Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Perang Datang Minyak Guncang

Dengan adanya perang Iran-Irak, telah menghentikan suplai minyak ke sejumlah negara, negara-negara berkembang berpaling ke Indonesia untuk mendapatkan minyak mentah. (ln)

18 Oktober 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERANG Iran-Irak telah menghentikan suplai minyak ke sejumlah negara. Banyak negara berkembang terpukul karenanya. Muangthai dan Filipina, keduanya anggota ASEAN, misalnya, kini berpaling ke Indonesia untuk mendapatkan tambahan minyak mentah (crude oil). Indonesia hanya bisa mensuplai tambahan 300 ribu barrel, sedang Muangthai meminta tambahan 500.000 barrel. Dari Indonesia, setiap hari secara tetap negeri ini mengimpor 10 ribu barrel. Filipina yang setiap hari mengimpor 25 ribu barrel dari Indonesia diketahui mengharapkan pula tambahan suplai. Jauh sebelum perang meletus, Manila memang beruntung mengambil jatah impor 5,5 juta barrel dari Irak. Sekalipun demikian, pekan ini pemerintahan Marcos mulai mewajibkan pendaftaran semua kendaraan pribadi, suatu langkah awal untuk pencatuan bahan bakar kelak. Sanggupkah Indonesia, bila diminta, menambah jatah Filipina? "Lihat dulu kemampuan produksi," jawab Menteri Pertambangan dan Energi Prof. Soebroto pekan lalu. Produksi minyak mentah Indonesia diperkirakan 1,5 juta barrel/hari -- tapi hanya 1,1 juta barrel yang bisa diekspor. Jepang, yang mengimpor sekitar 30% kebutuhan dalam negerinya dari Irak, juga terpukul. Kalangan industri di Tokyo mendesak pemerintahnya agar segera mendekati Meksiko untuk meningkatkan ekspor minyaknya sampai 300 ribu barrel/hari ke Jepang mulai tahun depan. Kini Jepang mengimpor 100 ribu barrel/hari dari Meksiko. Prancis, Brazil, India, Spanyol dan Italia yang mengimpor minyak dari Iran dan Irak, belum terdengar mencari sumber minyak mentah baru. Mungkin karena ada janji Arab Saudi untuk mengisi kekosongan itu. Karena terbiasa menghadapi krisis penyediaan minyak mentah --dimulai embargo Arab 1973, kemudian pergolakan Iran -- AS dan beberapa negeri industri tidak menjadi kaget karenanya. Namun peperangan Iran-lrak jelas menyebabkan dunia kehilangan suplai hampir 4 juta barrel/hari -- sekitar 7% dari 51 juta barrel produksi dunia. Memang AS, misalnya, sempat sempoyongan ketika produksi minyak Iran anjlok dari 6,5 juta barrel ke 1,5 juta barrel/hari karena pergblakan (1978) di Iran. Belajar dari serangkaian krisis itu, beberapa negara seperti AS, Jepang, Prancis, dan Jerman Barat sejak lima tahun terakhir ini membangun cadangan strategis minyak bumi. Dengan cadangan itu, "konsumsi nasional AS bisa dipenuhi untuk jangka waktu pendek," kata Presiden Jimmy Carter. Kelompok negara industri nonkomunis kini masih memiliki cadangan strategis 500 juta barrel -- cukup untuk menanggulangi kekurangan suplai minyak Iran dan Irak selama empat bulan. Mereka juga memiliki cadangan ekstra 500 juta barrel. Sementara itu, masih ada lagi 3,7 milyar barrel minyak mentah yang berada di perjalanan dalam tanker dan pipa-pipa minyak. Selama setahun tak ada alasan mereka khawatir karena kekurangan suplai minyak. "Tapi negara industri (Barat) pengimpor minyak akan tetap menghadapi ketidak pastian situasi politik. Mungkin saja karena pergolakan politik, suplai minyak akan terputus lagi," kata Brice Sachs, Wakil Presiden xxon International Co. Hilangnya suplai minyak Iran dan Irak, demikian Menteri Soebroto, justru akan menyebabkan terjadinya keseimbangan antara permintaan dan penyediaan. Kenapa? Sebelum pecah perang, suplai minyak dunia berlebih (glut) 2 - 3 juta barrel setiap hari. Bila didesak situasi, negara industri diperkirakan akan mampu mengontrol kebutuhannya. "Namun yang sulit diukur adalah pengaruh psikologis peperangan itu," kata Soebroto. Pendapatnya terbukti. Di Rotterdam harga minyak spot (tunai) jenis Arabian Light, misalnya, naik dari US$ 31 ke US$ 35 per barrel. Namun belum terdengar bahwa pasaran minyak spot diserbu pembeli. Sangat dipercayai, "Brazil, Prancis dan Italia akan mencari minyak di pasaran spot," kata seorang pedagang minyak. Bila suplai minyak Iran dan Irak terhenti cukup lama, tak mustahil harga resmi (kontrak) akan melonjak dari US$ 31 (harga rata-rata kini) ke US$ 57. Kenaikan harga menyolok tersebut agaknya tidak dikehendaki beberapa anggota OPEC yang dikenal moderat. Buktinya pekan lalu, Arab Saudi, Kuwait dan Persatuan Emirat Arab (UAE) diberitakan secara bersama menaikkan produksi sebesar 3 juta barrel/ hari. Sebelumnya, produksi Arab Saudi, Kuwait dan Persatuan Emirat Arab masing-masing 9,5 juta, 1,5 juta dan 1,7 juta barrel/hari. Sementara itu di Washington, Carter kabarnya menghimbau Presiden Nigeria Shehu Shagari, yang tengah berkunjung ke sana, agar menaikkan pula produksinya. AS setiap hari mengimpor separuh dari semua, 2 juta barrel produksi Nigeria. Bila niat Arab Saudi, Kuwait, Persatuan Emirat Arab dan Nigeria terwujud, hal itu berarti keputusan OPEC yang akan menurunkan produksi masing-masing negara anggota sebesar 10% menjadi batal. Yang mencemaskan adalah bila peperangan itu meluas ke seluruh kawasan Teluk Persia dan Selat Hormuz tertutup. Sendi perekonomian Barat akan terguncang. Sekitar 40% impor minyak AS, Eropa dan Jepang berasal dari kawasan ini. Lewat Selat Hormuz, yang pernah dijuluki Syah Pahlavi sebagai urat nadi Barat, kini setiap hari masih mengalir 13 juta barrel minyak mentah. Suatu ancaman terhadap Teluk Persia dan Selat Hormuz bisa juga dianggap mengancam kelangsungan hidup industri Barat. Jadi bisa dipahami bila AS tergesa-gesa mengirimkan pesawat pengintai AWACS ke Arab Saudi untuk membantu menjaga keamanan kawasan Teluk itu (lihat Teknologi).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus