Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bila Suzuki Datang Ke ASEAN

Pm. jeoang zenko suzuki akan berkunjung di negara-negara asean (filipina, indonesia, singapura, malaysia dan bangkok). (ln)

13 Desember 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"ASEAN selalu ada dalam pikiran Jepang." Perdana Menteri Zenko Suzuki mengucapkannya dengan serius. Satu demi satu tangan wartawan dari kelima negara ASEAN disalaminya--bukan sekedar membungkuk hormat--di tempat kediaman resminya pekan lalu. Hari-hari terakhir ini PM Suzuki terutama sekali harus menaruh perhatian besar terhadap ASEAN. Karena secara beruntun ia akan mengunjungi Manila, Jakarta, Singapura, Kuala Lumpur dan Bangkok mulai 8 Januari dalam perjalanan dua minggu. Itu akan merupakan perjalanannya yang pertama ke luar negeri dengan jabatan perdana menteri sesudah kematian Pl Masayoshi Ohira, Juni lalu. Staf Gaimusho (Deplu) Jepang bekerja keras mempersiapkan perjalanan ini. Bahkan banyak pidato yang akan diucapkan PM Suzuki nanti sudah ditulis. Segala persoalan penting yang akan diajukannya pada para pemimpin negara ASEAN pun sudah matang didiskusikan. Dan berbagai tanggapan tuan rumah yang akan ditemuinya pun sudah diperkirakan. Memang kunjungan Suzuki ke Asia Tenggara akan menarik, tapi agak di luar kebiasaan. Biasanya tokoh politik Jepang yang baru saja menjabat PM memilih kunjungan ke Amerika Serikat dan Eropa Barat terlebih dulu. Pendekatan sekali ini, kata Menlu Masayoshi Ito pekan lalu, sungguh mencerminkan betapa Jepang ingin "berjalan bergandengan tangan" dengan negara ASEAN. Berjalan seiring itu kini dijadikannya tema penting. Dan ini mulai dibuktikannya di PBB, ketika Jepang mendukung resolusi yang diprakarsai kelompok ASEAN mengenai Kampuchea. "Sikap Jepang terhadap soal Indocina seterusnya akan sejalan dengan pendapat ASEAN," kata seorang jurubicara Gaimusho. Mudah-mudahan Tapi tak mungkin selalu seiring. Sebagai negara yang begitu kuat dalam ekonomi--meraih 10% dari GNP sedunia, Jepang selayaknya berada di depan, membantu pembangunan ASEAN. Dalam hal ini kunjungan Suzuki pasti akan menenteramkan hati. Jepang sebenarnya sudah jadi pensuplai dana tertinggi, jauh di atas AS dan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), untuk ASEAN. Dari seluruh arus bantuan resmi (Offijcial Development Assistance) saja yang diperoleh negara ASEAN selama ini, sumbangan Jepang sedikitnya 39%, dibanding AS 28% dan MEE 24%. Dan dari seluruh ODA Jepang untuk negara berkembang, sedikitnya 30% disampaikannya pada kelima anggota ASEAN, suatu bukti lagi betapa kawasan ini penting bagi Jepang. PM Suzuki mengatakan bahwa pemerintahannya malah bermaksud memperbesar sumbangannya itu dalam tahuntahun mendatang. "Kerjasama kita mudah-mudahan akan lancar," katanya lagi. Japan International Cooperation Agency (JICA) adalah badan resmi yang memegang peranan besar dalam menyalurkan ODA Jepang, terutama yang menyangkut grant Ketuanya, Keisuke Arita, mengatakan bahwa dana Jepang senantiasa menunggu permintaan negara penerima. "Kerjasama anda (dalam meminta bantuan) juga diharapkan," katanya lagi. Frustrasi selalu terdengar dalam pemakaian dana Jepang. Seolah Jepang memperlambatnya, sebagaimana halnya dengan janji pinjaman Yen sebanyak US$ 1 milyar untuk proyek bersama ASEAN. Sejak PM Fukuda menjanjikannya ketika berkunjung ke Asia Tenggara tahun 1977, dana yang tersedia itu belum dimanfaatkan semestinya. Apa rintangannya? Selama kunjungan PM Suzuki, pihak Jepang diduga akan menjelaskan hal ini dalam usaha memperbaiki citranya. Tapi sikapnya jelas, seperti disebut Arita, kelancaran bantuan Jepang akan tergantung pada "kerJa-sama anda." Bagi Jepang, pembangunan ekonomi ASEAN adalah demi kepentingan Jepang pula. Dengan ASEAN yang mantap, perdagangan akan lebih terjamin. Pandangan ini tak diragukan lagi akan terdengar selama kunjungan Suzuki. Inilah antara lain yang dimaksud Menlu Ito "berjalan bergandengan tangan." Kalangan Keidanren, federasi kaum pengusaha Jepang yang berpengaruh, tampak mendukung sekali pendekatan untuk kepentingan bersama itu. "Itu sebabnya," kata seorang tokoh Keidanren, "kami pun ikut menasihatkan PM 5uzuki supaya pergi ke ASEAN. Kami minta dia membuka matanya dan menjelaskan bahwa ASEAN bagi kami penting sekali." Tapi PM Suzuki mungkin akan ditanya kenapa Jepang perlu membina militernya, yang disebut untuk keperluan bela-diri. Anggaran bela-dirinya dalam tahun fiskal '81 konon akan mencapai 0,9 dari GNP--kenaikan terbesar dari semua sektor. ODA Jepang yang dibanggakannya, walaupun akan meningkat juga, hanya 0,26% dari GNP. Membina pertahanan itu, kata PM Suzuki, bukanlah bertujuan membuat Jepang suatu kekuatan militer yang akan mengancam negara lain. Tapi apakah ASEAN akan merasa terjamin dengan Jepang yang bersenjata kuat? Soal ini, demikian kalangan Gaimusho, tak kalah penting dari sekian banyak hal yang akan dijelaskan PM Suzuki nanti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus