Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bisakah vietnam mengancam ?

Ekonomi vietnam yang rusak akibat perang belum sepenuhnya pulih. cuaca buruk dan banjir dan konfrontasi dengan cina menambah gawat ekonomi vietnam yang sudah gontai itu. (ln)

3 November 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

EKONOMI kita, yang sudah lemah, dihadapkan lagi dengan lebih banyak kesulitan." Itulah peringatan sebuah artikel dalam Tap Chi Cong San (Risalah Komunis) majalah teori dari Partai Komunis Vietnam, September yang lalu. Artikel itu, sebuah analisa yang muram tentang keadaan Vietnam dewasa ini, menunjukkan kegagalan praktis di semua bidang kebijaksanaan pemerintah, dan memperingatkan akan datangnya lebih banyak kesukaran. Ini berbeda jauh dari nada yakin yang disuarakan para pemimpin Vietnam di tahun 1975 -- dan juga jauh dari suara angker para pengamat dari ASEAN bahwa Vietnam adalah sebuah kekuatan ekspansionis yang bertekad mensubversi wilayah Asia Tenggara lainnya. Apa yang tak dilihat oleh para pengamat ASEAN dalam analisa mereka adalah keadaan dalam negeri Vietnam yang gawat. Ekonomi Vietnam yang cabik-cabik oleh perang belum sepenuhnya pulih. Rencana 5 Tahun yang ambisius, yang diberangkatkan dalam tahun 1976, yang seharusnya sudah cukup jauh membawa Vietnam menuju ke suatu negeri pertanian-industrial yang modern, tak banyak mencapai target. Bahkan ada laporan bahwa rencana itu mungkin ditinggalkan. Penerbitan mutakhir Hanoi sementara itu lebih menekankan tujuan-tujuan bersahaja untuk memproduksi pangan dan barang kebutuhan dasar yang cukup. Pembagian panan sekarang lebih sedikit ketimbang di masa perang. Demikian rendahnya sehingga seorang dokter terkemuka di Hanoi baru-baru ini memperingatkan bahaya kurang-gizi. Meskipun demikian beberapa tanah pertanian hanya diolah di bawah kapasitas, atau tak digarap sama sekali. SEBAGIAN hal ini disebabkan oleh ketidak-puasan para petani di daerah Selatan terhadap harga beras Pemerintah, sebagian karena kekurangan sumber seperti pupuk dan benih. Perencanaan yang jelek juga merupakan salah satu faktor penting. September tahun ini pemerintah mengeluarkan satu Resolusi yang disusun dalam kata-kata lugas, yang memberi kuasa kepada tiap organisasi atau individu untuk meminta tanah yang tak diolah dari kooperasi pemerintah atau kesatuan tentara. Di Kota Ho Chi Minh (Saigon), kapitalisme secara tak disangka-sangka membuktikan diri punya daya tahan. Meskipun langkah terhadap para pedagang kapitalis di bulan Maret 1978 sangat luas diberitakan, tapi sebuah laporan yang diterbitkan belakangan ini mengakui, bahwa pemerintah masih belum dapat mengendalikan pemasaran dan peredaran barang kebutuhan pokok, sehingga harganya "sangat mahal". Apa yang salah? Sejumlah hal. Pertama-tama, alam rupanya telah berbuat makar terhadap Vietnam. Di tahun 1977 udara dingin yang sangat yang diikuti oleh kekeringan, menghantam panen raya. 1978 lebih buruk lagi: banjir yang silih berganti, dari Juli sampai Oktober, menghancurkan negeri. Kerusakan yang dibuatnya, tulis seorang komentator bangsa Vietnam, "sama dengan yang diakibatkan perang beberapa tahun." Jembatan, bangunan dan gedung industri runtuh 20% dari seluruh ternak mati. Sejuta hektar tanah digenangi air, dan padi di dua pertiga tanah itu rusak. Beberapa pekan terakhir hli ada lagi berita banjir tapi kali ini terbatas di popinsi-propinsi tengah. Namun dalam jangka panjang lebih penting lagi ialah masalah perencanaan dan pengelolaan, yang begitu sering disebut dalam tulisan di Vietnam. Penilaian Hanoi sendiri tentang itu meyakinkan kita bahwa masalahnya memang meluas dan serius. Tulisan dalam Tap Chi Cong San itu misalnya menyatakan bahwa para kader baik di utara maupun selatan telah tidak melaksanakan kebijaksanaan yang menyangkut "pertanian dan industri, komunikasi dan logistik, konstruksi, produksi dan peredaran." Dengan kata lain, kesulitan meluas ke semua sektor ekonomi. Pejabat pemerintah disebut "pasif", "pesimistis" dan "tidak bersemangat" dalam menerapkan beleid pemerintah. Yang lain bersikap birokratis secara berlebihan, atau memang korup. Semua ini, kata majalah itu, telah sangat merusak citra Partai di kalangan rakyat biasa. Persoalan itu kembali kepada masalah dasar bagaimana berpindah dari pemerintahan masa perang ke pemerintahan masa damai. Kader partai yang cakap dalam perang politik dan militer belum tentu administrator yang baik di masa damai. Bahkan banyak yang pendidikannya sangat seadanya. Yang dibutuhkan ialah suatu program cepat untuk melatih kembali kader-kader lama, juga menyiapkan yang baru yang akan memainkan peran penting dalam pembangunan negeri.itu. Tapi belum lagi dapat mencurahkan perhatian ke pembangunan ekonomi, lebih setahun ini Vietnam kembali berpijak dalam perang. Slogan setelah '75 "bangunlah negeri," sudah diubah, kini bunyinya, "bangun dan pertahankanlah negern" Konfrontasi dengan Cina berakibat gawat pada ekonomi Vietnam yang sudah gontai itu. Diputuskannya bantuan Cina Juli 1978 mengakibatkan Vietnam kehilangan bantuan sejumlah kira-kira US$ 300 juta setahun. Dari 70 proyek, banyak di antaranya di bidang yang vital bagi ekonomi -- misalnya tambang batubara dan pabrik baja -- ditinggalkan Cina. Hanya sedikit tanda-tanda bahwa partner Hanoi di COMECON sudah mengambil alih banyak dari proyek itu. Ketegangan dengan Kambodia dan Cina meningkat selama 1978, dan di akhir tahun itu pasukan Vietnam memakzulkan Pol Pot. Di mata Vietnam, Kambodia adalah bagian dari masalah Cina: ia, seperti dikatakan seorang pejabat Vietnam, "pisau Peking yang ditodongkan di punggung kami." Tapi kalau Hanoi mengharap bahwa serbuannya akan merupakan operasi bedah yang cepat-singkat, mereka dengan segera kecewa. Kambodia sudah menguras Vietnam dalam hal tentara, teknisi (yang sukar bagi Hanoi untuk meminjamkannya) dan bantuan material. Nguyen Co Thach, Menteri Luar Negeri Vietnam, mengatakan di konferensi pers di Bangkok 20 Oktober bahwa Vietnam sejauh itu telah mengirim 100.000 ton pangan dan 20.000 ton bibit ke Phnom Penh. Tapi pukulan yang paling hebat terjadi Pebruari tahun ini, ketika pasukan Cina menyerbu bagian utara Vietnam. Pasukan Cina itu mungkin mengalami korban yang melebihi perhitungan, tapi kerusakan yang mereka akibatkan sungguh besar. Angka dari Hanoi menyebutkan 350.000 orang di bagian utara Vietnam kehilangan rumah dan 1,5 juta jadi pengungsi. Para pengamat asing membenarkan pernyataan Vietnam bahwa tcntara Cina telah memperturutkan kehendak hati dengan merusak pabrik, perkebunan, hutan, pasar, rumah sakit dan sekolah sebelum menarik diri. Ancaman Cina menyebabkan Vietnam terpaksa menyusun kembali prioritasnya. Negeri itu kini dalam keadaan "damai siap senjata". Alokasi anggaran untuk pertahanan dinaikkan. Tentara yang telah menjalankan peran ekonomi dengan membangun jalan dan membuka tanah ladang baru, kini sepenuhnya dimobilisasi untuk perang. Bila beberapa tahun terakhir para prajurit menanam sendiri sebagian bahan pangannya, kini mereka harus diberi makan. Latihan militer diperkenalkan kembali kepada orang sipil. Dengan terus mengancam batas utara Vietnam, Cina -- dengan biaya yang sangat kecil -- dapat terus mengakibatkan Vietnam guyah, terombang-ambing antara kebutuhan mendesak untuk membangun ekonominya yang rombeng dan kebutuhan yang juga mendesak untuk menahan serangan baru. Dan inilah yang Peking agaknya sudah bertekad untuk lakukan, sekurang-kurangnya di masa depan yang dekat. Kebijaksanaan itu nampaknya menyenangkan sekutu Cina yang baru, AS, yang rupanya memang berniat memencilkan Vietnam. Meskipun di muka umum para pejabat Amerika tak menyatakan pendapat tentang masalah Vietnam, sebagian mereka secara diam-diam bergembira. Seperti kata salah seorang dari mereka baru-baru ini -- "itu tak akan bisa terjadi ke sebuah negeri lain .yang lebih manis." Ramalan untuk ekonomi Vietnam suram. Satu hal tapi jelas ancaman Cina ke Vietnam, bergabung dengan politik AS yang sangat berhasil dalam memencilkan Hanoi, tak akan membantu perdamaian dan stabilitas wilayah ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus