuk bergerilya di lautan. Dengan kecepatan 96,5 km/jam, biduk ekspres berukuran 12,7 meter ini terbukti efektif. Sejak akhir Februari lalu, kata juru bicara Pentagon, Robert Sims, mereka telah merepotkan tidak kurang dari 17 kapal berbendera netral yang berlayar di kawasan itu. Iran memiliki 30 biduk ekspres buatan Borghammer Marine Company yang Swedia ini. Masing-masing dipacu oleh mesin berkekuatan 309 tenaga kuda, dengan daya jelajah 500 mil laut dan, biasanya, dipersenjatai senapan mesin (kanon 106 mm) dan peluncur roket RPG7. Tapi, para anggota Pengawal Revolusi yang memainkannya tidak memiliki keterampilan sebagaimana laiknya angkatan laut Iran. "Mereka cuma bermodalkan nyali besar dan siap melakukan serangan bunuh diri," kata Norman Friedman, seorang konsultan angkatan laut di AS. Bersama peluru kendali Ulat Sutera (buatan RRC) dan ranjau, speedboat ini termasuk dalam daftar ancaman paling menakutkan bagi kapal-kapal yang berlayar di Teluk. Pihak AS sendiri siap menghadapi mereka dengan MH-6, heli buatan McDonnell Douglas yang terbukti ampuh menggasak Iran Ajr (akhir bulan lalu) dan tiga speedboat (pekan lalu). Komando Operasi Khusus (SOC) AD AS juga mengandalkan heli dengan dua tempat duduk yang dilengkapi FLIR (Forward Lookng Infrared) ini. Kecepatannya 215 km per jam, dengan jarak jelajah 610 km. Seusai menyerang tiga speedboat itu, pihak AS malah kaget. Sebab, dari biduk yang tertangkap, diketahui bahwa Iran juga menggunakan rudal antipesawat udara Stinger, buatan AS. Padahal, selama ini tak pernah AS menjual senjata jenis ini ke Iran bahkan dalam skandal penjualan gelap Irangate Stinger tak masuk daftar. Dubes Iran untuk PBB Said Rajaie Khorassani menanggapi keterkejutan AS itu dengan tenang. Katanya, "Semua bisa dikembalikan ke cerita lama, ketika kami membuat hubungan kerja dengan perantara AS tertentu." Ketika didesak, ia berkilah, "Bisa jadi, kami memang memilikinya, saya tak bisa ingkar. Sekaligus saya juga tidak sanggup membuktikannya." M.C., kantor berita
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini