Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kandidat-kandidat terkuat calon Presiden Meksiko menggunakan isu kontroversial Presiden Amerika Serikat, Donald Trump untuk meraup dukungan suara calon pemilih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Veteran sayap kiri yang memimpin dalam pemilihan, Andres Manuel Lopez Obrador, dan saingan dari kubu konservatif, Ricardo Anaya, memanfaatkan kampanye anti-Meksiko Trump untuk mendulang suara pada Pemilu Meksiko 1 Juli mendatang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Baik Meksiko maupun rakyatnya tidak akan menjadi piñata dari pemerintah asing," kata Lopez Obrador pada kerumunan massa yang bersorak di Ciudad Juarez, di perbatasan AS seperti dilansir media SCMP, Ahad, 1 April 2018. Piñata adalah semacam permainan tradisional anak-anak Meksiko.
Baca: Perkenalkan, Presiden Meksiko Nieto Penantang Donald Trump
Mantan walikota Mexico City berusia 49 tahun itu juga mengulangi kritiknya yang sudah berlangsung lama tentang gagasan Trump soal pembangunan tembok perbatasan. Dia juga mengutuk kebijakan luar negeri Trump dan sikapnya yang dianggap meremehkan orang-orang Meksiko.
Donald Trump memberikan salam perpisahan kepada mantan Direktur Komunikasi Gedung Putih Hope Hicks di luar Oval Office di Gedung Putih, Washington D.C., AS, 29 Maret 2018. Hope Hicks dipandang media AS sebagai “senjata rahasia” Trump ketika memutuskan maju sebagai calon presiden AS pada pemilu 2016 lalu. REUTERS/Carlos Barria
Seperti dilansir Channel News Asia, Obrador mengatakan,"Kita akan sangat hormat kepada AS dan sebaliknya, kita juga meminta AS menghargai Meksiko."
Sementara itu, Anaya, 39 tahun, bersumpah untuk menjawab Trump dengan sikap yang kuat dan bermartabat. Anaya menentang presiden AS untuk mengambil tindakan terhadap masalah keamanan di sisi perbatasannya sendiri.
"Sama seperti Amerika Serikat khawatir tentang migran tidak berdokumen, Meksiko khawatir tentang perdagangan senjata," kata Anaya. Menurut para kandidat, selama ini pemerintah Meksiko tidak berbuat banyak untuk melawan kebijakan kontroversial Trump.
Sejak menjadi Presiden AS pada Januari 2017, Trump mendesak Meksiko untuk mambayar pembangunan tembok batas kedua negara untuk mengurangi masuknya migran ilegal. Trump juga mendesak Meksiko untuk memberikan kompensasi perdagangan jika tidak ingin produk ekspornya ke AS terkena tarif tambahan seperti produk otomotif.
Menurut jajak pendapat menjelang pemilihan 1 Juli, Lopez Obrador unggul 18 poin atas Anaya. Dia meraup dukungan sebesar 38 persen suara di Meksiko, menurut jajak pendapat oleh lembaga Parametria.