Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kamis siang pekan lalu, Tony Blair mampir ke Pesantren Darunnajah, Jakarta Selatan. Hemnya putih, celananya abu-abu, Perdana Men-teri Britania Raya ini terlihat santai- membawakan misi gandanya: menggalang kerja sama regional membasmi te-rorisme, dan memoles citra lebih bagus pe-merintah Inggris. Ya, sosok yang bersama-sama Amerika Serikat dan bebera-pa negara lain telah menginvasi lantas menduduki Irak, sebuah negeri muslim.
Siang itu, suara azan zuhur dan aneka atraksi para santri menyambut kedatang-annya—dari flying fox, drumband, sampai Pramuka. Tony Blair mema-suki ruangruang kelas, dan di aula rekto-rat yang sederhana ia menjawab berbagai pertanyaan para santriwan dan santriwati. Blair membuka dengan assalamualaikum, menyatakan maksud kunjung-an-nya: hidup bersama, harmonis dan damai.
”Ini adalah sebagai inspirasi untuk- bersama-sama membangun perda-maian- dan saling pengertian antara Ing-gris dan Indonesia, Kristen dan Islam-. Kadang-kadang atas nama agama, baik- Is-lam maupun Kristen, sekelompok- orang melakukan hal yang buruk,” kata-nya dalam dialog dengan 150 santri pi-lih-an Darunnajah. Dalam 25 menit, ia men-jawab pertanyaan lima santri—dari soal kebebasan beragama di Inggris, invasi AS dan Inggris di Irak, sampai upaya menghentikan perang antara Israel dan Palestina.
Di Darunnajah, Blair bercerita tentang, antara lain, keragaman beragama. Menurut Tony Blair, Indonesia adalah negara yang paling tepat menjadi contoh- saling pengertian yang luas antara masyarakat dengan keyakinan berbeda, dan antara negara-negara Barat dan negara- muslim. ”Tidak ada tempat yang pa-ling- tepat selain di Indonesia,” katanya. Di Istana Negara, selain berbincang dengan Presiden Bambang Yudhoyono, ia bertemu lima tokoh Islam Indonesia, antara lain Rektor UIN Syarief Hidayatullah Azyumardi Azra, KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), eks Menteri Agama Quraish Shihab, dan Ketua Pusat Studi Kajian Al-Quran Universitas- Islam Negeri Jakarta Nazaruddin Umar.
Ada pembentukan United Kingdom-In-donesia Islamic Advisory Group (Ke-lom-pok Penasihat Keislaman Indonesia-Inggris) untuk membangun kerja sama yang baik di bidang agama Islam, me-ngu-rangi jarak antara dunia Islam dan non-Islam. ”Pendekatannya dengan dia-log lintas budaya dan agama diban-ding ke-kerasan. Indonesia dinilai Inggris ne-gara muslim yang paling tepat untuk dirangkul,” kata Azyumardi Azra. Di mata Azyumardi, dialog tak banyak manfaatnya jika tanpa disertai perubahan.
Yang menonjol dari kunjungan ini ada-lah sifatnya yang simbolis dan tidak berdiri sendiri. Dua minggu sebelum Blair, Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice melakukan ”ritual” serupa. Menurut Andy Widjajanto, pengamat hubungan internasional Universitas Indo-nesia, kunjungan-kunjungan itu ditujukan buat memperkuat kerja sama Amerika, Inggris, dan Australia meme-ra-ngi terorisme di kawasan ini.
Andy melihat, Indonesia tak keberatan dengan ajakan membasmi terorisme. Dan yang masih menjadi masalah adalah kebijakan teknisnya. Seperti konsep CSI (Container Security Initiative-)—sesuatu yang memberi wewenang AS memeriksa- kapal kargo berisiko tinggi. Juga PSI (Proliferation Security Initiative) untuk mencegah kemungkinan adanya bahan nuklir di atas kapal laut. Dan Indonesia cenderung menolak keduanya. ”Sebab, bisa saja penerapan CSI dan PSI dilakukan di teritori Indonesia,” kata Andy. Tapi hal itu tidak masuk agenda pembicaraan pekan lalu.
Hubungan Indonesia-Inggris terbilang- mesra. Sejak 1967 Inggris adalah pe-nanam modal terbesar kedua, sebe-lum-nya Jepang dan kini Singapura. Investasi Inggris sampai saat ini US$ 1,5 miliar-, dengan jumlah volume perdagang-an US$ 1,4 miliar. Kunjungan Blair merupa-kan kunjungan pertama-nya setelah -kun-jungan mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher 21 tahun -silam.
Ahmad Taufik, Lis Yuliawati, Rudy Prasetyo dan Sunariah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo