MEMASUKI minggu keempat ini, perang Irak-Iran masih kelihatan
akan berlarut. Kedua pihak tampaknya lebih berminat bertempur
daripada berunding. Gencatan senjata, yang semula dianjurkan
Dewan Keamanan PBB, tidak terwujud. Irak memperkuat pukulannya
pekan lalu, segera setelah usul gencatan senjata itu diabaikan
Iran.
Namun penyerbuan kilat (blitz) yang dimulai Irak (22 September)
makin hari makin tersendat-sendat. Sedang Iran mampu membuat
perang ini jadi suatu penyiksaan bagi Irak (lihat Sana Remuk,
Sini Hancur).
Pertempuran masih berlangsung di wilayah Iran. Daerah perbatasan
Iran diduduki pasukan Irak dari mulai bagian utara -- sekitar
Qasr-e-Shirin -- sampai ke selatan -- sekitar Khorramshahr -- di
bagian timur jalur air Shatt al Arab.
Rencana perang Irak yang hendak merebut sepenuhnya Shatt al
Arab, jalur pelayaran yang mempertemukan Sungai Tigris dan
Euphrates menuju muara di Teluk Persia, hampir tercapai.
Sebehlnl perang ini terjadi, Irak memberikan hak menggunakan
jalur air itu pada Iran berdasarkan suatu perjanjian kedua
negara tahun 1975. Syah Mohammed Reza Pahlavi memenangkan
konsesi itu yang oleh Presiden Irak Saddam Hussein dinyatakan
tidak berlaku lagi. Sedang pimpinan Revolusi Iran mempertahankan
apa yang sudah dicapai almarhum Syah dulu.
Sukses Irak di wilayah Shatt al Arab kelihatan pekan lalu
terutama setelah dikuasainya daerah pelabuhan Khorramshahr,
walaupun di dalam kota itu sendiri masih terjadi pertempuran
sengit. Ternyata bertempur dari jalan ke jalan dalam kota
sungguh sulit bagi barisan tank Irak. Di situ Pasdaran (Pengawal
Revolusi Iran) menunjukkan sikap pantang menyerah.
Namun dari tempatnya berpijak di Khorramshahr -- dengan
balabantuan dari Basra, kota minyak di bagian barat Shatt al
Arab -- pasukan Irak melakukan gerakan amfibi, menyeberangi
Sungai Karun. Tujuannya ialah Abadan, pusat pengilangan minyak
Iran terbesar yang tadinya terbakar oleh serangan udara Irak.
Tembakan meriam Irak dari kota Sieba, hanya satu mil jaraknya,
sudah beruntun diarahkan ke Abadan yang juga dengan gigih
dipertahankan Iran. Jika Abadan jatuh, maka lengkaplah
penguasaannya atas Shatt al Arab.
Offensif Irak ke pedalaman Iran tertahan di depan Ahwaz, ibukota
Provinsi Khzistan, dan Dezful -- stasiun pompa minyak dan
persimpangan yang menghubungkan pipa dari Abadan ke Teheran.
Kegigihan Iran membela kedua kota itu tidak disangka Irak akan
demikian kuat.
Irak sudah terpaksa menarik balabantuan dari wilayah utaranya
--tempat kaum Kurdi yang selama ini rawan bagi Baghdad -- dalam
usaha menguasai Provinsi Khuzistan yang kaya minyak itu. Tapi
setelah gagal menduduki Ahwaz dan Dezful, pasukan Irak
memusatkan penyerbuannya ke Khorramshahr dan Abadan. Dari sini,
jika Khorramshahr dan Abadan akhirnya dikuasainya, Irak
tampaknya berharap nanti punya kekuatan lebih besar melanjutkan
offensifnya ke pedalaman iran.
Tapi jelas sukses Irak tidak sebanyak dan secepat yang
iharapkannya semula. Banyak ahli menilai Presiden Irak Saddam
Hussein telah keliru menaksir kekuatan Iran.
Artileri berat Iran bahkan tiba di front Khuzistan dari wilayah
yang jauh di dekat perbatasan Soviet. Pasukan payung pun konon
diterjunkannya untuk mempertahankan Khorramshahr. Dan awal pekan
ini sejumlah helikopter dikerahkannya membantu satuan
artilerinya untuk menghambat gerakan pasukan Irak ke Abadan.
Presiden Iran Abolhassan Bani Sadr menghimbau rakyat memanggul
senjata. Tak pernah sepi kaum sukarelawan memenuhi panggilannya.
Ribuan kelompok bersenjata -- batalion demi batalion baru
--berangkat ke front. Sebelum meninggalkan kotanya, batalion itu
dibawa lewat di bawah kitab suci Al Qur'an.
Hampir setiap malam ada saja siaran radio yang membawakan pesan
Ayatullah Khomeini. Rakyat Iran -- yang selalu tanpa lampu pada
malam hari -- berkelompok mendengarkannya. Sang ayatullah tak
keliru lagi telah membangkitkan semangat perjuangan mereka.
Bahkan Pangeran Reza yang berada di rantau merasa terpanggil dan
menawarkan dirinya untuk mengikuti angkatan bersenjata Iran
melawan Irak. Tapi itu dianggap sepi di Teheran.
CYRUS Reza Pahlavi adalah seorang pilot pesawat tempur yang
dilatih di Amerika. Mencapai usia 20 tahun pada akhir Oktober
ini, pangeran ini direncanakan menjadi Syah Iran yang baru oleh
kelompok pelarian Iran. Upacaranya, menurut International Herald
Tribune, akan berlangsung di Kairo, tempat keluarga Pahlavi kini
bermukim. Tujuannya ialah mendekatkan hubungan para pendukung
almarhum Syah dan kelompok oposisi Iran di perantauan, termasuk
bekas PM Shahpur Bakhtiar.
Dengan adanya penyerbuan Irak, kelompok oposisi itu semula
mengira pemerintah revolusioner Iran akan terguling, hingga ada
kekosongan yang bisa diisi mereka. Bahkan Bakhtiar dikabarkan
telah menggunakan fasilitas pemancar radio Baghdad untuk siaran
antiKhomeini ke Iran. Ternyata Khomeini, malah juga posisi Bani
Sadr, makin kuat karena adanya invasi Irak. "Perang ini ada
hikmahnya buat kami," kata Bani Sadr dalam suatu interpiu pers.
Mengetahui tekad bangsanya, Bani Sadr meramalkan Irak akan kalah
perang kalau tanpa bantuan dari luar. Ia menyatakan Teheran akan
bersedia perang terus sampai pasulcan Irak meninggalkan wilayah
Iran.
Presiden Saddam Hussein menyatakan Baghdad mau menghentikan
perang ini dan ingin berunding asalkan Shatt al Arab
dikuasainya. Soal hak Iran di Shatt al Arab, menurut Bani Sadr,
tak bisa digugat lagi. Sekali ini ia tidak hanya bersuara di
Teheran, melainkan mencoba menjelaskan posisi Iran di Sidang
Umum PBB. Tampak Iran mau mengimbangi Irak di bidang diplomasi.
Tapi perang Iran-lrak sudah bukan jadi soal kedua negeri itu
saja. Yordania secara terbuka menyatakan memihak Irak. Aqaba,
suatu pelabuhan Yordania, telah menampung kapal-kapal yang
membongkar perbekalan untuk Irak. Yaman Selatan dan Ethiopia,
keduanya sekutu Soviet, mengirim amunisi dan onderdil keperluan
militer lewat Aqaba. Sedang dua kapal Soviet pun dikabarkan
pekan lalu akan membongkar muatan di sana.
Raja Yordan Hussein -- yang kebetulan sahabat Amerika -- memang
dikenal tidak senang trhadap Iran. Tentaranya yang terlatih
baik dan berkekuatan 60.000 memakai senjata buatan Amerika.
Angkatah Udaranya dilengkapi dengan tiga skuadron pesawat F5 E-F
pemburu Amerika. Ini menambah kecurigaan Teheran bahwa AS
mendalangi perang Iran-Irak.
Walau Washington berulangkali menyatakan sikap netralnya,
Presiden Carter baru saja mengirim 4 pesawat radar (lihat
Teknologi) ke Arab Saudi guna berjaga-jaga di Teluk Persia
terhadap kemungkinan Iran menyerang. Iran memang pernah
mengancam akan menyerang tiap tetangga di Teluk Persia yang
memihak Irak.
Tapi keterlibatan AS mungkin terjadi demikian suatu analisa
Bosto ke suatu koran Amerika, dengan kehadiran AWACS itu yang
secara bergantian mengudara terus mengintai pesawat musuh dan
akan membantu aksi penghadangannya. Yang dipertanyakan ialah
siapa yang mampu menghadang. Angkatan udara negara Teluk Persia
umumnya lemah. Maka ada kemungkinan, tulis Boston Globe, AS
mengerahkan pesawat F-14 dari dua kapal induk yang berada di
dekat Teluk itu.
Iran bukannya tak punya kawan. Libya, Suriah dan Korea Utara
sekurangkurangnya dianggap Irak memihak Iran. Dengan ketiganya
pekan lalu memutuskan hubungan diplomatik.
KONON tiga pesawat militer (Boeing 747) Iran pekan lalu
mengangkut obat-obatan, amunisi dan perlengkapan lainnya dari
Pyongyang. Pesawat itu mengisi bahan bakar di Pakistan. Sedang
Libya dan Suriah juga dicurigai sudah membikin jembatan udara ke
Iran untuk membantunya dalam perang melawan Irak.
Iran di zaman Syah diperlengkapi dengan senjata buatan AS.
Setelah terkena embargo berkenaan dengan peristiwa penyanderaan
52 orang Amerika, Iran mengalami kesulitan mencari suku cadang.
Bani Sadr mengungkapkan Iran mulai menjelajahi dunia guna
memperoleh suplai militer yang tak terkena embargo AS.
Baik Iran maupun Irak tampaknya tak kehilangan akal mencari
suplai itu. Malah Moskow, lewat duta besarnya di Teheran,
dikabarkan sudah menjajaki kemungkinan bantuan persenjataan
Soviet. Buat sementara, menurut radio Teheran, PM Iran Ali Rajai
mengatakan pada dubes Vladimir Vinogradov: "Kami tak akan
mempertukarkan kemerdekaan kami . . . dengan sesuatu yang anda
bisa berikan. "
Dalam keadaan terdesak, orang Iran rupanya masih jaga harga
diri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini