SETELAH Bali dan Manado, giliran Filipina menjadi bulan-bulanan teroris. Kamis pekan lalu, dua bom meledak di Kota Zamboanga, Filipina Selatan, yang menewaskan lima orang dan melukai 144 lainnya. Ledakan di pusat perbelanjaan Shop-O-Rama yang berlantai tiga itu membuat panik konsumen. Mereka berhamburan keluar, sementara beberapa sosok tanpa nyawa tergeletak di jalanan. Militer Filipina kembali menunjuk hidung gerilyawan Abu Sayyaf selaku dalangnya. Namun, hingga akhir pekan lalu, belum ada yang mengaku bertanggung jawab.
Pihak keamanan mengaku sudah memperingatkan penduduk di kawasan itu akan kemungkinan serangan teroris setelah peristiwa di Kuta, Bali, dan pengeboman konsulat Filipina di Manado, Sulawesi Utara, dua pekan silam. Menurut juru bicara militer Letkol Danilo Servando, dari penyelidikan atas jenis bom yang dipakai, ia mencurigai kelompok Khadaffy Janjalani dari kubu Abu Sayyaf sebagai pelakunya. Alasannya, bom itu dan bom yang meledak di Malagutay, 2 Oktober lalu, sama berjenis TNT. Tapi militer belum berani menyatakan apakah pengeboman di Kuta dan Filipina berkaitan dan dilakukan oleh satu komando. Apa pun, polisi sudah menahan 16 orang, di antaranya dua warga Turki dan satu orang warga Malaysia. Hingga pekan lalu, 15 orang tewas akibat serangan bom di Filipina, di antaranya seorang anggota marinir Amerika Serikat.
I G.G. Maha Adi (AP, Reuters, AFP)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini