PERDANA Menteri Australia yang baru saja terpilih, Bob Hawke,
pekan ini memulai perjuangannya memulihkan ekonomi bangsanya
yang kini dilanda inflasi dan pengangguran. Partai Buruh yang
dipimpinnya memenangkan pemilihan umum Sabtu lalu dengan
mayoritas mutlak.
Sejak pemerintahan Malcolm Fraser berkuasa di tahun 1977, angka
pengangguran di Australia meningkat hamplr dua kali lipat
dibanding dengan ketika koalisi Liberal Nasional itu menjatuhkan
pemerintahan Partai Buruh di bawah Gough Whitlam. Satu dari
setiap 10 orang sekarang adalah penganggur, atau 10% dari jumlah
tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi sama sekali tidak ada,
sementara inflasi mencapai 11,3% dalam kuartal terakhir 1982.
Hawke ingin mengatasi keadaan ini, menurut laporan pcmbantu
TEMro di Canberra, Zulaikha Chudori, dengan "kebijaksanaan harga
dan pendapatan." Ini mencakup: mcnurunkan tingkat inflasi,
menciptakan lowongan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Ekonomi Australia selama beberapa tahun terakhir ini tidak hanya
menderita akibat resesi dunia. Cuaca dan bencana alam juga
menimbulkan kerusakan parah pada dunia pertaniannya. Kemarau
panjang merusak sebagian besar tanaman gandumnya. Dan ketika
kampanye pemilu berlangsung, sebagian dari negara bagian
Victoria dan Australia Selatan dimusnahkan api dalam suatu
kebakaran hutan terbesar di negeri itu. Sementara Queensland dan
Australia Barat diserang badai. Akibatnya, kampanye di Victoria
dan Australia Selatan terpaksa dihentikan sampai kebakaran itu
dapat dipadamkan. Hawke berkampanye selama satu hari di sana,
sementara Fraser menghabiskan empat hari.
Koalisi Liberal-Nasional konon menghabiskan A$ 5 juta untuk
memonitor poll pendapat dengan video dan komputer di seluruh
negeri. Partai Buruh mengeluarkan sekitar A$ 2 juta. Dan karena
dananya lebih kecil, iklannya pun tidak sepanjang atau segencar
iklan koalisi.
Hawke berkampanye mengenai pembatasan modal asing. Ia
menghendaki supaya saham dan pengawasan sumber alam mayoritas di
tangan orang Australia. Tetapi kenyataan ialah Australia sangat
membutuhkan modal asing untuk mengolah sumber alamnya.
Bob Hawke, 52 tahun, yang pernah menjadi ketua Dewan Serikat
Buruh Australia (ACTU), bisa dipastikan tidak akan mengambil
sesuatu tindakan yang bisa membahayakan lapangan kerja
anggotanya. Justru dia akan melancarkan kebijaksanaan
proteksionisme yang lebih ketat terhadap barang hasil pabrik.
Ini akan membuat para pemimpin ASEAN khususnya sangat prihatin.
ASEAN kini mengarahkan pandangan ke pasaran Australia bagi
hasi produksi mereka, setelah pasaran Eropa dan Amerika makin
mengecil. Pemerintah baru itu ingin memperbesar ekspor hasil
pertaniannya ke Jepang - yang saat ini boleh dikata tidak
berarti - sambil membujuk Jepang menanam modal lebih besar di
Australia.
Di bidang pertahanan, orang masih mempertanyakan apakah Partai
Buruh, yang biasanya tidak suka menempatkan pasukan Australia di
luar negeri, akan menarik skuadron angkatan udaranya dari
Pangkalan Butterworth di Malaysia. Hawke diberitakan sudah
menghendaki supaya satuan militer Australia yang kini
ditempatkan sebagai pasukan pengawal perdamaian di Sinai ditarik
pulang. Tetapi jelas Partai Buruh ingin melanjutkan pakta
pertahanan dengan Amerika dan Selandia Baru (Anzus).
Sikap Partai Buruh dalam masalah Kampuchca mungkin sekali akan
menjadi batu ujian bagi pemerintahan Hawke dalam hu. bungannya
dengan ASEAN dan Amerika.
Hawke ingin menggiatkan kembali bantuan Australia kepada Vietnam
yang telah dibekukan oleh Fraser tahun 1979. Sementara ASEAN
berusaha mendukung pemerintahan koalisi Kampuchea di bawah
pimpinan Pangeran Norodom Sihanouk, Partai Buruh Australia
mengatakan ia tidak mau mengakui koalisi apa pun yang
menyertakan Khmer Merah.
Bagi Indonesia, hubungan dengan Canberra itu mungkin akan
terantung dari sikap Australia dalam masalah Timor Timur.
Pemerintahan Fraser sudah menerima kenyataan bahwa Timor Timur
jadi wilayah Indonesia. Sebaliknya, konperensi tahunan Partai
Buruh Australia baru-baru ini menyatakan bahwa hak rakyat Timr
Timur untuk menentukan kemerdekaan mereka adalah "hak yang tidak
bisa dipisah-pisahkan." Tetapi, da am suatu pertemuan pers
setelah terpilih, Bob Hawke mengatakan "Kita ingin mengembalikan
hubungan Australia dengan Indonesia pada dasar yang
konstruktif."
Hawke sudah beberapa-kali mengunjungi Indonesia dan mengatakan
bahwa dia mempunyai hubungan pribadi dengan banyak pemimpin
Indonesia. "Termasuk kenyataan bahwa saya telah mengadakan
pertemuan panjang dengan Presiden Soeharto." Tetapi dia menolak
membicarakan lebih jauh soal bantuan kepada Indonesia.
Sejak 1975, Indonesia telah menerima 18 pesawat pengawas pantai,
Nomad dari Australia di samping bantuan berupa pembangunan
fasilitas perawatan pesawat untuk setiap 100 jam terbang.
Canberra juga kini melatih 18 orang personil Indonesia di
Australia dalam perawatan pesawat Nomad. Dan berada di Jakarta
Januari lalu. Menteri Pertahanan Ian Sinclair mengatakan bahwa
dalam waktu dua tahun mendatang ini Australia akan mengeluarkan
lagi bantuan (pertahanan) sebanyak A$ 1,6 juta.
Bill Hayden dalam waktu dekat akan mengunjungi Jakarta dalam
kedudukannya sebagai menteri luar negeri, "dan kita akan mencoba
membangun kembali hubungan yang konstruktif dengan Indonesia,"
kata Hawke. "Tentu saja dalam pembicaraan itu kami akan
menunjukkan keprihatinan kami atas soal Timor Timur."
Bob Hawke menyatakan kemenangan partainya dini hari Minggu
setelah perhitungan sementara dalam pemilihan itu menunjukkan
bahwa Partai Buruh memperoleh 71 dari t25 kursi Parlemen yang
diperebutkam Koalisi partai Liberal dan Nasional pimpinan
Pardana Menteri Fraser hanya meraih 50 kursi. Itu terjadi ketika
sudah 90% dari surat suara yang masuk selesai dihitung.
Tiga menteri senior dari koalisi LiberalNasional tidak terpilih.
Yaitu Menteri Bantuan Pertahanan Ian Viner (yang November lalu
mengunjungi Indonesia), Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
David Thompson dan Menteri Imigrasi John Hodges. Ketua fraksi
pemerintah di Parlemen, John Bourchier, juga kehilangan kursi.
Kekalahan koalisi itu menunjukkan adanya perpindahan dukungan
pemilih ke Partai Buruh sebanyak lebih dari 5%.
Fraser sampai dengan sekitar sebulan lalu dipandang sebagai
orang yang tak akan tertandingi. Menerima tanggung jawab atas
kekalahan partainya dan mengumumkan pengunduran dirinya sebagai
ketua Partai Liberal, Fraser mencucurkan air mata ke bahu
putranya. Para peninjau politik di Canberra memperkirakan bahwa
Andrew Peacock akan menggantikannya sebagai ketua Liberal.
Hampir 6 tahun lamanya Fraser berkuasa. Ketika keadaan ekonomi
Australia memburuk di tengah resesi dunia, dan Partai Buruh yang
beroposisi dalam keadaan terpecah, Fraser memutuskan untuk
mengadakan pemilihan umum - 8 bulan lebih awal. Dia tampaknya
merasa itulah waktu yang paling tepat untuk mendapatkan mandat
baru. Tapi dia salah menilai sikap rakyatnya. Juga Fraser
tampaknya tidak mendugasaingannya, Bill Hayden, akan
mengundurkan diri, lantas naiknya pengaruh Bob Hawke di kalangan
Partai Buruh.
Selama kampanye berlangsung, 9,3 juta pemilih tidak hanya
melihat program yang ditawarkan partai-partal yang bersaing,
tapi juga pribadi pemimpin mereka. Fraser memperingatkan
bahayanya memilih Partai Buruh yang akan didikte oleh ACTU.
Tetapi rakyat Australia selama itu sudah melihat hasil
kepemimpinan Fraser yang berakhir dengan ketiadaannya
pertumbuhan ekonomi.
Poll pendapat umum sudah menunjukkan popularitas Hawke yang jauh
lebih tinggi dari Fraser. Tetapi Fraser menolaknya. "Hanya ada
satu hari yang menentukan hari pemilihan 5 Maret," katanya.
Ternyata rakyat Australia' tidak khawatir terhadap peringatan
yang diajukan Fraser bila Partai Buruh berkuasa.
Di Melbourne, Fraser menakut-nakuti masyarakat dengan mengatakan
bahwa akan lebih aman bagi masyarakat untuk menyimpan uang
mereka di bawah tempat tidur daripada di bank bila Partai Buruh
berkuasa. Ucapan Fraser itu langsung mendapat kecaman dunia
usaha dan perbankan. Malahan dua menterinya menolak mendukung
ucapannya itu.
Di pihaknya, Hawke melontarkan motto "mempersatukan Australia"
dan "merujukkan kehidupan nasional" yang tampaknya langsung
diterima masyarakat pemilih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini