Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Siapa yang mula-mula menangkap Kasdut?

Kusni kasdut telah tiga kali lari dari penjara dan selalu tertangkap kembali. banyak anggota polisi mengaku dirinya berjasa dalam menangkapnya. (krim)

3 November 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

24 hari setelah KK melarikan diri dari penjara Lowokwaru Malang, jejaknya sudah mulai dicium polisi. Puluhan alamat orang-orang yang ada hubungan dengan KK sudah dalam inceran. Anehnya penjahat ulung ini, justru juga mencari alamat-alamat tersebut. Terakhir ia mendatangi alamat Supangat (51) di Pandegiling Surabaya, seorang teman KK sewaktu sama-sama bergerilya. Tujuannya tidak lain minta uang dari sahabatnya yang kini jadi makelar. Supangat yang mengaku panik, bingung ketika pertama bertemu KK, melaporkannya kepada Letkol Marinir Djunaidi, seorang familinya. Bersama tetangganya, Lettu Sukriadi dari bagian reserse Kowiltabes Surabaya, jerat dipasang, berupa bel yang menghubungkan rumah Supangat dan Sukriadi. Kalau bel berbunyi sekali berarti utusan KK datang, kalau dua artinya KK sendiri yang muncul. Dua hari sebelum KK tertangkap isteri Sukriadi pernah melihat buronan itu di rumah Supangat. Ny. Sukriadi melaporkan kecurigaannya kepada suaminya. Berbekal foto-foto KK, Ny. Sukriadi berhasil mendekati KK tanpa mengundang kecurigaan. Kesimpulannya orang itu KK. Sukriadi langsung memburu KK, tetapi terlambat karena KK sudah kabur dengan helicak. Untungnya dua hari kemudian ada janji KK dengan Supangat. Satuan polisi dengan kode "operasi jaring" sudah memblokir rumah Supangat dari jam 15.00 tanggal 17 Oktober tersebut. Berbagai penyamaran dilakukan. Sertu Subianto, berperan sebagai penjual batu akik. Ia memakai sarung, kopiah ala lrak dan tangan penuh cincin akik. Ny. Sukriadi yang pernah melihat KK diikut-sertakan, karena banyak polisi tidak tahu wajah buronan itu setelah lari. Jam 18.15 bel berbunyi satu kali di rumah Sukriadi, tanda utusan KK yang datang. Sertu Subianto keluar dari rumah Sukriadi, melewati rumah Supangat. Di depan gang, ada seseorang yang berdiri dekat bemo rusak. Ny. Sukriadi yang sebelumnya pernah melihat KK mengintip, yakin sudah itulah orang yang dicari. Subianto yang mendapat isyarat, mendekati KK dengan gaya "penjual akik". KK tidak sempat memperhatikan Subianto, karena ia lagi mencurigai Mayor Suyono yang memimpin operasi sore itu -- juga berdiri tak jauh dari KK. Begitu dekat Subianto langsung menghunjamkan tinjunya ke hulu hati KK. Lettu Sukriadi bersama adik iparnya H. Noorhadi yang ada dekat KK ikut membantu dengan menubruk KK. Terjadi pergumulan. Tangan Sukriadi yang berniat mencekek KK, nyasar ke mulut KK. Jarinya langsung digigit KK, sehingga dua hari kemudian masih membekas. Subianto dalam pergumulan itu berhasil merebut pistol Vickers yang ada di pinggang KK, berikut 50 butir peluru. Hanya 5 menit, KK menyerah dan Suyono datang memborgol buronan tersebut. "Sampaikan terima kasih saya kepada komandan, karena saya ditangkap hidup-hidup," kata KK saat itu. Semuanya Itu Saya . . . Paginya Kapolri, Letjen Awaloedin Djamin MPA, mengadakan konperensl pers di Jakarta. Selain mengumumkan buronan itu ditangkap hidup-hidup, juga diceritakan, Mayor (Pol) Suyono-lah yang menangkap KK. Kata Kapolri, Suyono menubruk KK yang sudah siap menembakkan pistolnya. "Bahkan Snyono sempat kena tendang," kata Kapolri yang menggambarkan pencarian terhadap KK ibarat mencari "jarum di tengah hutan". Sehari setelah keterangan Kapolri, Danwil Surabaya mengadakan konperensi pers di gedung Bhayangkari Surabaya. Semua anggota yang ikut operasi jaring ditampilkan dengan pakaian samaran ketika operasi. "Semuanya itu, ini yang mengendalikan," kata Danwil, Kol (Pol) Harsono Prayitno menunjuk dirinya. Sukriadi ternyata kecewa dengan uraian Danwil. "Mendengar penjelasan itu, hampir-hampir saya berdiri menceritakan yang sebenarnya," ujar Sukriadi. Isteri Sukriadi yang merasa juga ada andil, ikut kecewa dan mengajak suaminya untuk protes. Bahkan sebelum berangkat untuk protes ke Kowiltabes, kedua suami isteri itu sempat membagikan bahan berita pada wartawan. Isinya, Sukriadilah yang pertama menodongkan pistol dan menjegal kaki KK. "Setelah Kusni tidak berdaya, baru datang Subianto dan Mayor Suyono," tulis Sukriadi. Tetapi sekembali dari Kowiltabes, bahan berita tadi dimintanya kembali. Selain itu, masih ada orang yang merasa berjasa. Peltu Anwar mengaku sebagai yang menghipnotis KK. "Dia saya hipnotis dengan kekuatan mat saya," katanya. Konon karena itu KK tidak berkutik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus