PRESIDEN Bush sedang disodok dari kiri dan kanan, baik dari pihak Republik maupun Demokrat. Pasalnya, terungkapkan sebuah rahasia bahwa pemerintahan Bush telah mengirim pejabat-pejabat tinggi untuk mengadakan hubungan dengan RRC. Padahal, 20 Juni lalu, ia melarang dan menghentikan segala kontak tingkat tinggi dengan Pemerintah Cina, setelah terjadi penindasan secara militer terhadap para penuntut hak-hak demokrasi di Tiananmen. Sepekan silam, Gedung Putih mengungkapkan bahwa Penasihat Keamanan Nasional Brent Snowcroft telah diutus untuk bertemu dengan para pemimpin tertinggi Cina. Ia disertai oleh Pembantu Menteri Luar Negeri Lawrence Eagleburger. Rabu pekan lalu, Bush mengizinkan penjualan tiga satelit komunikasi kepada Cina, yang akan diluncurkan oleh roket Cina sendiri. Banyak yang menduga, ini suatu tindakan awal ke arah dicabutnya semua sanksi ekonomi terhadap Cina. Sehari sebelum itu, Pemerintah Amerika dan Cina telah setuju untuk memulihkan kerja sama kebudayaan antara kedua negara. Pertama-tama akan dihidupkan proyek Fulbright, yang merupakan program pertukaran kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Menurut televisi AS, CNN, sebenarnya usaha Bush sudah dimulai jauh sebelumnya, yakni Juli lalu, hanya satu bulan setelah Bush menurunkan larangan untuk berhubungan dengan Cina pada tingkat tinggi. Bisa dimaklumi bila Kongres kemudian marah. Bush, kata anggota Kongres, dalam hal ini, bersikap mendua. "Dengan mengirim dua pejabat tinggi ke Beijing, hanya beberapa pekan setelah memetieskan hubungan tinggi antara kedua negara, telah menyebabkan Cina menganggap Bush sebagai orang yang banyak tingkah, sedangkan di Washington pendapat umum menganggapnya sebagai seorang hipokrit," kata Senator Stephen Solarz. Ketua Sub-Komite Urusan Asia-Pasifik Kongres. Tapi, kalau dilihat latar belakangnya, ada beberapa faktor yang mendorong Amerika untuk mengambil sikap lebih moderat dan terbuka terhadap Cina. Pertama, pemerintahan Bush sangat prihatin dengan nasib para pembangkang dan penuntut demokrasi di Cina -- yang masih terus dikejar-kejar. Konon, Bush menawarkan, AS mau saja membuka kembali hubungan, asalkan pihak Deng Xiaoping lebih fleksibel terhadap para pemimpin pembangkang terkemuka, antara lain Fang Lizhi dan istrinya. Sejak peristiwa Tiananmen dibubarkan dengan kejam, Fang bersembunyi di Kedutaan Amerika di Beijing. Malah ada kabar, Scowscroft mengusahakan agar Fang dan istrinya diperbolehkan meninggalkan Cina. Amerika juga menekan Cina untuk segera menghentikan politik pengejarannya atas sisa-sisa aktivis gerakan demokrasi. Alasan ekonomi, nampaknya, juga merupakan dorongan terhadap Bush. Sampai sejauh ini, neraca perdagangan luar negeri Amerika selalu menunjukkan angka defisit. Walaupun penjualan tiga satelit komunikasi seharga US$ 300 juta tersebut tidak banyak menolong angka itu menjadi plus, paling tidak, bisa menjadi dorongan hubungan bisnis Cina-Amerika berkembang. Ada juga yang mengatakan, sikap lunak pemerintahan Bush tak lain dari pengaruh kebijaksanaan Nixon-Kissinger yang telah berjalan sejak awal 1970-an. Bulan silam, adalah Nixon sendiri -- sebagai "sahabat" Cina -- yang pergi ke Beijing dan berbicara dengan para pemimpin tertinggi Beijing. Sekembalinya, di Washington, Nixon berpesan kepada administrasi sekarang, "Jangan mendirikan dinding-dinding penyekat untuk mengisolasi Cina." Kissinger dan Nixon mendekati Beijing, sebagai strategi untuk "memainkan kartu Cina", dalam menghadapi Uni Soviet. Tapi, setelah polarisasi ideologi dan militer makin kecil saja, peranan karena perubahan di Eropa Timur, langkah Bush menjadi teka-teki. Problemnya, sekarang, apakah Cina mau menerima tawaran AS tersebut. A.Dahana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini